Membandingkan Efek Samping Vaksin dengan Kerusakan COVID-19

Kamis, 05 Agustus 2021 - 10:28 WIB
loading...
A A A
Melalui tindak lanjut, termasuk tinjauan catatan medis, pejabat CDC dan Food and Drug Administration (FDA) telah mengkonfirmasi 518 laporan miokarditis atau perikarditis. Tetapi kondisi ini telah menghasilkan kasus ringan, tanpa kematian atau masalah penahanan yang dilaporkan.

Orang-orang yang mengembangkan kondisi ini biasanya kembali ke aktivitas normal sehari-hari. Hanya dalam beberapa hari ketika gejalanya membaik, tetapi mereka disarankan oleh pejabat CDC untuk berbicara dengan dokter mereka tentang kembali berolahraga atau berolahraga.

CDC terus merekomendasikan vaksinasi COVID-19 untuk semua orang berusia 12 tahun ke atas, mengingat risiko penyakit COVID-19 dan komplikasi terkait yang mungkin parah.

Stuart Berger, ahli jantung pediatrik dan direktur medis Pusat Jantung pediatrik di Rumah Sakit Anak Lurie di Chicago, mengatakan kepada Healthline bahwa vaksin tersebut cukup aman. Peradangan jantung cenderung terjadi pada pria berusia 16 hingga 24 tahun.

Berger mencatat bahwa CDC mengamati sekitar 500 kasus dari lebih dari 170 juta orang yang divaksinasi dalam demografi remaja dan dewasa muda tersebut. “Itu menempatkannya di 0.00025 persen. Itu sangat jarang. Dari apa yang kami ketahui, ini sebenarnya lebih jarang terjadi dibandingkan miokarditis pada populasi umum,” jelas Berger.

Konsekuensi Serius Akibat COVID-19

Di sisi lain, bahkan jika memang masyarakat ingin selamat dari COVID-19, khususnya dari gejala penyakityang menyebabkan kerusakan permanen pada jantung, penting diketahui dari hasil tes pencitraan yang dilakukan berbulan-bulan setelah pemulihan dari COVID-19 telah menunjukkan kerusakan permanen pada otot jantung, bahkan pada orang yang hanya mengalami gejala COVID-19 ringan.

Ini dapat meningkatkan risiko gagal jantung atau komplikasi jantung lainnya di masa depan. Jenis pneumonia yang sering dikaitkan dengan COVID-19 juga dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru. Jaringan parut yang dihasilkan dapat menyebabkan masalah pernapasan jangka panjang.

Bahkan pada orang muda, COVID-19 dapat menyebabkan stroke, kejang, dan sindrom Guillain-Barré — suatu kondisi yang menyebabkan kelumpuhan sementara. COVID-19 juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.

Efek jangka panjang potensial lainnya dari virus ini termasuk pembekuan darah, yang dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke, dan masalah psikologis dari penggunaan ventilator yang mencakup stres pasca-trauma, depresi, dan kecemasan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4118 seconds (0.1#10.140)