Regina Art Sukses Tampilkan Monolog Cotton Candy di Bowery Poetry New York
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seniman teater , Joane Win bersama Regina Art sukses mementaskan monolog Cotton Candy di Bowery Poetry, Kota New York, Amerika Serikat, pada perayaan Hari Perempuan Internasional, 8 Maret lalu.
Karya yang disajikan dalam momen International Women's Day bertajuk Embrace Equity itu disadur dari Ruang Arumanis. Di dalamnya mencoba mengeksplorasi tema kekerasan seksual terhadap perempuan dalam suatu peristiwa kerusuhan.
Cotton Candy menggambarkan kaum perempuan menjadi kelompok rentan dalam kasus kekerasan seksual. Sementara, dalam proses penegakan hukum kerapkali melewatkan kondisi mental para penyintas.
Baca juga: Mars Kartini Perindo, Usung Semangat Perjuangan bagi Bangsa
Dalam Cotton Candy, sosok Lisa sebagai karakter sentral, digambarkan sedang berjuang mengatasi traumanya di sebuah lembaga kesehatan mental dengan fasilitas memadai.
Kendati demikian, luka batin yang diderita Lisa tidak dapat disembuhkan begitu saja. Nyatanya, masih cukup banyak korban kekerasan seksual yang tidak tersentuh fasilitas kesehatan maupun pendampingan dari psikolog.
Dari kisah Lisa ini, Joane Win mendorong hadirnya dukungan dari banyak pihak untuk pemulihan mental korban kekerasan seksual, sesuai kondisinya masing-masing.
"Mereka butuh penanganan yang tepat, dan harapan hidup yang masih panjang," lanjut Joane Win melalui keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Joane Win sendiri berhasil menyampaikan pesan kepada penonton melalui penjiwaan dan penguasaan panggung yang hebat.
Noemi dari Broadway League Administrators pun memberikan acungan jempol terhadap penampilan Joane Win. "Saya sangat menyukainya, terasa sangat intens, saya dapat merasakan rasa sakit yang dia alami," ungkap Noemi.
"Saya merasa Joane Win seperti benar-benar mengalami kejadian tersebut pada saat dia tampil tadi," pujinya.
Pada saat yang sama, sejumlah staf di KJRI New York juga tidak ketinggalan untuk memberikan dukungan terhadap pementasan tersebut.
"Pementasan dari Regina Art ini sangat bagus untuk mengenalkan karya sastra dari Indonesia. Dengan penjiwaan yang baik, kami sempat ikut emosional, pasti akan kami dukung lagi untuk pementasan berikutnya," papar Marlene dari KJRI di New York.
Aktivis Perempuan dan Produser Dokumenter Tanah Air, Olin Monteiro pun memberikan apresiasinya kepada Regina Art. "Seni dengan perspektif gender dan empati sangat penting untuk menyuarakan isu kekerasan terhadap perempuan dan mengangkat harkat bagi perempuan," kata dia.
"Semoga lebih banyak karya seni yang lantang menggali isu-isu perempuan seperti Ruang Arumanis/Cotton Candy," tambah Olin.
Baca juga: Kenali Gejala dan Terapi bagi Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan
Sementara itu, Indonesia Monologue Night akan diadakan kembali di Chicago, AS, pada pekan mendatang.
Lihat Juga: 27 Penari Akan Tampil di Pertunjukan Teatrikal Kolosal Sabang Merauke The Indonesian Broadway
Karya yang disajikan dalam momen International Women's Day bertajuk Embrace Equity itu disadur dari Ruang Arumanis. Di dalamnya mencoba mengeksplorasi tema kekerasan seksual terhadap perempuan dalam suatu peristiwa kerusuhan.
Cotton Candy menggambarkan kaum perempuan menjadi kelompok rentan dalam kasus kekerasan seksual. Sementara, dalam proses penegakan hukum kerapkali melewatkan kondisi mental para penyintas.
Baca juga: Mars Kartini Perindo, Usung Semangat Perjuangan bagi Bangsa
Dalam Cotton Candy, sosok Lisa sebagai karakter sentral, digambarkan sedang berjuang mengatasi traumanya di sebuah lembaga kesehatan mental dengan fasilitas memadai.
Kendati demikian, luka batin yang diderita Lisa tidak dapat disembuhkan begitu saja. Nyatanya, masih cukup banyak korban kekerasan seksual yang tidak tersentuh fasilitas kesehatan maupun pendampingan dari psikolog.
Dari kisah Lisa ini, Joane Win mendorong hadirnya dukungan dari banyak pihak untuk pemulihan mental korban kekerasan seksual, sesuai kondisinya masing-masing.
"Mereka butuh penanganan yang tepat, dan harapan hidup yang masih panjang," lanjut Joane Win melalui keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Joane Win sendiri berhasil menyampaikan pesan kepada penonton melalui penjiwaan dan penguasaan panggung yang hebat.
Noemi dari Broadway League Administrators pun memberikan acungan jempol terhadap penampilan Joane Win. "Saya sangat menyukainya, terasa sangat intens, saya dapat merasakan rasa sakit yang dia alami," ungkap Noemi.
"Saya merasa Joane Win seperti benar-benar mengalami kejadian tersebut pada saat dia tampil tadi," pujinya.
Pada saat yang sama, sejumlah staf di KJRI New York juga tidak ketinggalan untuk memberikan dukungan terhadap pementasan tersebut.
"Pementasan dari Regina Art ini sangat bagus untuk mengenalkan karya sastra dari Indonesia. Dengan penjiwaan yang baik, kami sempat ikut emosional, pasti akan kami dukung lagi untuk pementasan berikutnya," papar Marlene dari KJRI di New York.
Aktivis Perempuan dan Produser Dokumenter Tanah Air, Olin Monteiro pun memberikan apresiasinya kepada Regina Art. "Seni dengan perspektif gender dan empati sangat penting untuk menyuarakan isu kekerasan terhadap perempuan dan mengangkat harkat bagi perempuan," kata dia.
"Semoga lebih banyak karya seni yang lantang menggali isu-isu perempuan seperti Ruang Arumanis/Cotton Candy," tambah Olin.
Baca juga: Kenali Gejala dan Terapi bagi Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan
Sementara itu, Indonesia Monologue Night akan diadakan kembali di Chicago, AS, pada pekan mendatang.
Lihat Juga: 27 Penari Akan Tampil di Pertunjukan Teatrikal Kolosal Sabang Merauke The Indonesian Broadway
(nug)