Komunitas Historia Indonesia Sebarkan Semangat Melestarikan Sejarah dan Budaya Bangsa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berawal dari kesamaan kegemaran di bidang sejarah, seorang mahasiswa bernama Asep Kambali bersama sejumlah temannya menginisiasi lahirnya Komunitas Historia Indonesia (KHI).
Pada 22 Maret 2003 di Jakarta, Asep Kambali, yang tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bersama kawan-kawan satu kampusnya, serta beberapa mahasiswa Universitas Indonesia resmi mendirikan KHI.
Awal berdirinya, KHI bernama KPSBI-Historia, yang merupakan kependekan dari Komunitas Peduli Sejarah serta Budaya Indonesia. Namun, pada 2006, KPSBI-Historia diubah menjadi Komunitas Historia Indonesia. Nama KPSBI-Historia itulah yang menjadi cikal bakal dari gerakan KHI hingga saat ini.
"KHI didirikan 22 Maret 2003, saat itu saya berpikir harus ada satu gerakan yang bisa mewadahi lintas generasi supaya mereka anak muda dan orang tua bisa saling belajar, khususnya belajar sejarah," jelas Asep Kambali, dikutip dari kanal YouTube Net Family.
Adapun tujuan dari didirikannya KHI, karena Asep percaya bahwa sejarah merupakan alat utama yang paling penting bagi setiap bangsa, lantaran kolektif menyimpan memori berbagi hal, termasuk perjuangan, kemerdekaan dan cita-cita suatu negara.
"Lebih simpelnya lagi setiap kita adalah manusia yang pasti memiliki sejarah, jika sejarah di antara kita tidak kenal satu sama lain tentu kita tidak saling mencintai," ungkapnya.
Menurut Asep Kambali, Indonesia yang kuat itu Indonesia yang punya jiwa. Di mana Indonesia yang generasinya mengenali sejarah dan budayanya, serta ketahanan nasional. Hal tersebut dimulai dari membangun jiwa, lalu membangun badan.
(Foto: Instagram @komunitashistoria)
"Saya melihat pemerintah dan masyarakat cenderung membangun badannya, seperti menghancurkan bangunan tua dan membangun mall, tapi pembangunan jiwa melalui pendidikan sejarah dan kebudayaan ini dilupakan," ucapnya dalam kanal YouTube Komunitas Historia Indonesia.
"Dengan komunitas historia ini saya mencoba mempelajari sejarah dan kebudayaan. Minimal kita tahu bangsa ini kaya, dan punya potensi sumber daya budaya dan sumber daya alamnya," lanjut dia.
Ketika pertama berdiri, KHI disebutkan hanya memiliki 7 orang anggota, yang terdiri dari beberapa mahasiswa UNJ dan UI. Meski memiliki modal yang terbatas, namun KHI selalu menggelar rutin setiap bulannya.
Asep terus berupaya menghidupkan KHI pada 2005. Dia pun merintis karier di Museum Bank Mandiri, Jakarta. Namun, pada Mei 2007, Asep harus hengkang karena berkonsentrasi menuntaskan skripsinya.
Kemudian, di tahun 2009, Asep menggunakan sarana blog, Facebook dan twitter untuk mengomunikasikan program-program komunitasnya.
KHI pada Januari 2014 mendapat dukungan Tapestrix, meluncurkan platfrom yang berguna untuk komunikasi antara anggota. Kemudian, di tahun 2016, KHI melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama Kementerian Pertahanan RI soal kerja sama gerakan bela negara.
Menariknya, KHI tidak sekadar menarik minat banyak anak muda untuk mencintai sejarah, namun sukses menarik simpati berbagai lembaga serta perusahaan, seperti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut KHI, sejarah serta budaya tidak hanya sekadar subjek pelajaran di sekolah, karena sejarah dan budaya merupakan sumber patriotisme serta nasionalisme rakyat, hal itulah yang menjadi visi KHI.
(Foto: Instagram @komunitashistoria)
Melalui kreativitas kekinian, KHI pun menghadirkan berbagai acara yang mampu menarik minat lintas generasi, baik tua maupun muda agar semakin mencintai sejarahnya. Seperti berwisata di Kota Tua Jakarta, menjelajahi kampung-kampung Tionghoa, menginap semalam di museum dan masih banyak lagi.
Selain berbagai program menarik, sejumlah relawan KHI pun terus dibekali dengan berbagi orientasi hingga pelajaran budaya dan sejarah. Hal itu yang menjadi bekal bagi relawan, untuk menjadi pemandu pada berbagai program tur yang dirancang KHI.
Adapun berbagai kegiatan atau program yang cukup dikenal dari KHI, yaituHeritage Trail to Pecinan Tangerang, Historical Race, Napak Tilas Proklamasi, Walking Tour Soempah Pemoeda, Night at The Museum dan Tour de Busway.
Sementara itu, Asep Kambali memaparkan bahwa ingatan sejarah begitu penting bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, apabila bukan kita yang mengembangkan, sejarah dan budaya akan runtuh dan habis.
"Ingatan sejarah begitu penting bagi bangsa ini. Oleh sebab itu kita percaya KHI sebagai wadah dan sejarah sebagai alat untuk mempersatukan bangsa itu menjadi penting untuk kita pelajari dan lestarikan. Karena tanpa sejarah, kita amnesia, kalau kita amnesia lebih mudah dikendalikan bangsa-bangsa lain," tutup Asep Kambali.
