Kho Ping Hoo, Suling Emas Jilid 5 Bagian 7
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Suling Emas
Kam Si Ek cepat memutar goloknya dan mainkan ilmu silat keturunan keluarga Kam. Pertahanannya kuat sekali, namun didesak oleh tiga batang pedang yang bekerja sama baik sekali, ia hanya mampu menangkis sambil berloncatan ke sana ke mari, sebentar saja terdesak hebat.
Namun, sebagai seorang jantan Kam Si Ek berpegang kepada kata-katanya. Ia tidak mau berteriak minta bantuan para penjaga yang berada di luar gedung itu dan tetap mempertahankan diri dengan goloknya. Sewaktu pedang Si Baju Merah menusuk tenggorokan dan ia menangkis dengan golok, pedang Si Baju Kuning sudah membabat penggangnya.
Cepat ia bergerak dengan jurus Burung Walet Membalikkan Tubuh, membuat gerakan memutar untuk mengelak sambil memutar goloknya melindungi tubuh belakang. Ia berhasil mengelak dan sekaligus menangkis babatan pedang Si Baju Hijau tepat pada waktunya. Akan tetapi kembali pedang Si Baju Merah sudah menerjang datang, disusul dua buah pedang yang lain! Karena ketiga orang gadis lihai itu kini menghujankan serangan di tiga bagian, yaitu bawah tengah dan atas, maka sibuk jugalah Kam Si Ek.
Dengan ilmu golok emasnya yang diputar merupakan benteng melindungi tubuhnya, ia hanya dapat melindungi bagian atas dan tengah saja, sehingga menghadapi penyerangan pedang d!bagian bawah, ia harus meloncat-loncat yang membuat gerakan pemutaran goloknya terganggu. Setelah lewat tiga puluh jurus, pemuda ini mulai berputar-putar dan terdesak ke sana ke mari, semua jalan keluar telah dihadang oleh tiga orang gadis yang tertawa-tawa mengejek.
"Jenderal sombong, daripada mati di ujung pedang, bukankah lebih baik kau memeluk tiga orang gadis jelita? Ah, alangkah goblok engkau! Mana bisa engkau melawan See-liong-sam-ci-moi? Kami benar-benar mencintaimu, Kam-goanswe!"
"Lebih baik aku mati !" teriak Kam Si Ek ganas dan melihat kesempatan selagi Si Baju Merah bicara, golok emasnya menyambar dengan pembalasan serangan dahsyat. Namun tiga batang pedang sudah menangkisnya dan kembali ia terkepung tiga gulungan sinar berkilau yang mematikan semua jalan ke luar itu.
Liu Lu Sian yang menonton dari atas genteng, segera mengetahui bahwa biarpun Kam Si Ek memiliki tenaga yang cukup kuat, namun di bidang ilmu silat agaknya belum dapat diandalkan benar, jauh di bawah tingkat tiga orang gadis itu. Kemarahannya memuncak dan kekagumannya terhadap Kam Si Ek juga memuncak. Ia segera mengambil jarum-jarum rahasianya dan tiga kali tangannya bergerak disertai pengerahan sin-kang yang sepenuhnya.
Senjata rahasia jarum ini adalah ajaran ayahnya, penggunaannya amat sukar karena jarum-jarum itu kecil dan ringan sekali, harus disambitkan dengan sin-kang tertentu baru dapat meluncurcepat melebihi anak panah. Dan sekali jarum-jarum ini meluncur, sama sekali tidak mendatangkan suara, kalaupun ada, suara itu halus sekali sukar ditangkap telinga.
