5 Masalah yang Muncul Jika Jarak Kelahiran dan Kehamilan di Bawah 2 Tahun
Senin, 04 Juli 2022 - 13:52 WIB
Kondisi tersebut meningkatkan risiko ibu mengalami anemia. Kalau mengalami anemia dan hamil, itu berisiko tinggi alami keguguran, persalinan prematur, serta pertumbuhan janin terhambat.
"Saat persalinan, akan ada kesulitan yang terjadi. Perdarahan yang banyak juga mungkin terjadi dan ini berisiko kematian," tambah Prof Ovi.
2. Mengurangi hak anak mendapatkan ASI
Karena ibu sudah hamil lagi saat anak belum berusia lebih dari 2 tahun yang artinya masih membutuhkan ASI, kesempatan hak ASI anak yang ada di luar kandungan berkurang. Itu terjadi karena ibu tidak bisa secara maksimal memberikan waktu untuk menyalurkan ASI ke anak. Ini akan berdampak pada pertumbuhan anak yang ada di luar kandungan.
3. Mengurangi hak anak mendapatkan perawatan tumbuh kembang
Perhatian ibu akan terpecah, pada anak yang di luar dan dalam kandungan. Anak yang di luar masih terlalu kecil untuk dilepas, sedangkan ibu juga perlu menjaga bayi yang ada di kandungan.
"Makanya, banyak kasus anak lebih rewel karena ibunya yang sedang hamil tidak memberi perhatian lebih," terang Prof Ovi.
"Atau pada contoh kasus lainnya, anak yang di luar kandungan masih minta gendong, tapi karena ibu sedang hamil jadi tidak bisa gendong. Alhasil, kesetaraan sejahtera bagi anak di luar dan dalam kandungan tidak didapatkan," tambahnya.
4. Pertumbuhan anak yang di dalam kandungan tidak optimal
Karena ibu perlu membagi peran untuk anak di dalam dan luar kandungan, besar kemungkinannya ibu tidak membuat anak yang di dalam kandungan tumbuh optimal. Karena itu, risiko stunting menjadi lebih tinggi, akibat ibu juga mesti fokus merawat dan menjaga anak di luar kandungan.
"Saat persalinan, akan ada kesulitan yang terjadi. Perdarahan yang banyak juga mungkin terjadi dan ini berisiko kematian," tambah Prof Ovi.
2. Mengurangi hak anak mendapatkan ASI
Karena ibu sudah hamil lagi saat anak belum berusia lebih dari 2 tahun yang artinya masih membutuhkan ASI, kesempatan hak ASI anak yang ada di luar kandungan berkurang. Itu terjadi karena ibu tidak bisa secara maksimal memberikan waktu untuk menyalurkan ASI ke anak. Ini akan berdampak pada pertumbuhan anak yang ada di luar kandungan.
3. Mengurangi hak anak mendapatkan perawatan tumbuh kembang
Perhatian ibu akan terpecah, pada anak yang di luar dan dalam kandungan. Anak yang di luar masih terlalu kecil untuk dilepas, sedangkan ibu juga perlu menjaga bayi yang ada di kandungan.
"Makanya, banyak kasus anak lebih rewel karena ibunya yang sedang hamil tidak memberi perhatian lebih," terang Prof Ovi.
"Atau pada contoh kasus lainnya, anak yang di luar kandungan masih minta gendong, tapi karena ibu sedang hamil jadi tidak bisa gendong. Alhasil, kesetaraan sejahtera bagi anak di luar dan dalam kandungan tidak didapatkan," tambahnya.
4. Pertumbuhan anak yang di dalam kandungan tidak optimal
Karena ibu perlu membagi peran untuk anak di dalam dan luar kandungan, besar kemungkinannya ibu tidak membuat anak yang di dalam kandungan tumbuh optimal. Karena itu, risiko stunting menjadi lebih tinggi, akibat ibu juga mesti fokus merawat dan menjaga anak di luar kandungan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda