Ini 2 Penyebab Kasus Stunting di Indonesia Masih Sangat Tinggi
loading...
A
A
A
Dan ini adalah faktor kedua kenapa angka stunting Indonesia masih tinggi. Ya, masih banyak anak Indonesia yang sakit diare dan pneumonia.
"Ya, masih banyak kasus diare dan pneumonia yang menyerang balita. Ini memengaruhi kasus stunting masih tinggi di Indonesia," papar Lovely.
Lalu, apakah ada kaitannya antara stunting dengan kemiskinan?
Secara langsung tidak ada, karena anak dari keluarga berkecukupan juga masih mungkin mengalami stunting. Tapi, kemiskinan bisa membuat keluarga tidak memiliki jamban yang layak, sehingga penyakit diare gampang datang.
Hal ini yang terjadi di Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dijelaskan Kader Posyandu di Pondok Labu, Endang Rasawati, bahwa masih ada di Ibu Kota keluarga yang tidak punya jamban layak.
"Ada satu RT di Pondok Labu, misalnya saja anggap ada 60 KK, itu yang punya jamban layak cuma 7. Kebayang nggak gimana mereka buang air besar? Ya, pada akhirnya ngandelin sungai langsung," jelas Endang.
Selain itu, pemenuhan asupan gizi secara cukup juga akan terhambat jika orang tua anak ekonominya rendah, atau tidak memiliki pengetahuan akan hal ini. Padahal, kata Endang, untuk menyediakan makanan bergizi cukup bagi si kecil tak harus sesuatu yang mahal.
Menu yang bisa dijadikan referensi asupan gizi lengkap itu misalnya sarapan pagi dengan nasi, lauk telur rebus, dan buah. Lalu, makan siangnya nasi ditambah semur hati, cah wortel, tahu, dan perkedel. Kemudian, makan sorenya ada nasi pakai lele goreng tepung, ditambah sayur lodeh, serta buah.
"Orang tua sekarang harus buang jauh-jauh rasa malas. Jangan apa-apa beli, karena membuat makan untuk keluarga itu akan lebih baik bagi kesehatan," kata Endang.
"Ya, masih banyak kasus diare dan pneumonia yang menyerang balita. Ini memengaruhi kasus stunting masih tinggi di Indonesia," papar Lovely.
Lalu, apakah ada kaitannya antara stunting dengan kemiskinan?
Secara langsung tidak ada, karena anak dari keluarga berkecukupan juga masih mungkin mengalami stunting. Tapi, kemiskinan bisa membuat keluarga tidak memiliki jamban yang layak, sehingga penyakit diare gampang datang.
Hal ini yang terjadi di Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dijelaskan Kader Posyandu di Pondok Labu, Endang Rasawati, bahwa masih ada di Ibu Kota keluarga yang tidak punya jamban layak.
"Ada satu RT di Pondok Labu, misalnya saja anggap ada 60 KK, itu yang punya jamban layak cuma 7. Kebayang nggak gimana mereka buang air besar? Ya, pada akhirnya ngandelin sungai langsung," jelas Endang.
Selain itu, pemenuhan asupan gizi secara cukup juga akan terhambat jika orang tua anak ekonominya rendah, atau tidak memiliki pengetahuan akan hal ini. Padahal, kata Endang, untuk menyediakan makanan bergizi cukup bagi si kecil tak harus sesuatu yang mahal.
Menu yang bisa dijadikan referensi asupan gizi lengkap itu misalnya sarapan pagi dengan nasi, lauk telur rebus, dan buah. Lalu, makan siangnya nasi ditambah semur hati, cah wortel, tahu, dan perkedel. Kemudian, makan sorenya ada nasi pakai lele goreng tepung, ditambah sayur lodeh, serta buah.
"Orang tua sekarang harus buang jauh-jauh rasa malas. Jangan apa-apa beli, karena membuat makan untuk keluarga itu akan lebih baik bagi kesehatan," kata Endang.
(tsa)