Obat Statin Dapat Turunkan Risiko Kematian Akibat Covid-19

Kamis, 12 Agustus 2021 - 20:39 WIB
loading...
Obat Statin Dapat Turunkan Risiko Kematian Akibat Covid-19
Foto Ilustrasi/Getty Images
A A A
JAKARTA - Pasien Covid-19 yang mendapat statin dalam proses pengobatanya berisiko lebih kecil mengalami gejala parah atau fatal yang bisa menyebabkan kematian. Studi yang diterbitkan di Medscape mencatat, penurunan risikonya hingga 30% berdasar meta analisis empat penelitian.

"Analisis ini melibatkan 9.000 pasien Covid-19, yang menyatakan bahwa ada penurunan risiko Covid-19 yang fatal atau parah secara signifikan di antara pasien pengguna statin dibandingkan bukan pengguna," terang laporan ilmiah yang dikutip dari laman Medscape, Kamis (12/8).



Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengatakan, "Mungkin sudah saatnya kita mengalihkan fokus kita ke statin sebagai pilihan terapi potensial pada pasien Covid-19," kata Syed Shahzad Hasan, PhD dari University of Huddersfield, Inggris, dan Chia Siang Kow, MPharm, dari International Medical University, Kuala Lumpur, Malaysia, yang menganalisis statin pada pasien Covid-19.

Namun, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, menegaskan bahwa hingga saat ini penggunaan statin belum masuk ke dalam daftar obat terapi Covid-19 terstandar.

"Artinya, pasien yang sudah mendapatkan statin diteruskan saja sampai tuntas, kecuali ada kontraindikasi setelah menerima statin," paparnya dalam webinar bertajuk 'Pentingnya Pengelolaan Diabetes dan Dislipidemia: Upaya Menurunkan Risiko Komplikasi Penyakit Jantung dan Kardiovaskular', Kamis (12/8).

Dokter Tri Juli melanjutkan, statin sendiri sejatinya sudah lama diteliti pada orang lanjut usia yang mengalami pneumonia berat atau pada pasien yang dirawat di ruang ICU pemberian statin dosis rendah.



"Track record-nya sudah banyak diteliti dan hasilnya sudah banyak dipublikasi di jurnal kedokteran ternama," terang dr Tri Juli.

"Data-data yang ada dulu memang bukan soal Covid-19, tetapi penyakit kritis lain terutama infeksi paru-paru," tambahnya.

"Meski begitu, diperlukan data-data medis yang lebih banyak untuk memperkuat hasil studi yang sudah ada ini," lanjut dr Tri Juli.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2278 seconds (0.1#10.140)