Hebat sekali kesudahannya. Terdengar jerit melengking dan tiga orang gadis iti seperti disambar petir. Si Baju Merah melepaskan pedangnya dan berputar-putar seperti mabok, disusul Si Baju Kuning yang melemparkan pedang dan mencekik lehernya sendiri, kemudian Si Baju Hijau terjungkal dan melingkar-lingkar di atas lantai. Tiga orang gadis itu berkelojotan di atas lantai dan beberapa menit kemudian tak bergerak lagi. Si Baju Merah kemasukan jarum tepat di ubun-ubunnya, Si Baju Kuning terkena lehernya dan Si Baju Hijau terserang dadanya. Jarum-jarum itu mengandung racun kelabang yang gigitannya menewaskan seketika, maka bukan main hebatnya.
Kam Si Ek berdiri dengan golok melintang di depan dada, matanya terbelalak lebar. Pada saat itu berkelebat bayangan memasuki pintu dan muncullah seorang wanita berpakaian serba putih, wajahnya cantik dan terang, usianya sebaya dengan Kam Si Ek. Wanita ini memegang sebatang pedang dan tangan kirinya menjambak rambut dua orang laki-laki berpakaian tentara lalu ia mendorong dua orang itu sehingga terguling di atas lantai, terus berlutut di situ dengan tubuh menggigil.
"Eh, Sute siapa mereka ini... ah, bukankah ini See-liong-sam-ci-moi yang menjadi tamu kita? Dan... ah, mereka sudah tewas dan ... kau memegang golok! Apa yang terjadi, Sute?"
Kam Si Ek menggunakan tangan kirinya menggosok mata lalu menyusut peluh di dahinya, menggeleng-geleng kepala. "Bukan aku yang membunuh mereka, Suci. Tapi mereka patut tewas, mereka mempunyai niat busuk terhadap aku. Akan tetapi.... agaknya ada orang pandai membantu dan membunuh mereka..."
Wanita itu membanting-banting kakinya. "Celaka! Mereka adalah tamu-tamu kita, mana patut tewas di sini? Kalau ada orang yang membunuh mereka secara bersembunyi, belum tentu berniat baik. Kita harus cari dia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Wanita baju putih itu meloncat keluar lagi.
"Nanti dulu, Suci. Dua orang ini... ada apakah ?" (Bersambung)
Kam Si Ek cepat memutar goloknya dan mainkan ilmu silat keturunan keluarga Kam. Pertahanannya kuat sekali, namun didesak oleh tiga batang pedang yang bekerja sama baik sekali, ia hanya mampu menangkis sambil berloncatan ke sana ke mari, sebentar saja terdesak hebat.
Namun, sebagai seorang jantan Kam Si Ek berpegang kepada kata-katanya. Ia tidak mau berteriak minta bantuan para penjaga yang berada di luar gedung itu dan tetap mempertahankan diri dengan goloknya. Sewaktu pedang Si Baju Merah menusuk tenggorokan dan ia menangkis dengan golok, pedang Si Baju Kuning sudah membabat penggangnya.
Cepat ia bergerak dengan jurus Burung Walet Membalikkan Tubuh, membuat gerakan memutar untuk mengelak sambil memutar goloknya melindungi tubuh belakang. Ia berhasil mengelak dan sekaligus menangkis babatan pedang Si Baju Hijau tepat pada waktunya. Akan tetapi kembali pedang Si Baju Merah sudah menerjang datang, disusul dua buah pedang yang lain! Karena ketiga orang gadis lihai itu kini menghujankan serangan di tiga bagian, yaitu bawah tengah dan atas, maka sibuk jugalah Kam Si Ek.
Dengan ilmu golok emasnya yang diputar merupakan benteng melindungi tubuhnya, ia hanya dapat melindungi bagian atas dan tengah saja, sehingga menghadapi penyerangan pedang d!bagian bawah, ia harus meloncat-loncat yang membuat gerakan pemutaran goloknya terganggu. Setelah lewat tiga puluh jurus, pemuda ini mulai berputar-putar dan terdesak ke sana ke mari, semua jalan keluar telah dihadang oleh tiga orang gadis yang tertawa-tawa mengejek.
