Film Djajo Kuliti Sisi Humanis Legenda Petualang Dondy Rahardjo
Minggu, 01 September 2024 - 15:10 WIB
Sebagai seorang petualang, sekelumit kisah tentang aktivitas dan keseharian Djajo juga turut dituturkan oleh beberapa sahabat Djajo. Mereka adalah Rolando Edmond Ernst (pendiri TRAMP), Alfi Hendri (owner Tandike), Lody Karua (Mapala UI/owner Arus Liar, Citarik), dan tentunya sejumlah aktivis pecinta alam dan pendaki gunung yang pernah dididik Djajo.
“Kita berdua itu dijuluki sama temen-temen Tom and Jerry, karena kita itu tidak pernah akur, selalu ribut selalu berdebat. Kadang-kadang perdebatan kita sampai bener-bener marah kita, sampai sama-sama marah,” kata Lody Karua mengenang keakrabannya dengan alm Djajo. Walau sering tak akur, Lody mengakui Djajo sahabat yang menyenangkan dan memiliki pergaulan luas.
“Sulit nyari teman dan sosok seperti Djajo. Saya monitor terus dunia pendaki gunung Indonesia. Saya tidak ketemu lagiorang seperti Djajo,” tegas Rolando Edmond Ernst yang tak sungkan mengakui kebaikan-kebaikan Djajo.
“Mas Djajo hubungi saya. Katanya, gua denger kamu buka pondok. Boleh ga saya mondok di sana, mau belajar Quran. Saya bilang boleh aja,” ujar M Firdaus, sahabat Djajo yang juga pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Quran, Nargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Para sesepuh, tokoh dan pentolan pencinta alam, petualang hingga pendaki gunung
berfoto bersama usai menonton film Djajo.
Meski sebagian besar alur cerita dalam film tentang komentar orang-orang yang dekat dengan Djajo, namun berhasil membius dan membuat nelangsa orang-orang yang menontonnya. Selama dua jam lebih, penonton seperti dipaksa untuk tidak bergeser menikmati dengan seksama detik demi detik tayangan dalam film. Sesekali suasana hening dan sunyi disibak suara berbisik penonton, tiba-tiba pecah tawa, bahkan ada yang sesenggukan sambil mengusap air mata.
Senja berbisik lembut di ufuk cakrawala/Merah jingga memeluk lembayung tua/Engkau, petualang jiwa yang tak kenal lelah/Menapak di puncak-puncak, menembus rimba raya. Di kala usia merambat perlahan/Raga mulai rapuh, tergerus waktu yang setia/Namun semangatmu, bak api yang tak pernah padam/Masih menyala, menerangi jalur-jalur petualangan
Baca Juga
“Kita berdua itu dijuluki sama temen-temen Tom and Jerry, karena kita itu tidak pernah akur, selalu ribut selalu berdebat. Kadang-kadang perdebatan kita sampai bener-bener marah kita, sampai sama-sama marah,” kata Lody Karua mengenang keakrabannya dengan alm Djajo. Walau sering tak akur, Lody mengakui Djajo sahabat yang menyenangkan dan memiliki pergaulan luas.
“Sulit nyari teman dan sosok seperti Djajo. Saya monitor terus dunia pendaki gunung Indonesia. Saya tidak ketemu lagiorang seperti Djajo,” tegas Rolando Edmond Ernst yang tak sungkan mengakui kebaikan-kebaikan Djajo.
“Mas Djajo hubungi saya. Katanya, gua denger kamu buka pondok. Boleh ga saya mondok di sana, mau belajar Quran. Saya bilang boleh aja,” ujar M Firdaus, sahabat Djajo yang juga pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Quran, Nargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Para sesepuh, tokoh dan pentolan pencinta alam, petualang hingga pendaki gunung
berfoto bersama usai menonton film Djajo.
Meski sebagian besar alur cerita dalam film tentang komentar orang-orang yang dekat dengan Djajo, namun berhasil membius dan membuat nelangsa orang-orang yang menontonnya. Selama dua jam lebih, penonton seperti dipaksa untuk tidak bergeser menikmati dengan seksama detik demi detik tayangan dalam film. Sesekali suasana hening dan sunyi disibak suara berbisik penonton, tiba-tiba pecah tawa, bahkan ada yang sesenggukan sambil mengusap air mata.
Senja berbisik lembut di ufuk cakrawala/Merah jingga memeluk lembayung tua/Engkau, petualang jiwa yang tak kenal lelah/Menapak di puncak-puncak, menembus rimba raya. Di kala usia merambat perlahan/Raga mulai rapuh, tergerus waktu yang setia/Namun semangatmu, bak api yang tak pernah padam/Masih menyala, menerangi jalur-jalur petualangan
tulis komentar anda