Center of Excellence Unggulan untuk Tangani Kasus Trauma dengan Cepat dan Tepat
loading...
A
A
A
"Kita itu berpacu dengan waktu sehingga pertolongan pertama dalam waktu cepat sangat mempengaruhi," tandas dr Juliando.
Kecepatan dalam memberikan bantuan akan mencegah terjadinya kematian jaringan, yang dapat menghilangkan fungsi organ tubuh.
"Setiap kasus memiliki waktu 'golden time' yang berbeda. Tidak bisa dipukul rata. Intinya, semakin cepat bisa mendapatkan perawatan medis, akan lebih baik," katanya.
Menurut dr Juliando, pengobatan alternatif patah tulang berpotensi menimbulkan infeksi, kegagalan pada jaringan tubuh, ataupun kegagalan fungsi salah satu bagian tubuh. Ia tidak menyalahkan pilihan masyarakat tersebut, karena mayoritas memang belum memahami risikonya.
"Ada beberapa alasan mengapa tindakan medis lebih baik. Misalnya, potensi adanya pembuluh darah terjepit, yang ujungnya menyebabkan kegagalan fungsi anggota tubuh," terang dr Juliando.
Ia mencontohkan cedera fraktur tertutup pada lengan bagian atas. Dengan pengobatan alternatif, yang dibenarkan hanya tulang tanpa memahami adanya jalur pembuluh darah.
"Akhirnya yang terjadi pasien yang awalnya mengalami kebas, lalu jari-jarinya mulai terasa kebas, dan berujung pada munculnya warna hitam, yang mengindikasikan matinya jaringan pada area tersebut," bebernya.
Oleh karena itu, ia berharap masyarakat memahami risiko yang akan dihadapi saat memilih cara pengobatan pada trauma yang mereka alami.
"Dengan adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, diharapkan risiko-risiko seperti ini dapat dihindari," pungkas dr Juliando.
Kecepatan dalam memberikan bantuan akan mencegah terjadinya kematian jaringan, yang dapat menghilangkan fungsi organ tubuh.
"Setiap kasus memiliki waktu 'golden time' yang berbeda. Tidak bisa dipukul rata. Intinya, semakin cepat bisa mendapatkan perawatan medis, akan lebih baik," katanya.
Menurut dr Juliando, pengobatan alternatif patah tulang berpotensi menimbulkan infeksi, kegagalan pada jaringan tubuh, ataupun kegagalan fungsi salah satu bagian tubuh. Ia tidak menyalahkan pilihan masyarakat tersebut, karena mayoritas memang belum memahami risikonya.
"Ada beberapa alasan mengapa tindakan medis lebih baik. Misalnya, potensi adanya pembuluh darah terjepit, yang ujungnya menyebabkan kegagalan fungsi anggota tubuh," terang dr Juliando.
Ia mencontohkan cedera fraktur tertutup pada lengan bagian atas. Dengan pengobatan alternatif, yang dibenarkan hanya tulang tanpa memahami adanya jalur pembuluh darah.
"Akhirnya yang terjadi pasien yang awalnya mengalami kebas, lalu jari-jarinya mulai terasa kebas, dan berujung pada munculnya warna hitam, yang mengindikasikan matinya jaringan pada area tersebut," bebernya.
Oleh karena itu, ia berharap masyarakat memahami risiko yang akan dihadapi saat memilih cara pengobatan pada trauma yang mereka alami.
"Dengan adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, diharapkan risiko-risiko seperti ini dapat dihindari," pungkas dr Juliando.
(tsa)