Nyaris Gulung Tikar, Kopi Aroma Bandung Tetap Laris Jelang Satu Abad

Minggu, 11 September 2022 - 19:20 WIB
loading...
A A A
Mesin-mesin sangrai di pabrik Kopi Aroma dioperasikan dengan kayu bakar yakni kayu pohon karet. Asap dari pembakaran kayu pohon karet ini memberi aroma khas tersendiri terhadap kopi yang dihasilkan.

Almarhum BJ Habibie, ungkap Widya, sangat mengagumi mesin sangrai kopi buatan Jerman yang digunakan sejak awal pabrik ini berdiri. Umur mesin ini lebih dari 90 tahun. Semasa hidup, Presiden ke-3 RI ini sering main ke Pabrik Kopi Aroma. Mesinnya memang sudah tua dan gerakannya pelan. Tapi masih kuat. “Itu yang bikin Pak Habibie kagum,” ungkap Widya.

Setelah pengeraman dan pemanggangan, proses penggilingan biji kopi pun masih menggunakan mesin lama. Lagi-lagi produksi Jerman. Kopi Aroma menyediakan kopi giling halus (fine grind) untuk diseduh langsung, kopi giling medium, kopi giling kasar maupun biji matang.

Lantaran laris manis, pihak Kopi Aroma membatasi jumlah pembelian. Setiap pembeli hanya boleh maksimal membeli total 3 kilogram kopi setiap datang. Di samping agar pembeli lain kebagian, pembelian kopi dalam jumlah banyak bisa membuat masa penyimpanan di tingkat konsumen jadi lebih lama sehingga mutu kopi dikhawatirkan menurun.

Untuk harga, per September 2022, jenis mokka arabika dibanderol Rp80.000 per 500 gram dan jenis robusta Rp55.000 per 500 gram. Tersedia juga kemasan 250 gram.

Kiat apalagi yang membuat Kopi Aroma tetap eksis hingga kini? “Kami menyeimbangkan semua aspek. Tujuh M: Man, Machine, Material, Method, Money, Market dan Minute. Kalau tak seimbang, misalnya market diperbesar tapi mutu dikurangi, tentu tidak baik untuk kelangsungan usaha,” jawab Widya.

Kiat lainnya adalah menjaga rantai pasokan mulai bahan baku hingga barang jadi. “Supaya usaha kita langgeng, penuh berkah,” katanya. Petani dapat untung, pegawai sejahtera, konsumen sehat. Harga kopi murah meriah namun kualitas tetap super.

Salah satu pembeli kopi Aroma, Dhani, 45 tahun, mengaku sebagai pelanggan setia. Dia dan ayahnya sama-sama penggemar Kopi Aroma. “Saya tahu dan suka kopi ini dari ayah saya. Sesuai namanya, belum diseduh saja wanginya sudah semerbak,” ujar Dhani yang hari itu membeli 2 kg kopi jenis robusta.

Hal senada disampaikan oleh Haris, 38 tahun, karyawan swasta. “Hari ini saya membeli jenis mokka arabika. Saya suka karena tidak terlalu pahit dan kadar kafeinnya rendah,” ungkapnya. Haris datang tengah hari agar tidak kehabisan. Meski Toko Kopi Aroma buka pukul 08.00-16.30 WIB, biasanya stok kopi sudah terjual habis menjelang pukul 15.00 WIB.

Hari Senin pagi dikenal sebagai waktu terjadinya antrean panjang pembeli lantaran Toko Kopi Aroma tutup pada hari Minggu dan tanggal merah. Banyak konsumen datang membeli untuk “mengamankan” persediaan Kopi Aroma mereka yang sempat menipis di akhir pekan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2504 seconds (0.1#10.140)