Eliminasi Penyakit TBC 2030, Otsuka Kolaborasi dengan Kemenaker Dukung Program Free TBC at Workplace
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC.
Berdasarkan hal itu, PT Otsuka dan sejumlah perusahaan swasta terkemuka di Indonesia menginisiasi program Free TBC at Workplaces sebagai wujud komitmen Otsuka sesuai dengan filosofi perusahaan yaitu Otsuka People Creating New Product for Better Health Worldwide.
Program ini telah mendapat dukungan dari Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan. Adapun Delapan anak perusahaan tersebut di antaranya PT Otsuka Indonesia, PT Amerta Indah Otsuka, PT Otsuka Distribution Indonesia, PT Merapi Utama Pharma, PT Lautan Otsuka Chemical, PT Widatra Bhakti, PT Uni-Charm Indonesia Tbk, dan PT Panasonic Gobel Life Solution.
Sudarmadi Widodo selaku HRD and Corporate Communication Director Otsuka mengatakan bahwa Penderita TBC di Indonesia didominasi oleh usia produktif, sehingga tempat kerja bisa menjadi salah satu area penularan TBC. Walaupun penyakit ini memiliki risiko kematian, tetapi dapat disembuhkan dengan pengobatan secara rutin selama enam bulan.
“Tuberkulosis di Indonesia umumnya dialami masyarakat dengan rentang usia 24--45 tahun. Penanggulangan Tuberkulosis di tempat kerja jadi tonggak penting pemberantasan TBC di Indonesia.Deteksi awal serta konsistensi pada masa pengobatan masih menjadi hambatan untuk mengurangi kasus TBC," kata HRD and Corporate Communication Director PT Amerta Indah Otsuka Sudarmadi Widodo di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (12/1/2023).
Walaupun penyakit TBC memiliki risiko kematian, kata Widodo, tetapi dapat disembuhkan dengan pengobatan secara rutin selama enam bulan. "Saat ini sudah dua orang dinyatakan sembuh dalam kurang dari enam bulan pengobatan," katanya.
Widodo mengatakan, tempat kerja bisa menjadi salah satu area penularan TBC, di tengah proses deteksi awal serta konsistensi pada masa pengobatan yang masih menjadi hambatan.Selain itu, stigma negatif pasien TBC di tengah masyarakat juga menjadi tantangan dalam proses skrining penyakit oleh pengelola perusahaan.
“Kami telah melakukan skrining TBC terhadap sekitar 7.000 karyawan dari delapan anak perusahan, sebanyak 13 karyawan di antaranya terdiagnosa TBC aktif.
Dalam acara yang sama, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI Ida Fauziah mengatakan TBC masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia. Menurut data Kemenkes, ada lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC.
Untuk mengurangi kasus TBC di Indonesia dibutuhkan peran aktif dari semua pihak, baik masyarakat umum maupun pihak swasta. Sejalan dengan tujuan kami untuk Indonesia Bebas TBC pada 2030, program “Free TBC at Workplaces” yang diinisiasi oleh Otsuka akan sangat membantu Pemerintah dalam mengurangi kasus TBC di tempat kerja.
"Kita harus sadar TBC adalah satu di antara penyakit dahsyat. Indonesia menempati peringkat kedua dunia saat ini," katanya.
Selain itu, dengan diluncurkannya aplikasi ‘Sembuh TB’ sebagai aplikasi pendamping bagi para penderita TBC akan lebih memaksimalkan proses penyembuhan”, ungkap Ida Fauziyah.
Berdasarkan hal itu, PT Otsuka dan sejumlah perusahaan swasta terkemuka di Indonesia menginisiasi program Free TBC at Workplaces sebagai wujud komitmen Otsuka sesuai dengan filosofi perusahaan yaitu Otsuka People Creating New Product for Better Health Worldwide.
Program ini telah mendapat dukungan dari Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan. Adapun Delapan anak perusahaan tersebut di antaranya PT Otsuka Indonesia, PT Amerta Indah Otsuka, PT Otsuka Distribution Indonesia, PT Merapi Utama Pharma, PT Lautan Otsuka Chemical, PT Widatra Bhakti, PT Uni-Charm Indonesia Tbk, dan PT Panasonic Gobel Life Solution.
Sudarmadi Widodo selaku HRD and Corporate Communication Director Otsuka mengatakan bahwa Penderita TBC di Indonesia didominasi oleh usia produktif, sehingga tempat kerja bisa menjadi salah satu area penularan TBC. Walaupun penyakit ini memiliki risiko kematian, tetapi dapat disembuhkan dengan pengobatan secara rutin selama enam bulan.
“Tuberkulosis di Indonesia umumnya dialami masyarakat dengan rentang usia 24--45 tahun. Penanggulangan Tuberkulosis di tempat kerja jadi tonggak penting pemberantasan TBC di Indonesia.Deteksi awal serta konsistensi pada masa pengobatan masih menjadi hambatan untuk mengurangi kasus TBC," kata HRD and Corporate Communication Director PT Amerta Indah Otsuka Sudarmadi Widodo di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (12/1/2023).
Walaupun penyakit TBC memiliki risiko kematian, kata Widodo, tetapi dapat disembuhkan dengan pengobatan secara rutin selama enam bulan. "Saat ini sudah dua orang dinyatakan sembuh dalam kurang dari enam bulan pengobatan," katanya.
Widodo mengatakan, tempat kerja bisa menjadi salah satu area penularan TBC, di tengah proses deteksi awal serta konsistensi pada masa pengobatan yang masih menjadi hambatan.Selain itu, stigma negatif pasien TBC di tengah masyarakat juga menjadi tantangan dalam proses skrining penyakit oleh pengelola perusahaan.
“Kami telah melakukan skrining TBC terhadap sekitar 7.000 karyawan dari delapan anak perusahan, sebanyak 13 karyawan di antaranya terdiagnosa TBC aktif.
Dalam acara yang sama, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI Ida Fauziah mengatakan TBC masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia. Menurut data Kemenkes, ada lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC.
Untuk mengurangi kasus TBC di Indonesia dibutuhkan peran aktif dari semua pihak, baik masyarakat umum maupun pihak swasta. Sejalan dengan tujuan kami untuk Indonesia Bebas TBC pada 2030, program “Free TBC at Workplaces” yang diinisiasi oleh Otsuka akan sangat membantu Pemerintah dalam mengurangi kasus TBC di tempat kerja.
"Kita harus sadar TBC adalah satu di antara penyakit dahsyat. Indonesia menempati peringkat kedua dunia saat ini," katanya.
Selain itu, dengan diluncurkannya aplikasi ‘Sembuh TB’ sebagai aplikasi pendamping bagi para penderita TBC akan lebih memaksimalkan proses penyembuhan”, ungkap Ida Fauziyah.
(hri)