Kanker Paru Masih Jadi Masalah Utama Kesehatan di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di dunia, kanker paru merupakan kanker yang paling umum dan membunuh 1,7 juta orang setiap tahunnya. Kanker paru juga adalah penyebab utama kematian akibat kanker pada pria dan wanita. Terhitung sekitar seperlima dari semua kematian akibat kanker, dan jumlah kematiannya lebih dari akibat kanker payudara, prostat dan kolorektal jika digabungkan.
Kanker paru-paru secara luas dibagi menjadi dua jenis yaitu kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) dan kankerparu sel kecil (KPSK). KPBSK berasal dari sel yang lebih besar di dalam paru-paru, seperti sel epitel yang melapisi saluran napas paru-paru atau sel penghasil lendir. Sedangkan KPSK lebih tidak umum dan berasal dari sel kecil yang melepaskan hormon, jenis kanker paru ini biasanya tumbuh lebih cepat dan menyebar lebih cepat ke bagian tubuh lain.
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab utama kematian dengan angka 26.000 kasus pada 2018. Dan menjadi kanker ketiga yang paling umum didiagnosis dengan lebih dari 30.000 kasus diidentifikasi pada tahun yang sama.
Dokter Spesialis Pulmonologi, dr Sita Andarini SpP(k), PhD mengatakan, kanker paru di Indonesia adalah kanker yang paling tinggi jumlahnya pada laki-laki, sementara pada perempuan menjadi penyebab kanker nomor lima. Dia menuturkan bahwa penyebab utama kanker paru adalah rokok, lebih dari 88% pasien kanker paru adalah perokok aktif dan sisanya adalah perokok pasif.
"Yang unik, kanker paru juga ada stadiumnya yaitu 1 sampai 4. 1 itu masih kecil bisa dioperasi, 1-3a juga bisa dioperasi. Namun, ada beberapa satadium 3a yang tidak bisa dioperasi, dan rata-rata pasien datang sudah dalam stadium lanjut karena terlambat. Biasanya kanker paru tidak ada gejala," ujar dr Sita, baru-baru ini.
Menurutnya, tanpa adanya gejala membuat pasien datang terlambat ke rumah sakit. Dia mencontohkan ada beberapa pasien dengan kasus tuberkolosis (TB) yang kadang-kadang tidak terdiagnosis sebagai kanker paru. "Pasiennya sudah diobati TB terlebih dahulu, namun tidak sembuh, ternyata ada kanker paru," tandasnya.
"Jadi keterlambatan seperti ini memang bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak, tetapi di negara lain ada screening, kita tidak ada. Screening itu memang dianjurkan terutama bagi mereka yang berisiko seperti usia di atas 55 tahun, perokok berat itu harus di-screening dengan CT scan," papar dr Sita.
Lebih lanjut, dia mengutarakan bahwa penggunaan rokok elektrik atau vape pun patut diwaspadai karena penelitian menunjukkan adanya kesamaaan antara kadar nikotin vape dengan rokok biasa. "Ini sama-sama berbahaya karena adanya asap yang masuk ke paru. Di Amerika, sudah ada kasus paru karena vape dan ada juga tiba-tiba terjadi gagal napas, itu bisa disebabkan oleh bahan kimia dari vape yang menyebabkan kerusakan paru," terang dr Sita.
dr Sita menyarankan agar selalu menghindari atau berhenti merokok. Apabila memiliki keluhan seperti batuk berkepanjangan, sesak napas untuk segera pergi ke rumah sakit dan melakukan foto rontgen.
"Angka kejadian kanker paru di daerah atau di perkotaan sama saja, yang paling penting adalah angka kanker paru pada perempuan makin lama makin meningkat yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk. Selain itu, perempuan juga menjadi perokok pasif, di mana menjadi perokok pasif itu 4 kali lipat berisiko terkena kanker paru," pungkas dr Sita.
Kanker paru-paru secara luas dibagi menjadi dua jenis yaitu kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) dan kankerparu sel kecil (KPSK). KPBSK berasal dari sel yang lebih besar di dalam paru-paru, seperti sel epitel yang melapisi saluran napas paru-paru atau sel penghasil lendir. Sedangkan KPSK lebih tidak umum dan berasal dari sel kecil yang melepaskan hormon, jenis kanker paru ini biasanya tumbuh lebih cepat dan menyebar lebih cepat ke bagian tubuh lain.
Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab utama kematian dengan angka 26.000 kasus pada 2018. Dan menjadi kanker ketiga yang paling umum didiagnosis dengan lebih dari 30.000 kasus diidentifikasi pada tahun yang sama.
Dokter Spesialis Pulmonologi, dr Sita Andarini SpP(k), PhD mengatakan, kanker paru di Indonesia adalah kanker yang paling tinggi jumlahnya pada laki-laki, sementara pada perempuan menjadi penyebab kanker nomor lima. Dia menuturkan bahwa penyebab utama kanker paru adalah rokok, lebih dari 88% pasien kanker paru adalah perokok aktif dan sisanya adalah perokok pasif.
"Yang unik, kanker paru juga ada stadiumnya yaitu 1 sampai 4. 1 itu masih kecil bisa dioperasi, 1-3a juga bisa dioperasi. Namun, ada beberapa satadium 3a yang tidak bisa dioperasi, dan rata-rata pasien datang sudah dalam stadium lanjut karena terlambat. Biasanya kanker paru tidak ada gejala," ujar dr Sita, baru-baru ini.
Menurutnya, tanpa adanya gejala membuat pasien datang terlambat ke rumah sakit. Dia mencontohkan ada beberapa pasien dengan kasus tuberkolosis (TB) yang kadang-kadang tidak terdiagnosis sebagai kanker paru. "Pasiennya sudah diobati TB terlebih dahulu, namun tidak sembuh, ternyata ada kanker paru," tandasnya.
"Jadi keterlambatan seperti ini memang bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga banyak, tetapi di negara lain ada screening, kita tidak ada. Screening itu memang dianjurkan terutama bagi mereka yang berisiko seperti usia di atas 55 tahun, perokok berat itu harus di-screening dengan CT scan," papar dr Sita.
Lebih lanjut, dia mengutarakan bahwa penggunaan rokok elektrik atau vape pun patut diwaspadai karena penelitian menunjukkan adanya kesamaaan antara kadar nikotin vape dengan rokok biasa. "Ini sama-sama berbahaya karena adanya asap yang masuk ke paru. Di Amerika, sudah ada kasus paru karena vape dan ada juga tiba-tiba terjadi gagal napas, itu bisa disebabkan oleh bahan kimia dari vape yang menyebabkan kerusakan paru," terang dr Sita.
dr Sita menyarankan agar selalu menghindari atau berhenti merokok. Apabila memiliki keluhan seperti batuk berkepanjangan, sesak napas untuk segera pergi ke rumah sakit dan melakukan foto rontgen.
"Angka kejadian kanker paru di daerah atau di perkotaan sama saja, yang paling penting adalah angka kanker paru pada perempuan makin lama makin meningkat yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk. Selain itu, perempuan juga menjadi perokok pasif, di mana menjadi perokok pasif itu 4 kali lipat berisiko terkena kanker paru," pungkas dr Sita.
(nug)