Bunda Perlu Tahu, Mommy Burnout Bisa Dicegah dengan Pemberian ASI Eksklusif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi merupakan hal yang sangat dianjurkan, terutama ketika baru lahir hingga 6 bulan. ASI sendiri merupakan sumber asupan nutrisi yang sangat bagus untuk si kecil.
Faktanya, pemberian ASI eksklusif tak hanya bagus untuk si bayi, tapi juga ibunya. Peneliti laktasi dari Program Studi Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, memaparkan, ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya dapat meningkatkan hormon bahagia.
"Saat memberi ASI, hormon stres atau kortisol terbuang dan otomatis merangsang pertumbuhan hormon oksitosin," ungkapnya dalam Diskusi Kelompok Terbatas, Refleksi Hari Ibu 2022: Kesehatan Pekerja Perempuan Indonesia, Bagaimana Kondisi di Indonesia?, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ini Batasan Aman Konsumsi Makanan Manis saat Natal, Cegah Diabetes
Dia pun menjelaskan, untuk memberikan ASI eksklusif secara maksimal, pihak perusahaan tempat ibu bekerja harus memberikan hak cuti 6 bulan. Pasalnya, selama ini banyak wanita pekerja yang mengalami 'mommy burnout'.
Mommy burnout merupakan kondisi kelelahan fisik maupun mental yang dialami seorang ibu saat mengandung dan merawat anak-anaknya.
Ciri-ciri ibu yang mengalami burnout biasanya merasa kelelahan sepanjang hari, merasa muak menjadi orang tua, hingga bisa menjaga jarak secara emosional dengan sang anak.
"Penelitian di Indonesia secara umum belum ada mengenai burnout yang dialami oleh pekerja wanita, tapi kajian untuk tenaga kesehatan ada. Perawat dan dokter perempuan sempat mengalami burnout saat pandemi. Kalau dikembangkan lebih jauh, potensi burnout pada pekerja yang menyusui bisa berkali-kali lipat," paparnya.
Lalu, apakah masalah seperti itu bisa dicegah? Dokter Rey pun menjawab pasti bisa. Hal yang perlu ditingkatkan adalah peran laktasi.
"Kalau laktasinya maksimal enggak akan mengalami itu. Bagi mereka yang peran laktasinya jelek akan lebih berat. Itu dialami saat pandemi," kata dr. Rey.
Dia pun menyarankan kepada para ibu, khususnya ibu pekerja untuk memberikan ASI eksklusif kepada si kecil.
Baca juga: 619 Anak di Bantul Positif TBC, Benarkah Menular Lewat Ciuman?
"Kalau ibu berhasil kasih ASI eksklusif hormon kortisolnya rendah. Hormon kortisol gampang timbul bagi ibu yang gagal kasih ASI eksklusif. Sebaliknya, ibu yang stres, parentingnya jelek, akibatnya mencetak masa depan anak yang nggak bagus," bebernya.
Faktanya, pemberian ASI eksklusif tak hanya bagus untuk si bayi, tapi juga ibunya. Peneliti laktasi dari Program Studi Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, memaparkan, ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada anaknya dapat meningkatkan hormon bahagia.
"Saat memberi ASI, hormon stres atau kortisol terbuang dan otomatis merangsang pertumbuhan hormon oksitosin," ungkapnya dalam Diskusi Kelompok Terbatas, Refleksi Hari Ibu 2022: Kesehatan Pekerja Perempuan Indonesia, Bagaimana Kondisi di Indonesia?, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ini Batasan Aman Konsumsi Makanan Manis saat Natal, Cegah Diabetes
Dia pun menjelaskan, untuk memberikan ASI eksklusif secara maksimal, pihak perusahaan tempat ibu bekerja harus memberikan hak cuti 6 bulan. Pasalnya, selama ini banyak wanita pekerja yang mengalami 'mommy burnout'.
Mommy burnout merupakan kondisi kelelahan fisik maupun mental yang dialami seorang ibu saat mengandung dan merawat anak-anaknya.
Ciri-ciri ibu yang mengalami burnout biasanya merasa kelelahan sepanjang hari, merasa muak menjadi orang tua, hingga bisa menjaga jarak secara emosional dengan sang anak.
"Penelitian di Indonesia secara umum belum ada mengenai burnout yang dialami oleh pekerja wanita, tapi kajian untuk tenaga kesehatan ada. Perawat dan dokter perempuan sempat mengalami burnout saat pandemi. Kalau dikembangkan lebih jauh, potensi burnout pada pekerja yang menyusui bisa berkali-kali lipat," paparnya.
Lalu, apakah masalah seperti itu bisa dicegah? Dokter Rey pun menjawab pasti bisa. Hal yang perlu ditingkatkan adalah peran laktasi.
"Kalau laktasinya maksimal enggak akan mengalami itu. Bagi mereka yang peran laktasinya jelek akan lebih berat. Itu dialami saat pandemi," kata dr. Rey.
Dia pun menyarankan kepada para ibu, khususnya ibu pekerja untuk memberikan ASI eksklusif kepada si kecil.
Baca juga: 619 Anak di Bantul Positif TBC, Benarkah Menular Lewat Ciuman?
"Kalau ibu berhasil kasih ASI eksklusif hormon kortisolnya rendah. Hormon kortisol gampang timbul bagi ibu yang gagal kasih ASI eksklusif. Sebaliknya, ibu yang stres, parentingnya jelek, akibatnya mencetak masa depan anak yang nggak bagus," bebernya.
(nug)