"Jenderal sombong, daripada mati di ujung pedang, bukankah lebih baik kau memeluk tiga orang gadis jelita? Ah, alangkah goblok engkau! Mana bisa engkau melawan See-liong-sam-ci-moi? Kami benar-benar mencintaimu, Kam-goanswe!"
"Lebih baik aku mati !" teriak Kam Si Ek ganas dan melihat kesempatan selagi Si Baju Merah bicara, golok emasnya menyambar dengan pembalasan serangan dahsyat. Namun tiga batang pedang sudah menangkisnya dan kembali ia terkepung tiga gulungan sinar berkilau yang mematikan semua jalan ke luar itu.
Liu Lu Sian yang menonton dari atas genteng, segera mengetahui bahwa biarpun Kam Si Ek memiliki tenaga yang cukup kuat, namun di bidang ilmu silat agaknya belum dapat diandalkan benar, jauh di bawah tingkat tiga orang gadis itu. Kemarahannya memuncak dan kekagumannya terhadap Kam Si Ek juga memuncak. Ia segera mengambil jarum-jarum rahasianya dan tiga kali tangannya bergerak disertai pengerahan sin-kang yang sepenuhnya.
Senjata rahasia jarum ini adalah ajaran ayahnya, penggunaannya amat sukar karena jarum-jarum itu kecil dan ringan sekali, harus disambitkan dengan sin-kang tertentu baru dapat meluncurcepat melebihi anak panah. Dan sekali jarum-jarum ini meluncur, sama sekali tidak mendatangkan suara, kalaupun ada, suara itu halus sekali sukar ditangkap telinga.
Hebat sekali kesudahannya. Terdengar jerit melengking dan tiga orang gadis iti seperti disambar petir. Si Baju Merah melepaskan pedangnya dan berputar-putar seperti mabok, disusul Si Baju Kuning yang melemparkan pedang dan mencekik lehernya sendiri, kemudian Si Baju Hijau terjungkal dan melingkar-lingkar di atas lantai. Tiga orang gadis itu berkelojotan di atas lantai dan beberapa menit kemudian tak bergerak lagi. Si Baju Merah kemasukan jarum tepat di ubun-ubunnya, Si Baju Kuning terkena lehernya dan Si Baju Hijau terserang dadanya. Jarum-jarum itu mengandung racun kelabang yang gigitannya menewaskan seketika, maka bukan main hebatnya.
Kam Si Ek berdiri dengan golok melintang di depan dada, matanya terbelalak lebar. Pada saat itu berkelebat bayangan memasuki pintu dan muncullah seorang wanita berpakaian serba putih, wajahnya cantik dan terang, usianya sebaya dengan Kam Si Ek. Wanita ini memegang sebatang pedang dan tangan kirinya menjambak rambut dua orang laki-laki berpakaian tentara lalu ia mendorong dua orang itu sehingga terguling di atas lantai, terus berlutut di situ dengan tubuh menggigil.
"Eh, Sute siapa mereka ini... ah, bukankah ini See-liong-sam-ci-moi yang menjadi tamu kita? Dan... ah, mereka sudah tewas dan ... kau memegang golok! Apa yang terjadi, Sute?"
Kam Si Ek menggunakan tangan kirinya menggosok mata lalu menyusut peluh di dahinya, menggeleng-geleng kepala. "Bukan aku yang membunuh mereka, Suci. Tapi mereka patut tewas, mereka mempunyai niat busuk terhadap aku. Akan tetapi.... agaknya ada orang pandai membantu dan membunuh mereka..."
Wanita itu membanting-banting kakinya. "Celaka! Mereka adalah tamu-tamu kita, mana patut tewas di sini? Kalau ada orang yang membunuh mereka secara bersembunyi, belum tentu berniat baik. Kita harus cari dia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Wanita baju putih itu meloncat keluar lagi.
"Nanti dulu, Suci. Dua orang ini... ada apakah ?" (Bersambung)
(dwi)