Film Djajo Kuliti Sisi Humanis Legenda Petualang Dondy Rahardjo
loading...
A
A
A
“Sulit nyari teman dan sosok seperti Djajo. Saya monitor terus dunia pendaki gunung Indonesia. Saya tidak ketemu lagiorang seperti Djajo,” tegas Rolando Edmond Ernst yang tak sungkan mengakui kebaikan-kebaikan Djajo.
“Mas Djajo hubungi saya. Katanya, gua denger kamu buka pondok. Boleh ga saya mondok di sana, mau belajar Quran. Saya bilang boleh aja,” ujar M Firdaus, sahabat Djajo yang juga pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Quran, Nargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Para sesepuh, tokoh dan pentolan pencinta alam, petualang hingga pendaki gunung
berfoto bersama usai menonton film Djajo.
Meski sebagian besar alur cerita dalam film tentang komentar orang-orang yang dekat dengan Djajo, namun berhasil membius dan membuat nelangsa orang-orang yang menontonnya. Selama dua jam lebih, penonton seperti dipaksa untuk tidak bergeser menikmati dengan seksama detik demi detik tayangan dalam film. Sesekali suasana hening dan sunyi disibak suara berbisik penonton, tiba-tiba pecah tawa, bahkan ada yang sesenggukan sambil mengusap air mata.
Senja berbisik lembut di ufuk cakrawala/Merah jingga memeluk lembayung tua/Engkau, petualang jiwa yang tak kenal lelah/Menapak di puncak-puncak, menembus rimba raya. Di kala usia merambat perlahan/Raga mulai rapuh, tergerus waktu yang setia/Namun semangatmu, bak api yang tak pernah padam/Masih menyala, menerangi jalur-jalur petualangan
Dalam sunyi senja yang hangat/Kau kenang setiap langkah, setiap detik yang berlalu/Menolong jiwa-jiwa yang terjebak dalam bencana/Menjadi pahlawan tanpa pamrih, dalam sunyi dan sepi
Kini, ketika senja memanggilmu pulang/Sang Pencipta menanti dengan tangan terbuka/Engkau, yang telah banyak berkorban/Menuju istirahat abadi dalam damai-Nya
Di ketinggian yang abadi, di puncak keabadian/Kau temukan ketenangan sejati/Petualanganmu kini usai, dalam damai dan senyuman/Selamat jalan, sang penjelajah sejati, selamat tinggal alam semesta.
Untaian indah puisi karya Mariza ini turut dinarasikan dalam film Djajo. Yang paling mengharukan, saat dikisahkan bagaimana perhatian besar pihak Perumahan Jagorawi Golf & Country Club (JGCC) mengurusi Djajo, mulai dari almarhum sehat, kemudian sakit, membawa dan merawat alm ke rumah sakit, sampai alm Djajo meninggal dunia dan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga pemilik JGCC. “Almarhum sudah sangat dekat dan sudah seperti keluarga,” kata Mira Permana Bunda Zakir, anak pemilik JGCC.
baca juga: Pendiri Mapala UI sekaligus Sahabat Soe Hok Gie, Herman Lantang Meninggal Dunia
“Mas Djajo hubungi saya. Katanya, gua denger kamu buka pondok. Boleh ga saya mondok di sana, mau belajar Quran. Saya bilang boleh aja,” ujar M Firdaus, sahabat Djajo yang juga pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Quran, Nargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.
Para sesepuh, tokoh dan pentolan pencinta alam, petualang hingga pendaki gunung
berfoto bersama usai menonton film Djajo.
Meski sebagian besar alur cerita dalam film tentang komentar orang-orang yang dekat dengan Djajo, namun berhasil membius dan membuat nelangsa orang-orang yang menontonnya. Selama dua jam lebih, penonton seperti dipaksa untuk tidak bergeser menikmati dengan seksama detik demi detik tayangan dalam film. Sesekali suasana hening dan sunyi disibak suara berbisik penonton, tiba-tiba pecah tawa, bahkan ada yang sesenggukan sambil mengusap air mata.
Senja berbisik lembut di ufuk cakrawala/Merah jingga memeluk lembayung tua/Engkau, petualang jiwa yang tak kenal lelah/Menapak di puncak-puncak, menembus rimba raya. Di kala usia merambat perlahan/Raga mulai rapuh, tergerus waktu yang setia/Namun semangatmu, bak api yang tak pernah padam/Masih menyala, menerangi jalur-jalur petualangan
Dalam sunyi senja yang hangat/Kau kenang setiap langkah, setiap detik yang berlalu/Menolong jiwa-jiwa yang terjebak dalam bencana/Menjadi pahlawan tanpa pamrih, dalam sunyi dan sepi
Kini, ketika senja memanggilmu pulang/Sang Pencipta menanti dengan tangan terbuka/Engkau, yang telah banyak berkorban/Menuju istirahat abadi dalam damai-Nya
Di ketinggian yang abadi, di puncak keabadian/Kau temukan ketenangan sejati/Petualanganmu kini usai, dalam damai dan senyuman/Selamat jalan, sang penjelajah sejati, selamat tinggal alam semesta.
Untaian indah puisi karya Mariza ini turut dinarasikan dalam film Djajo. Yang paling mengharukan, saat dikisahkan bagaimana perhatian besar pihak Perumahan Jagorawi Golf & Country Club (JGCC) mengurusi Djajo, mulai dari almarhum sehat, kemudian sakit, membawa dan merawat alm ke rumah sakit, sampai alm Djajo meninggal dunia dan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga pemilik JGCC. “Almarhum sudah sangat dekat dan sudah seperti keluarga,” kata Mira Permana Bunda Zakir, anak pemilik JGCC.
baca juga: Pendiri Mapala UI sekaligus Sahabat Soe Hok Gie, Herman Lantang Meninggal Dunia