Multifaktor Penyebab Stunting, Cegah Sedini Mungkin
loading...
A
A
A
“Terkait makanan minuman yang tinggi gula, kita ketahui bahwa untuk anak< 2 tahun asupan gula dalam bentuk gula tambahan dibatasi < 5 persen total kalori yaitu: 50-60 kalori. Jadi kurang tepat kalau konsumi gula yang tinggi dikatakan penyebab stunting," papar Fauzi.
Edi pun berpendapat hal yang sama. Menurutnya sampai saat ini belum ada yang menyebutkan gula menjadi penyebab stunting. “Sejauh asupan gizi tercukupi tidak masalah. Dampak konsumsi gula berlebih adalah obesitas pada baduta dan balita," lanjutnya.
Lebih lanjut Edi juga menegaskan konsumsi makanan manis merupakan bagian dari pola asuh. Jika dibiasakan dengan makanan sehat maka akan lebih terjaga pola gizinya. “Inilah mengapa pola asuh, termasuk pemberian makanan yang akan menentukan apakah anak stunting atau tidak," ungkapnya.
Mengingat pentingnya memasukkan protein hewani dalam makanan anak sebagai cara untuk mencegah terjadinya stunting, bagaimanakah sebenarnya pemahanan orangtua terhadap hal ini? Lucia Nauli Simbolon menjelaskan, Masyarakat masih banyak yang belum berani memberikan makanan pertama protein hewani. “Orangtua ketika anak mulai MPASI selalu bertanya apakah makanan pertama tidak kuah dulu atau sayur dulu? Mereka menyakini makanan pertama anak adalah buah atau sayur daripada protein hewani,” kata dokter spesialis anak ini.
Padahal, sambung Lucia, anak membutuhkan nutrisi makro dan mikro. Makro dari karbohidrat, lemak dan protein. “Untuk karbohidrat, orang Indonesia suka nasi dan makanan yang manis. Padahal karbohidrat bisa juga diganti dengan ubi ungu atau kentang,“ jelasnya.
Untuk protein hewani bisa berasal dari ikan karena memiliki kadar DHA tinggi yang penting untuk otak. Tapi untuk pembentukan otot, Lucia menyebutkan daging merah dan ayam sebagai sumbernya. Sementara sumber lemak juga bukan hanya dari butter atau keju, tapi juga bisa santan. Menurut Lucia penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan asupan protein hewani pada makan anak, dimana 20 persen adalah protein hewani dan 30 persen lemak juga wajib berasal dari hewani.
“Hitung prosi anak sekitar 20-25 gram protein hewani. Awal-awal ditimbang agar tahu misalnya berapa banyak ikan Lele yang harus diberikan untuk mendapatkan 25 gram protein hewani. Protein nabati itu bonus saja,“ sarannya.
Pentingnya pemberian asupan protein hewani juga sejalan dengan pedoman baru MPASI yang dikeluarkan WHO. Dalam keterangannya,WHO merekomendasikan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Pada bayi usia 6-11 bulan yang tidak mendapatkan ASI bisa diberikan susu formula atau susu hewani.
Adapun untuk anak berusia 12-23 bulan yang diberikan susu selain ASI, susu yang diberikan sebaiknya merupakan susu hewani. Dalam keterangannya disebutkan bahwa produk susu termasuk cairan susu hewani, adalah bagian dari pola makan beragam yang berkontribusi pada kecukupan gizi.
Edi pun berpendapat hal yang sama. Menurutnya sampai saat ini belum ada yang menyebutkan gula menjadi penyebab stunting. “Sejauh asupan gizi tercukupi tidak masalah. Dampak konsumsi gula berlebih adalah obesitas pada baduta dan balita," lanjutnya.
Lebih lanjut Edi juga menegaskan konsumsi makanan manis merupakan bagian dari pola asuh. Jika dibiasakan dengan makanan sehat maka akan lebih terjaga pola gizinya. “Inilah mengapa pola asuh, termasuk pemberian makanan yang akan menentukan apakah anak stunting atau tidak," ungkapnya.
Mengingat pentingnya memasukkan protein hewani dalam makanan anak sebagai cara untuk mencegah terjadinya stunting, bagaimanakah sebenarnya pemahanan orangtua terhadap hal ini? Lucia Nauli Simbolon menjelaskan, Masyarakat masih banyak yang belum berani memberikan makanan pertama protein hewani. “Orangtua ketika anak mulai MPASI selalu bertanya apakah makanan pertama tidak kuah dulu atau sayur dulu? Mereka menyakini makanan pertama anak adalah buah atau sayur daripada protein hewani,” kata dokter spesialis anak ini.
Padahal, sambung Lucia, anak membutuhkan nutrisi makro dan mikro. Makro dari karbohidrat, lemak dan protein. “Untuk karbohidrat, orang Indonesia suka nasi dan makanan yang manis. Padahal karbohidrat bisa juga diganti dengan ubi ungu atau kentang,“ jelasnya.
Untuk protein hewani bisa berasal dari ikan karena memiliki kadar DHA tinggi yang penting untuk otak. Tapi untuk pembentukan otot, Lucia menyebutkan daging merah dan ayam sebagai sumbernya. Sementara sumber lemak juga bukan hanya dari butter atau keju, tapi juga bisa santan. Menurut Lucia penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan asupan protein hewani pada makan anak, dimana 20 persen adalah protein hewani dan 30 persen lemak juga wajib berasal dari hewani.
“Hitung prosi anak sekitar 20-25 gram protein hewani. Awal-awal ditimbang agar tahu misalnya berapa banyak ikan Lele yang harus diberikan untuk mendapatkan 25 gram protein hewani. Protein nabati itu bonus saja,“ sarannya.
Pentingnya pemberian asupan protein hewani juga sejalan dengan pedoman baru MPASI yang dikeluarkan WHO. Dalam keterangannya,WHO merekomendasikan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Pada bayi usia 6-11 bulan yang tidak mendapatkan ASI bisa diberikan susu formula atau susu hewani.
Adapun untuk anak berusia 12-23 bulan yang diberikan susu selain ASI, susu yang diberikan sebaiknya merupakan susu hewani. Dalam keterangannya disebutkan bahwa produk susu termasuk cairan susu hewani, adalah bagian dari pola makan beragam yang berkontribusi pada kecukupan gizi.