Stres karena Pilpres? Waspadai Election Stress Disorder
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) kerap membuat sejumlah orang merasa stres karena pemberitaan yang muncul di media. Kondisi ini juga bisa memecah belah keluarga dan komunitas hingga menyebabkan lebih banyak kemarahan serta frustasi.
Dilansir dari Health, Senin (23/10/2023) untuk melampiaskan perasaan, tak sedikit masyarakat yang membanjiri media sosial dengan komentar tentang betapa stresnya mereka terhadap pemilu dan kejadian-kejadian menjelang pilpres .
Stres karena pilpres sendiri merupakan kondisi yang disebut dengan election stress disorder. Istilah ini pun akhir-akhir ini sering dilontarkan untuk menggambarkan perasaan masyarakat terhadap pemilu mendatang.
Election stress disorder pertama kali diciptakan secara publik pada 2016 oleh Steven Stosny, PhD, seorang psikolog yang telah menulis beberapa buku tentang kasih sayang, kemarahan, dan hubungan. Stosny menggunakan istilah tersebut dalam sebuah artikel untuk The Washington Post.
Di mana dia menulis bahwa dia telah kewalahan dengan panggilan darurat dari pasien selama siklus pemilu 2016. Berita yang terus-menerus tentang pemilu membuat pasiennya stres dan bahkan mengganggu kehidupan pribadi mereka.
Orang-orang lain telah menggunakan istilah tersebut sejak saat itu. Meski demikian, election stress disorder bukanlah diagnosis medis yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan berarti masyarakat tidak bisa merasakan stres dan bahkan stres yang sangat hebat saat menjelang pilpres.
“Pemilu adalah peristiwa berisiko tinggi yang memiliki implikasi jangka panjang dan konsekuensi serius,” kata Monifa Seawell, MD selaku psikiater di Atlanta.
“Hasil pemilu dapat memengaruhi arah lingkungan sekitar kita, wilayah kita, negara bagian tempat kita tinggal, dan juga memengaruhi arah negara kita dan bagaimana kita menjalani hidup sebagai penduduk negara ini. Dengan demikian, taruhannya bisa terasa cukup tinggi," sambungnya.
Dilansir dari Health, Senin (23/10/2023) untuk melampiaskan perasaan, tak sedikit masyarakat yang membanjiri media sosial dengan komentar tentang betapa stresnya mereka terhadap pemilu dan kejadian-kejadian menjelang pilpres .
Stres karena pilpres sendiri merupakan kondisi yang disebut dengan election stress disorder. Istilah ini pun akhir-akhir ini sering dilontarkan untuk menggambarkan perasaan masyarakat terhadap pemilu mendatang.
Election stress disorder pertama kali diciptakan secara publik pada 2016 oleh Steven Stosny, PhD, seorang psikolog yang telah menulis beberapa buku tentang kasih sayang, kemarahan, dan hubungan. Stosny menggunakan istilah tersebut dalam sebuah artikel untuk The Washington Post.
Di mana dia menulis bahwa dia telah kewalahan dengan panggilan darurat dari pasien selama siklus pemilu 2016. Berita yang terus-menerus tentang pemilu membuat pasiennya stres dan bahkan mengganggu kehidupan pribadi mereka.
Orang-orang lain telah menggunakan istilah tersebut sejak saat itu. Meski demikian, election stress disorder bukanlah diagnosis medis yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan berarti masyarakat tidak bisa merasakan stres dan bahkan stres yang sangat hebat saat menjelang pilpres.
“Pemilu adalah peristiwa berisiko tinggi yang memiliki implikasi jangka panjang dan konsekuensi serius,” kata Monifa Seawell, MD selaku psikiater di Atlanta.
“Hasil pemilu dapat memengaruhi arah lingkungan sekitar kita, wilayah kita, negara bagian tempat kita tinggal, dan juga memengaruhi arah negara kita dan bagaimana kita menjalani hidup sebagai penduduk negara ini. Dengan demikian, taruhannya bisa terasa cukup tinggi," sambungnya.