Kemenkes Gerak Cepat soal Kasus Virus Misterius di Jaksel, Epidemiolog: Kita Belajar dari Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak delapan orang yang tinggal di Cipete Selatan, Jakarta Selatan (Jaksel), dilaporkan sakit tapi diagnosanya belum jelas. Penyebab dari penyakit tersebut belum terdeteksi, sampai akhirnya tim surveilans Kementerian Kesehatan turun langsung ke lokasi tempat tinggal pasien.
Tikus dianggap sebagai penyebabnya. Tahu ada sesuatu yang belum terpecahkan, tim surveilans Kemenkes segera mengambil sampel dari tikus yang ada di lingkungan rumah pasien. Sampel tersebut berupa darah tikus, hasil swab tenggorokan tikus, hingga ginjal tikus.
Pemeriksaan dilakukan Laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ditunjuk menjadi pusat penelitiannya. Hingga kini, belum ada keterangan pasti benarkah tikus tersebut menyebarkan penyakit yang menyebabkan delapan warga Jaksel sakit.
Meski demikian, aksi cepat yang dilakukan tim surveilans Kemenkes bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan diapresiasi oleh Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, gerak cepat ini menandakan bahwa surveilans di Jakarta, khususnya, berjalan dengan sangat baik.
"Kita semua belajar dari pandemi. Ketika mengetahui ada sesuatu yang aneh, surveilans langsung diaktifkan dan itu yang dilakukan pada kasus penyakit virus misterius di Jakarta Selatan tersebut," papar Dicky saat dihubungi MNC Portal, Jumat (3/6/2022).
Dicky menjelaskan, saat ada kasus penyakit misterius, surveilans menjadi salah satu faktor penting yang memang diperlukan. Pasien segera diisolasi ke tempat yang lebih aman, sementara tim di lapangan bergerak mencari penyebab masalah.
Hal ini terjadi pada kasus Covid-19. Tindakan pencegahan penularan langsung diaktifkan sejalan dengan kasusnya yang belum diketahui penyebabnya, kala itu. Ini upaya mencegah penularan virus ke orang yang lebih banyak.
"Pasien perlu diisolasi, ditempatkan di lokasi yang aman selagi tim medis memantau kesehatannya dan menangani gejala yang dirasakan. Di sisi lain, tim surveilans mencari tahu penyebab masalah. Di sini diperlukan kolaborasi antara dokter manusia dengan dokter hewan," tambahnya.
Menurutnya, dokter atau kesehatan hewan perlu didiagnosa dalam menangani masalah yang dugaannya menyasar pada satu hewan secara khusus. Hewan yang sakit, terlebih penyakitnya menular, bisa sangat berbahaya jika dibiarkan hidup berdekatan dengan manusia.
Tikus dianggap sebagai penyebabnya. Tahu ada sesuatu yang belum terpecahkan, tim surveilans Kemenkes segera mengambil sampel dari tikus yang ada di lingkungan rumah pasien. Sampel tersebut berupa darah tikus, hasil swab tenggorokan tikus, hingga ginjal tikus.
Pemeriksaan dilakukan Laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang ditunjuk menjadi pusat penelitiannya. Hingga kini, belum ada keterangan pasti benarkah tikus tersebut menyebarkan penyakit yang menyebabkan delapan warga Jaksel sakit.
Meski demikian, aksi cepat yang dilakukan tim surveilans Kemenkes bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan diapresiasi oleh Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, gerak cepat ini menandakan bahwa surveilans di Jakarta, khususnya, berjalan dengan sangat baik.
"Kita semua belajar dari pandemi. Ketika mengetahui ada sesuatu yang aneh, surveilans langsung diaktifkan dan itu yang dilakukan pada kasus penyakit virus misterius di Jakarta Selatan tersebut," papar Dicky saat dihubungi MNC Portal, Jumat (3/6/2022).
Dicky menjelaskan, saat ada kasus penyakit misterius, surveilans menjadi salah satu faktor penting yang memang diperlukan. Pasien segera diisolasi ke tempat yang lebih aman, sementara tim di lapangan bergerak mencari penyebab masalah.
Hal ini terjadi pada kasus Covid-19. Tindakan pencegahan penularan langsung diaktifkan sejalan dengan kasusnya yang belum diketahui penyebabnya, kala itu. Ini upaya mencegah penularan virus ke orang yang lebih banyak.
"Pasien perlu diisolasi, ditempatkan di lokasi yang aman selagi tim medis memantau kesehatannya dan menangani gejala yang dirasakan. Di sisi lain, tim surveilans mencari tahu penyebab masalah. Di sini diperlukan kolaborasi antara dokter manusia dengan dokter hewan," tambahnya.
Menurutnya, dokter atau kesehatan hewan perlu didiagnosa dalam menangani masalah yang dugaannya menyasar pada satu hewan secara khusus. Hewan yang sakit, terlebih penyakitnya menular, bisa sangat berbahaya jika dibiarkan hidup berdekatan dengan manusia.