Pada 22 Maret 2003 di Jakarta, Asep Kambali, yang tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bersama kawan-kawan satu kampusnya, serta beberapa mahasiswa Universitas Indonesia resmi mendirikan KHI.
Awal berdirinya, KHI bernama KPSBI-Historia, yang merupakan kependekan dari Komunitas Peduli Sejarah serta Budaya Indonesia. Namun, pada 2006, KPSBI-Historia diubah menjadi Komunitas Historia Indonesia. Nama KPSBI-Historia itulah yang menjadi cikal bakal dari gerakan KHI hingga saat ini.
"KHI didirikan 22 Maret 2003, saat itu saya berpikir harus ada satu gerakan yang bisa mewadahi lintas generasi supaya mereka anak muda dan orang tua bisa saling belajar, khususnya belajar sejarah," jelas Asep Kambali, dikutip dari kanal YouTube Net Family.
Adapun tujuan dari didirikannya KHI, karena Asep percaya bahwa sejarah merupakan alat utama yang paling penting bagi setiap bangsa, lantaran kolektif menyimpan memori berbagi hal, termasuk perjuangan, kemerdekaan dan cita-cita suatu negara.
"Lebih simpelnya lagi setiap kita adalah manusia yang pasti memiliki sejarah, jika sejarah di antara kita tidak kenal satu sama lain tentu kita tidak saling mencintai," ungkapnya.
Menurut Asep Kambali, Indonesia yang kuat itu Indonesia yang punya jiwa. Di mana Indonesia yang generasinya mengenali sejarah dan budayanya, serta ketahanan nasional. Hal tersebut dimulai dari membangun jiwa, lalu membangun badan.
(Foto: Instagram @komunitashistoria)
"Saya melihat pemerintah dan masyarakat cenderung membangun badannya, seperti menghancurkan bangunan tua dan membangun mall, tapi pembangunan jiwa melalui pendidikan sejarah dan kebudayaan ini dilupakan," ucapnya dalam kanal YouTube Komunitas Historia Indonesia.
"Dengan komunitas historia ini saya mencoba mempelajari sejarah dan kebudayaan. Minimal kita tahu bangsa ini kaya, dan punya potensi sumber daya budaya dan sumber daya alamnya," lanjut dia.
Ketika pertama berdiri, KHI disebutkan hanya memiliki 7 orang anggota, yang terdiri dari beberapa mahasiswa UNJ dan UI. Meski memiliki modal yang terbatas, namun KHI selalu menggelar rutin setiap bulannya.
Asep terus berupaya menghidupkan KHI pada 2005. Dia pun merintis karier di Museum Bank Mandiri, Jakarta. Namun, pada Mei 2007, Asep harus hengkang karena berkonsentrasi menuntaskan skripsinya.
Kemudian, di tahun 2009, Asep menggunakan sarana blog, Facebook dan twitter untuk mengomunikasikan program-program komunitasnya.
KHI pada Januari 2014 mendapat dukungan Tapestrix, meluncurkan platfrom yang berguna untuk komunikasi antara anggota. Kemudian, di tahun 2016, KHI melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama Kementerian Pertahanan RI soal kerja sama gerakan bela negara.
Menariknya, KHI tidak sekadar menarik minat banyak anak muda untuk mencintai sejarah, namun sukses menarik simpati berbagai lembaga serta perusahaan, seperti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut KHI, sejarah serta budaya tidak hanya sekadar subjek pelajaran di sekolah, karena sejarah dan budaya merupakan sumber patriotisme serta nasionalisme rakyat, hal itulah yang menjadi visi KHI.
(Foto: Instagram @komunitashistoria)
Melalui kreativitas kekinian, KHI pun menghadirkan berbagai acara yang mampu menarik minat lintas generasi, baik tua maupun muda agar semakin mencintai sejarahnya. Seperti berwisata di Kota Tua Jakarta, menjelajahi kampung-kampung Tionghoa, menginap semalam di museum dan masih banyak lagi.
Selain berbagai program menarik, sejumlah relawan KHI pun terus dibekali dengan berbagi orientasi hingga pelajaran budaya dan sejarah. Hal itu yang menjadi bekal bagi relawan, untuk menjadi pemandu pada berbagai program tur yang dirancang KHI.
Adapun berbagai kegiatan atau program yang cukup dikenal dari KHI, yaituHeritage Trail to Pecinan Tangerang, Historical Race, Napak Tilas Proklamasi, Walking Tour Soempah Pemoeda, Night at The Museum dan Tour de Busway.
Sementara itu, Asep Kambali memaparkan bahwa ingatan sejarah begitu penting bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, apabila bukan kita yang mengembangkan, sejarah dan budaya akan runtuh dan habis.
"Ingatan sejarah begitu penting bagi bangsa ini. Oleh sebab itu kita percaya KHI sebagai wadah dan sejarah sebagai alat untuk mempersatukan bangsa itu menjadi penting untuk kita pelajari dan lestarikan. Karena tanpa sejarah, kita amnesia, kalau kita amnesia lebih mudah dikendalikan bangsa-bangsa lain," tutup Asep Kambali.
(nug)