Generasi Muda Bisa Berbagi Peran untuk Suarakan dan Wujudkan Toleransi

Selasa, 08 Juni 2021 - 01:33 WIB
loading...
Generasi Muda Bisa Berbagi Peran untuk Suarakan dan Wujudkan Toleransi
Para narasumber dan moderator dalam diskusi virtual bertema Gue Udah Toleran Belum, Sih?, Senin (7/6). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Toleransi amat penting dikembangkan dalam lingkungan yang majemuk seperti di Indonesia. Bukan sekadar slogan, sikap toleran dan inklusif harus diikuti dengan tindakan nyata untuk menjadikan persamaan sekaligus perbedaan sebuah kekuatan.

Generasi milenial sebagai kelompok yang mudah terpapar oleh informasi terkini, berpikiran maju, kreatif, vokal, aktif, dan berpotensi besar untuk menjadi pendorong perubahan ke arah yang lebih baik, adalah subyek dari upaya membangun toleransi ini.



Dalam “Indonesia Millennial Report 2020” yang dikeluarkan IDN Media, terdapat tujuh tipe milenial dengan karakteristik yang berbeda. Setiap tipe mengaku terbuka dan mentolerir berbagai perbedaan, namun memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengapresiasi perbedaan serta mendukung inklusivitas.

Guna memupuk potensi ini, mereka harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memulai percakapan seputar toleransi, mempertanyakan stereotip, menciptakan rasa kebangsaan, dan mewakilkan suara-suara yang belum terdengar.

Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden sekaligus Co-Founder Toleransi.id berpendapat, untuk menjadi toleran, ada beberapa modal dasar yang dibutuhkan generasi muda.

"Pertama, mereka harus punya pemikiran yang kritis sehingga tak mudah terpengaruh arus informasi yang belum jelas kebenarannya. Mereka juga perlu memiliki rasa empati, yang hanya bisa didapat jika melakukan interaksi langsung dengan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. Semua hal ini harus dilakukan secara intensional dan berkelanjutan, sehingga nantinya ada gaung inspirasi yang lebih kuat untuk menggerakkan lebih banyak aksi toleransi menuju Indonesia yang lebih damai," kata Ayu dalam diskusi virtual bertema “Gue Udah Toleran Belum, Sih?”, Senin (7/6).

Menurut Ayu, terdapat empat level toleransi yaitu membiarkan perbedaan, menyenangi perbedaan, merayakan perbedaan, dan melindungi perbedaaan. Ia percaya bahwa seiring waktu dan kedinamisan dalam bermasyarakat, kita bisa secara sadar mendorong diri sendiri untuk terus “naik kelas” dalam bertoleransi.

Sementara itu, Sutradara dan Penulis Skenario Naya Anindita yang kerap menyuarakan keberagaman maupun inklusi melalui karya-karyanya turut berbagi pengalaman.

“Dalam film-film saya, saya selalu memasukkan isu-isu yang pada saat itu menjadi concern saya, dan setiap karakter bisa mewakilkan latar belakang dan value berbeda. Misalnya di ‘Imperfect: The Series’ yang menceritakan pertemanan sekelompok perempuan dari berbagai latar belakang, suku, dan ras. Salah satu hal yang saya angkat melalui series ini adalah tentang bagaimana kita bisa belajar mencintai diri sendiri, dan kegelisahan yang sering dialami oleh cewek-cewek yang berbeda dengan standar kecantikan pada umumnya. Hal ini juga menjadi sebuah cerminan bagi kita, bahwa ada yang masih harus dibenahi dari cara kita memandang perbedaan,” terang Naya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2106 seconds (0.1#10.140)