Mengenal Prediabetes, Bisa Berkembang Jadi Diabetes Tipe 2

Selasa, 30 Januari 2024 - 08:00 WIB
loading...
Mengenal Prediabetes, Bisa Berkembang Jadi Diabetes Tipe 2
Prediabetes menyerang warga AS usia 8 tahun dan hampir 50 persen orang 65 tahun menderita prediabetes. Foto/ india.
A A A
JAKARTA – Di Amerika Serikat, prediabetes menyerang mereka yang berusia di atas 18 tahun dan hampir 50 persen orang 65 tahun menderita prediabetes. Hal ini berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Apa itu prediabetes?

Prediabetes adalah ketika seseorang secara konsisten memiliki kadar gula darah tinggi, tetapi belum mencapai tahap diabetes tipe 2.



Ketika seseorang menderita prediabetes, tubuhnya tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk mengangkut gula dari aliran darah ke sel untuk digunakan sebagai energi.

Terkadang, ketidakmampuan menggunakan insulin dengan benar menyebabkan sel tidak mendapatkan cukup gula. Akibatnya, terlalu banyak gula yang tertinggal di aliran darah.

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, terutama kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal.

Menurut CDC, lebih dari 84 juta orang dewasa di AS menderita prediabetes, namun banyak yang tidak mengetahui bahwa mereka mengidap kondisi tersebut, karena penyakit ini sama sekali tidak menunjukkan gejala.

Ketika kebanyakan orang mengalami gejala, kondisi ini biasanya berkembang menjadi diabetes tipe 2.

American Diabetes Association (ADA) menyarankan agar masyarakat mempertimbangkan tes skrining darah untuk diabetes ketika mereka berusia 45 tahun.

Namun, tes glukosa sebaiknya dimulai lebih awal bagi orang yang memiliki faktor risiko diabetes, seperti kelebihan berat badan atau memiliki riwayat keluarga diabetes.

Beberapa tes gula darah dapat memastikan diagnosis prediabetes. Dokter mengulangi tes dua atau tiga kali sebelum memastikan diagnosis.

Faktor risiko

Semakin banyak penelitian yang mengidentifikasi hubungan antara riwayat keluarga dan prediabetes . Namun, gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan kelebihan lemak perut adalah penyebab paling umum dan berpengaruh dari prediabetes dan diabetes tipe 2.

Faktor risiko prediabetes dan diabetes tipe 2

1. Kelebihan berat badan atau obesitas: Meningkatnya jaringan lemak mengurangi sensitivitas sel terhadap glukosa.

2. Usia: Prediabetes dapat berkembang pada usia berapa pun, namun pakar kesehatan yakin risikonya meningkat setelah usia 45 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya aktivitas, pola makan yang buruk, dan hilangnya massa otot, yang biasanya menurun seiring bertambahnya usia.

3. Diet: Mengonsumsi karbohidrat berlebih secara teratur, terutama makanan atau minuman manis, seiring waktu dapat mengganggu sensitivitas insulin. Pola makan yang tinggi daging merah atau daging olahan juga memiliki kaitan dengan perkembangan pradiabetes.

4. Pola tidur: Menurut penelitian tahun 2018 ini, penderita apnea tidur obstruktif memiliki peningkatan risiko terkena pradiabetes.

5. Riwayat keluarga: Memiliki kerabat dekat yang mengidap diabetes tipe 2 secara signifikan meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tersebut.

6. Stres: Penelitian 2018 terhadap pria di tempat kerja menemukan bahwa orang yang mengalami stres jangka panjang mungkin menghadapi risiko diabetes yang lebih tinggi dari biasanya. Selama periode stres, tubuh melepaskan hormon kortisol ke dalam aliran darah, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.

7. Diabetes gestasional: Wanita yang melahirkan bayi dengan berat 9 pon atau lebih mungkin memiliki risiko pradiabetes yang lebih tinggi. Mereka yang mengidap diabetes gestasional selama kehamilan dan anak-anaknya juga berisiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut.

8. Sindrom metabolik: Kombinasi dampak obesitas, tekanan darah tinggi, tingginya kadar trigliserida, atau lemak “jahat”, dan rendahnya kadar lipoprotein densitas tinggi, HDL atau lemak “baik”, dapat meningkatkan resistensi insulin seiring waktu. Sindrom metabolik adalah adanya tiga atau lebih kondisi yang mempengaruhi metabolisme seseorang.

