Mengapa Kepala Suka Pusing saat Tiba-Tiba Berdiri? Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagian besar dari kita mungkin pernah merasakan pusing dan pandangan gelap saat tiba-tiba berdiri. Meskipun sebenarnya hal ini wajar, tapi tidak menutup kemungkinan itu menjadi tanda-tanda adanya penyakit kronis.
Melansir laman Live Science, Kamis (5/10/2023), reaksi ini dikenal sebagai hipotensi postural atau ortostatik. Para ilmuwan menyebut, dalam kondisi yang normal dan wajar, biasanya disebabkan oleh perubahan posisi tubuh yang cepat.
Dr. Stephen Juraschek, profesor kedokteran di Beth Israel Deaconess Medical Center di Harvard Medical School mengungkapkan, pusing setelah berdiri terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba, di mana otak tidak mendapat cukup darah dan oksigen.
Selain itu, suplai oksigen untuk jaringan penginderaan cahaya di retina juga menurun. Karena retina membutuhkan banyak oksigen agar dapat berfungsi dengan baik, penurunan pasokan oksigen sekecil apa pun dapat menyebabkan masalah penglihatan.
"Proses menjaga kestabilan tekanan darah setelah berdiri dikendalikan oleh sistem saraf otonom, yaitu sekumpulan saraf yang mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan," kata Juraschek.
“Saat orang berdiri, sekitar 300-800 cc (sentimeter kubik) darah tertarik ke kaki, menyebabkan penurunan tekanan darah untuk sementara. Itu berarti sekitar 0,3 hingga 0,8 liter darah tiba-tiba mengalir ke kaki," tambahnya.
Penurunan tekanan darah ini dideteksi oleh reseptor yang sensitif terhadap tekanan di arteri yang memasok darah ke otak dan di atrium kanan jantung, tempat darah mengalir setelah mengantarkan oksigen ke tubuh.
Juraschek mengungkapkan, reseptor yang diaktifkan kemudian memicu respons seluruh tubuh yang menstabilkan tekanan darah seseorang, pembuluh darah menyempit, otot-otot kaki serta perut berkontraksi, dan detak jantung meningkat. Hal ini dikatakan Juraschek, biasanya tidak menimbulkan efek yang nyata. Namun, pada orang yang mengalami dehidrasi atau mengalami penyakit, seperti flu, penurunan tekanan darah mungkin lebih drastis serta membutuhkan waktu lebih lama untuk stabil.
Juraschek menyampaikan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika mengalami kondisi ini. Namun, jika hal tersebut sering terjadi atau berlangsung lama, itu bisa menjadi tanda kondisi kesehatan kronis.
Biasanya orang yang sering mengalami kondisi ini adalah penderita hipotensi ortostatik kronis, di mana beberapa orang mengalami kehilangan penglihatan dan keseimbangan yang berlangsung lama atau sering setelah berdiri.
Kondisi ini dapat berlangsung selama lebih dari 3 menit pada penderita hipotensi ortostatik kronis. Mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan menyebabkan terjatuh, pingsan, kecelakaan mobil, serta merupakan faktor risiko masalah kardiovaskular dan penyakit ginjal.
Melansir laman Live Science, Kamis (5/10/2023), reaksi ini dikenal sebagai hipotensi postural atau ortostatik. Para ilmuwan menyebut, dalam kondisi yang normal dan wajar, biasanya disebabkan oleh perubahan posisi tubuh yang cepat.
Dr. Stephen Juraschek, profesor kedokteran di Beth Israel Deaconess Medical Center di Harvard Medical School mengungkapkan, pusing setelah berdiri terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba, di mana otak tidak mendapat cukup darah dan oksigen.
Selain itu, suplai oksigen untuk jaringan penginderaan cahaya di retina juga menurun. Karena retina membutuhkan banyak oksigen agar dapat berfungsi dengan baik, penurunan pasokan oksigen sekecil apa pun dapat menyebabkan masalah penglihatan.
"Proses menjaga kestabilan tekanan darah setelah berdiri dikendalikan oleh sistem saraf otonom, yaitu sekumpulan saraf yang mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan," kata Juraschek.
“Saat orang berdiri, sekitar 300-800 cc (sentimeter kubik) darah tertarik ke kaki, menyebabkan penurunan tekanan darah untuk sementara. Itu berarti sekitar 0,3 hingga 0,8 liter darah tiba-tiba mengalir ke kaki," tambahnya.
Penurunan tekanan darah ini dideteksi oleh reseptor yang sensitif terhadap tekanan di arteri yang memasok darah ke otak dan di atrium kanan jantung, tempat darah mengalir setelah mengantarkan oksigen ke tubuh.
Juraschek mengungkapkan, reseptor yang diaktifkan kemudian memicu respons seluruh tubuh yang menstabilkan tekanan darah seseorang, pembuluh darah menyempit, otot-otot kaki serta perut berkontraksi, dan detak jantung meningkat. Hal ini dikatakan Juraschek, biasanya tidak menimbulkan efek yang nyata. Namun, pada orang yang mengalami dehidrasi atau mengalami penyakit, seperti flu, penurunan tekanan darah mungkin lebih drastis serta membutuhkan waktu lebih lama untuk stabil.
Juraschek menyampaikan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika mengalami kondisi ini. Namun, jika hal tersebut sering terjadi atau berlangsung lama, itu bisa menjadi tanda kondisi kesehatan kronis.
Biasanya orang yang sering mengalami kondisi ini adalah penderita hipotensi ortostatik kronis, di mana beberapa orang mengalami kehilangan penglihatan dan keseimbangan yang berlangsung lama atau sering setelah berdiri.
Kondisi ini dapat berlangsung selama lebih dari 3 menit pada penderita hipotensi ortostatik kronis. Mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan menyebabkan terjatuh, pingsan, kecelakaan mobil, serta merupakan faktor risiko masalah kardiovaskular dan penyakit ginjal.
(tsa)