Investasi Jangka Panjang, Tas Mewah Laris Manis saat Pandemi

Jum'at, 26 Juni 2020 - 11:11 WIB
loading...
Investasi Jangka Panjang,...
Foto: dok/youtube
A A A
Di situasi pandemi ini, tas-tas mewah justru semakin laris dibeli meski harganya mengalami kenaikan. Menyingkirkan rasa bosan serta untuk investasi jangka panjang menjadi alasannya.

Situs e-commerce barang mewah, Net-A-Porter melaporkan lonjakan pembelian tas tangan di seluruh Asia-Pasifik, selama beberpa bulan terakhir ketika sebagian besar negara masih memberlakukan lockdown. Menurut situstersebut, pada bulan Mei penjualan tas mewah menunjukkan pertumbuhan yang kuat sekitar 261 persen di Asia-Pasifik, dibandingkan dengan tahun lalu.

?Menurut profesor pemasaran dan direktur Retail Center of Excellence di Sekolah Bisnis Lee Kong Chian di Singapore Management University, Kapil Tuli, peningkatan tersebut tak lepas dari pembatasan interaksi sosial yang diterapkan di banyak negara. Menurrutnya selama berbulan-bulan, orang harus berada di rumah. Hal ini menyebabkan orang bosan dan stres, sehingga melakukan berbagai hal untuk menyingkirkan kebosanan tersebut.

Bagi orang berada, menurut Tuli, belanja online dapat menjadi ‘mekanisme kompensasi’ karena sebagian besar perjalanan dan liburan terhenti. “Sebelum pandemi melanda, konsumen biasanya akan membeli barang-barang mewah di luar negeri yang harganya lebih murah daripada negara asal mereka. Namun, dengan pembatasan perjalanan, pembelian kini lebih sering terjadi di negara asal mereka dengan belanja online menjadi normal baru,” ujar Tuli seperti yang dilansir dari reuters.com. (Baca: Mengenal Jamur Enoki, Benarkah Berbahaya?)

Tuli menambahkan, berdasarkan data terakhir Departemen Statistik di Singapura, peningkatan penjualan tas mewah secara online ini sangat kontras dengan penjualan ritel yang semakin suram.

Di Singapura, penjualan ritel untuk kategori pakaian jadi dan alas kaki anjlok 85,3 persen pada April 2020 dibandingkan periode waktu yang sama tahun lalu. “Tentu saja, dengan banyak gerai ritel di seluruh dunia dipaksa untuk menutup pintu mereka, masuk akal bahwa pengecer online akan melihat peningkatan penjualan karena konsumen mengubah pola pembelian mereka,” ujar Tuli.

Sementara itu menurut salah satu pendiri dan CFO platform penjualan kilat OnTheList, Diego Dultzin Lacoste, menuturkan, peningkatan penjualan tas mewah secara online ini terjadi di Asia khususnya di Cina dan Korea Selatan. Semua rumah mewah telah melaporkan bisnis yang cepat di dua negara tersebut.

Menurut Lacoste, pembeli asal Cina adalah kunci untuk label-label tas mewah karena menyumbang 35% dari pengeluaran mewah global pada tahun 2019. Lacoste mengharapkan pengaruh mereka pada sektor ini untuk tumbuh lebih jauh dalam beberapa tahun ke depan hingga tahun 2025. (Baca juga: Senat AS Menyetujui RUU Sanksi China Terkait Hong Kong)

“Dengan perjalanan global yang diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat normal hingga dua tahun, konsumen Cina yang biasanya melakukan dua pertiga dari pembelian mewah mereka di luar negeri sebagian besar akan berbelanja di rumah, mempercepat tren belanja online yang sudah berjalan,” ujar Lacoste.

Kenaikan penjualan ini tetap terjadi meskipun adanya kenaikan harga barang. Direktur kreatif Chanel, Virginie Viard mengatakan bahwa pihaknya menaikkan harga pada tas ikonik dan beberapa barang kulit kecil antara 5% dan 17% di seluruh dunia karena pandemi telah menaikkan biaya bahan baku tertentu. "Penyesuaian ini dilakukan sambil memastikan bahwa kami menghindari perbedaan harga yang berlebihan antar negara," kata Viard.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1377 seconds (0.1#10.140)