Kisah Vama Danakusumah yang Banting Setir dari Kuliah Hukum dan Bekerja di Industri Kreatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak semua profesi yang ditekuni oleh setiap orang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sebagian malah menemukan dunia atau minatnya berbanding jauh dan tidak sesuai dengan bidangnya semasa sekolah dulu.
Misalnya dialami oleh Vama Danakusumah, yang berprofesi sebagai ESports Team Commercial Operation. Pekerjaan yang ditekuninya itu ternyata benar-benar keluar dari zona nyaman, di mana seharusnya bergelut di dunia hukum.
Vama mengatakan, saat mengambil duduk di bangku kuliah dulu da mengambil jurusan hukum di salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan keinginan orang tuanya, yang meminta Vama mengambil hukum.
"Sebenarnya aku kalau bisa dibilang masuk ke jurusan hukum ini sudah terdoktrin dari aku SMP. Secara nggak langsung, sudah diploting sama papa aku," kata Vama dalam Podcast Aksi Nyata dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo , Sabtu (18/6/2022).
Saat kuliah hukum, kata Vama, prosesnya dia merasakan cukup lancar. Mulai dari nilai akademik, lulus dengan waktu yang relatif cepat, bahkan dirinya pun senang belajar mengenai hukum.
Akan tetapi setelah lulus, ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Dia merasa bahwa bekerja atau berprofesi yang berkaitan dengan hukum, tiba-tiba tidak sejalan dengan hati dan mimpinya.
"Secara teoritis, aku juga suka belajar hukum, lulus lumayan cepat, nilai lumayan oke. Tapi kalau untuk praktiknya aku merasa tidak (nyaman)," jelas Vama.
Setelah itu, Vama mencoba berbagai profesi yang benar-benar keluar dari jalur hukum. Mulai dari makeup artist (MUA), content creator dan kini dia berprofesi sebagai ESports Team Commercial Operation.
Meskipun awalnya kedua orang tuanya tidak mengetahui tentang pekerjaannya ini, namun lambat laun akhirnya bisa menerima Vama menjadi dirinya sendiri. Serta tidak terpaku dengan apa yang sudah dikonsep oleh keluarganya sejak masih remaja dulu.
Kemudian di dunianya tersebut, Vama merasa lebih menikmatinya. Dia merasa bisa jauh lebih berekspresi, dan terlebih ia tidak merasa kaku.
"Kalau di hukum itu kan terlalu kaku ya. Tapi kalau di talent, di agency itu lebih bebas berekspresi," tandasnya.
Misalnya dialami oleh Vama Danakusumah, yang berprofesi sebagai ESports Team Commercial Operation. Pekerjaan yang ditekuninya itu ternyata benar-benar keluar dari zona nyaman, di mana seharusnya bergelut di dunia hukum.
Vama mengatakan, saat mengambil duduk di bangku kuliah dulu da mengambil jurusan hukum di salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan keinginan orang tuanya, yang meminta Vama mengambil hukum.
"Sebenarnya aku kalau bisa dibilang masuk ke jurusan hukum ini sudah terdoktrin dari aku SMP. Secara nggak langsung, sudah diploting sama papa aku," kata Vama dalam Podcast Aksi Nyata dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo , Sabtu (18/6/2022).
Baca Juga
Saat kuliah hukum, kata Vama, prosesnya dia merasakan cukup lancar. Mulai dari nilai akademik, lulus dengan waktu yang relatif cepat, bahkan dirinya pun senang belajar mengenai hukum.
Akan tetapi setelah lulus, ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Dia merasa bahwa bekerja atau berprofesi yang berkaitan dengan hukum, tiba-tiba tidak sejalan dengan hati dan mimpinya.
"Secara teoritis, aku juga suka belajar hukum, lulus lumayan cepat, nilai lumayan oke. Tapi kalau untuk praktiknya aku merasa tidak (nyaman)," jelas Vama.
Setelah itu, Vama mencoba berbagai profesi yang benar-benar keluar dari jalur hukum. Mulai dari makeup artist (MUA), content creator dan kini dia berprofesi sebagai ESports Team Commercial Operation.
Baca Juga
Meskipun awalnya kedua orang tuanya tidak mengetahui tentang pekerjaannya ini, namun lambat laun akhirnya bisa menerima Vama menjadi dirinya sendiri. Serta tidak terpaku dengan apa yang sudah dikonsep oleh keluarganya sejak masih remaja dulu.
Kemudian di dunianya tersebut, Vama merasa lebih menikmatinya. Dia merasa bisa jauh lebih berekspresi, dan terlebih ia tidak merasa kaku.
"Kalau di hukum itu kan terlalu kaku ya. Tapi kalau di talent, di agency itu lebih bebas berekspresi," tandasnya.
(dra)