Serunya Menikmati ‘Sepotong Surga’ dari Ende
loading...
A
A
A
NUSA TENGGARA TIMUR - Bumi Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) memang selalu punya cerita. Keindahan, keunikan dan kekayaan alam dan masyarakatnya selalu membawa hasrat para pelancong untuk kembali. Danau Kelimutu yang terletak di puncak gunung Kelimutu, Kabupaten Ende menjadi satu dari sekian banyak destinasi utama yang berkunjung ke provinsi di timur Indonesia ini.
Ada tiga buah danau di puncak Gunung Kelimutu. Menariknya ketiganya memiliki warna yang berbeda. Masyarakat setempat percaya ketiga danau ini dihuni oleh arwah para leluhur. Biasanya warna danau tersebut yaitu biru kehitaman, hijau tosca dan coklat kehitaman.
Masyarakat setempat juga percaya, warna danau ini menunjukkan kabar dari alam. Hijau atau biru itu berarti kemakmuran atau kesejahteraan, coklat berarti mengabarkan gagal panen. Ketiga adalah warna merah, yaitu warna yang paling tidak diharapkan terjadi, karena mengabarkan adanya bencana alam atau sesuatu buruk akan terjadi. Namun secara ilmiah terjadinya perubahan warna di Danau Kelimutu itu akibat adanya reaksi kimia di dalam danau. Lepas dari semua anggapan masyarakat, Pemandangan Danau Kelimutu sangat memesona, dan jarang ditemukan di manapun.
Setelah mengunjungi Danau Kelimutu yang terletak di kawasan Taman Nasional Kelimutu, bisa dilanjutkan dengan mengunjungi desa wisata yang sangat cantik yaitu Desa Detusoko Barat. Desa ini berjarak 30 km dari Kelimutu, atau 40 menit saja ditempuh dengan kendaraan.
Pemandangan yang begitu indah dan hijau, membuat tempat ini kerap disebut sebagai ‘sepotong surga di dunia’ oleh para wisatawan. Sepanjang mata memandang, disuguhi hamparan sawah yang hijau. Udaranya bersih dan segar, suasananya nyaman sehingga siapa pun yang akan berkunjung ke tempat ini akan merasakan tentram dan loh jinawi.
Ada hal spesial yang Anda rasakan saat berkunjung ke desa ini, yakni sambutan warga. Mereka menggelar sambutan khusus bagi tamu dengan tarian adat yang menawan. Eitss kita pun bisa turut berbaur menari dengan masyarakat adatnya lhoo.
Sebelum tinggal sementara di desa ini, Anda mesti menghadap pada ketua adat untuk meminta izinnya. Selanjutnya akan disuguhi sirih, rokok dan arak lokal atau dinamakan moke. Suguhan tersebut merupakan simbolis penerimaan suku akan kehadiran kita. Seru bukan?
Di desa wisata ini, kita bisa menyaksikan sejumlah rumah adat yang kental dengan nuansa budaya asli. Rumah adat tersebut tampak rapi dan bersih. Mereka, para warga ini memiliki kesepakatan untuk rutin merapikan rumah adat secara bersama-sama setiap tiga tahun sekali. Selanjutnya rumah adat bakal diganti secara rutin setiap 10 tahun sekali. Saat bekerja sama memelihara rumah adat ini, juga digelar upacara tarian perayaan.
Susur Sawah
Selain melihat masyarakatnya yang masih kental memegang teguh tradisi budaya leluhur, di desa ini Anda bisa menikmati hamparan sawah dengan paket wisata susur sawah. Di susur sawah ini, bisa turut serta membajak secara tradisional dengan para petani. Ehm bersentuhan langsung dengan kerbau dan tanah lumpur yang menghasilkan padi untuk makanan sehari-hari adalah pengalaman yang tak terlupakan. Oh ya kalau Anda datang berkunjung pada Mei atau Juni, bisa berkesempatan turut memanen padi. Petani di desa ini memiliki hasil sawah andalan yani beras merah dan beras hitam yang bernilai gizi tinggi.