Pengobatan alami

Olahraga dan diet dapat membantu seseorang membalikkan prediabetes, meskipun tidak semua rekomendasi berhasil untuk semua orang.

Beberapa orang menggunakan herbal dan suplemen untuk mengatur pola makan mereka. Namun, Institut Nasional Diabetes dan Gangguan Pencernaan dan Ginjal (NIDDK) menyarankan bahwa tidak ada penelitian yang mendukung penggunaan rempah-rempah, herba, vitamin, dan mineral tertentu untuk mengobati diabetes.

Kunyit, yang merupakan rempah-rempah berwarna cerah, mungkin mempunyai beberapa efek pada perkembangan diabetes. Pelajari lebih lanjut tentang kunyit dan diabetes di sini.

Perubahan gaya hidup

Meningkatkan tingkat aktivitas fisik dapat membantu mencegah atau membalikkan prediabetes.

Perubahan gaya hidup sehat dapat mengurangi kemungkinan terkena diabetes tipe 2. Perubahan tersebut meliputi:

Menurunkan berat badan: Menurunkan sekitar 7 persen dari total berat badan, terutama mengurangi lemak perut, dapat mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 58 persen.

Melakukan aktivitas moderat dan konsisten: Penderita diabetes harus mencoba olahraga sedang selama 150 menit per minggu. Meskipun orang belum merasa siap untuk berolahraga secara intensif, berjalan-jalan atau berkebun dapat membuat perbedaan.

Meningkatkan massa otot: Otot membakar kalori lebih cepat dibandingkan lemak, sehingga peningkatan massa otot dapat berkontribusi dalam mencapai berat badan yang sehat. Hal ini, pada gilirannya, dapat membantu menstabilkan kadar glukosa darah.

Meningkatkan fleksibilitas: Peregangan adalah salah satu bentuk latihan. Bersikap fleksibel juga dapat membantu mengurangi dampak cedera dan impropemulihan yang cepat, menghasilkan program olahraga yang lebih andal.

Mengurangi stres: Karena stres mungkin merupakan faktor risiko prediabetes, mengelola tingkat stres dapat membantu mencegah kondisi tersebut.

Memiliki pola makan yang sehat: Pola makan yang tinggi serat, protein tanpa lemak, dan karbohidrat kompleks tetapi rendah gula sederhana, membantu menjaga kadar glukosa darah tetap stabil.

Berpegang teguh pada jadwal makan yang ketat: Makan dalam porsi kecil secara teratur sepanjang hari membantu mencegah lonjakan dan penurunan kadar glukosa darah. Pastikan untuk makan pada waktu yang sama setiap hari dan hindari ngemil berlebihan di antara waktu makan.

Berhenti merokok: Nikotin adalah stimulan yang meningkatkan kadar glukosa darah. Merokok dapat menyebabkan resistensi insulin dan merupakan faktor risiko diabetes.

Menghindari gula berlebih: Makanan dan minuman dengan tambahan gula dapat menyebabkan perubahan ekstrim pada glukosa darah dan berkontribusi pada penambahan berat badan.

Tetap berpegang pada asupan kopi dalam jumlah sedang: Kafein adalah stimulan lain yang meningkatkan kadar glukosa darah. Namun, beberapa penelitian mengaitkan kopi dengan peningkatan sensitivitas insulin.

Tidur yang cukup: Sebuah studi 2015 menunjukkan bahwa orang yang memiliki kualitas tidur rendah juga menghadapi risiko pradiabetes yang lebih tinggi.

Orang dengan faktor risiko pradiabetes atau kadar glukosa darah tinggi mungkin perlu memantau kadarnya di rumah dan minum obat untuk menurunkan glukosa darah.

Seorang dokter mungkin meresepkan beberapa orang dengan obat prediabetes, seperti metformin, untuk mengatasi gejalanya.

Perkembangan menjadi diabetes tipe 2

Tanda-tanda prediabetes telah berkembang menjadi diabetes tipe 2 antara lain:
rasa haus yang meningkat atau tak henti-hentinya
kelelahan atau perasaan lemah
merasa lemas atau pusing
penglihatan kabur



Siapa pun yang mengalami gejala-gejala ini mungkin ingin menemui dokter untuk mendapatkan pendapat medis.

Orang yang terdiagnosis prediabetes tidak perlu khawatir. Sebaliknya, mereka dapat menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk fokus pada pola makan dan olahraga yang berpotensi membalikkan perkembangan penyakit.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1788 seconds (0.1#10.140)