Menangkap Katak
Keseruan lainnya, Anda bisa berbaur dengan anak-anak desa untuk menangkap katak. Mereka dengan lincah mengintip lubang satu ke lubang lain di sepanjang pematang sawah untuk mengintai dan menangkap katak.
Ada tiga buah danau di puncak Gunung Kelimutu. Menariknya ketiganya memiliki warna yang berbeda. Masyarakat setempat percaya ketiga danau ini dihuni oleh arwah para leluhur. Biasanya warna danau tersebut yaitu biru kehitaman, hijau tosca dan coklat kehitaman.
Masyarakat setempat juga percaya, warna danau ini menunjukkan kabar dari alam. Hijau atau biru itu berarti kemakmuran atau kesejahteraan, coklat berarti mengabarkan gagal panen. Ketiga adalah warna merah, yaitu warna yang paling tidak diharapkan terjadi, karena mengabarkan adanya bencana alam atau sesuatu buruk akan terjadi. Namun secara ilmiah terjadinya perubahan warna di Danau Kelimutu itu akibat adanya reaksi kimia di dalam danau. Lepas dari semua anggapan masyarakat, Pemandangan Danau Kelimutu sangat memesona, dan jarang ditemukan di manapun.
Setelah mengunjungi Danau Kelimutu yang terletak di kawasan Taman Nasional Kelimutu, bisa dilanjutkan dengan mengunjungi desa wisata yang sangat cantik yaitu Desa Detusoko Barat. Desa ini berjarak 30 km dari Kelimutu, atau 40 menit saja ditempuh dengan kendaraan.
Pemandangan yang begitu indah dan hijau, membuat tempat ini kerap disebut sebagai ‘sepotong surga di dunia’ oleh para wisatawan. Sepanjang mata memandang, disuguhi hamparan sawah yang hijau. Udaranya bersih dan segar, suasananya nyaman sehingga siapa pun yang akan berkunjung ke tempat ini akan merasakan tentram dan loh jinawi.
Ada hal spesial yang Anda rasakan saat berkunjung ke desa ini, yakni sambutan warga. Mereka menggelar sambutan khusus bagi tamu dengan tarian adat yang menawan. Eitss kita pun bisa turut berbaur menari dengan masyarakat adatnya lhoo.
Sebelum tinggal sementara di desa ini, Anda mesti menghadap pada ketua adat untuk meminta izinnya. Selanjutnya akan disuguhi sirih, rokok dan arak lokal atau dinamakan moke. Suguhan tersebut merupakan simbolis penerimaan suku akan kehadiran kita. Seru bukan?
Di desa wisata ini, kita bisa menyaksikan sejumlah rumah adat yang kental dengan nuansa budaya asli. Rumah adat tersebut tampak rapi dan bersih. Mereka, para warga ini memiliki kesepakatan untuk rutin merapikan rumah adat secara bersama-sama setiap tiga tahun sekali. Selanjutnya rumah adat bakal diganti secara rutin setiap 10 tahun sekali. Saat bekerja sama memelihara rumah adat ini, juga digelar upacara tarian perayaan.
Susur Sawah
Selain melihat masyarakatnya yang masih kental memegang teguh tradisi budaya leluhur, di desa ini Anda bisa menikmati hamparan sawah dengan paket wisata susur sawah. Di susur sawah ini, bisa turut serta membajak secara tradisional dengan para petani. Ehm bersentuhan langsung dengan kerbau dan tanah lumpur yang menghasilkan padi untuk makanan sehari-hari adalah pengalaman yang tak terlupakan. Oh ya kalau Anda datang berkunjung pada Mei atau Juni, bisa berkesempatan turut memanen padi. Petani di desa ini memiliki hasil sawah andalan yani beras merah dan beras hitam yang bernilai gizi tinggi.
Menangkap Katak
Keseruan lainnya, Anda bisa berbaur dengan anak-anak desa untuk menangkap katak. Mereka dengan lincah mengintip lubang satu ke lubang lain di sepanjang pematang sawah untuk mengintai dan menangkap katak.