Aktivitas Seksual Sangat Bermanfaat buat yang Pernah Alami Serangan Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang pernah mengalami serangan jantung dapat meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup dalam jangka panjang dengan kembali ke tingkat aktivitas seksual yang normal.
(Baca juga: Bagaimana Reaksi Tubuh saat Terinfeksi Virus Corona Baru? )
Banyak orang berhenti berhubungan seks setelah serangan jantung dengan keyakinan bahwa hal itu dapat memicu episode lain. Tetapi penelitian yang diterbitkan European Journal of Preventive Cardiology, baru-baru ini, mengungkapkan, seks baik untuk tingkat kelangsungan hidup.
Para peneliti mengikuti 495 pasangan selama sekitar 20 tahun dan menemukan bahwa mereka yang mempertahankan atau meningkatkan frekuensi aktivitas seksual mereka dalam enam bulan pertama setelah serangan jantung memiliki risiko kematian 35% lebih rendah daripada mereka yang berhenti berhubungan seks atau mengurangi frekuensi mereka.
"Seksualitas dan aktivitas seksual adalah penanda kesejahteraan," kata penulis studi Profesor Yariv Gerber dari Universitas Tel Aviv di Israel seperti dikutip CNN, Jumat (25/9).
"Melanjutkan aktivitas seksual segera setelah serangan jantung mungkin merupakan bagian dari persepsi diri seseorang sebagai orang yang sehat, berfungsi, muda dan energik. Hal ini dapat mengarah pada gaya hidup yang lebih sehat secara umum," lanjutnya.
Sementara aktivitas fisik yang tiba-tiba, seperti berhubungan seks, dapat memicu serangan jantung, risiko jangka panjang masalah jantung berkurang dengan aktivitas fisik yang teratur. Peneliti menyebutkan, episode aktivitas seksual yang terisolasi telah terbukti memicu masalah jantung dalam beberapa kasus, orang yang berolahraga secara teratur berisiko lebih rendah.
(Baca juga: 4 Fakta Pneumonia pada Anak yang Perlu Orang Tua Ketahui )
Sebanyak 495 pasien yang terlibat dalam penelitian ini berusia 65 tahun ke bawah dan dirawat di rumah sakit karena serangan jantung pertama mereka pada 1993. Usia rata-rata mereka adalah 53, dan 90% di antaranya adalah laki-laki. Peneliti menemukan bahwa setelah 22 tahun, 211 pasien atau 43% dari total partisipan, telah meninggal.
Mereka kemudian menyesuaikan faktor-faktor seperti obesitas, aktivitas fisik, dan status sosial ekonomi untuk menentukan perbedaan risiko kematian antara kedua kelompok. Dan ditemukan bahwa manfaat kelangsungan hidup sebagian besar disebabkan oleh penurunan kematian nonkardiovaskular seperti kanker -yakni orang-orang dalam kelompok yang meninggal sebagian besar menjadi korban kondisi selain penyakit jantung.
Gerber mengungkapkan bahwa orang yang dapat menaiki tangga atau jogging atau berjalan satu mil tanpa kesulitan aman untuk berhubungan seks lagi. Pasien juga harus melanjutkan aktivitas seksual secepat mungkin. Garber menyarankan sebaiknya seks dilakukan dalam beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit.
Namun, tingkat keparahan serangan jantung, serta komplikasi seperti gagal jantung atau fibrilasi atrium, dapat memengaruhi kerangka waktu yang ideal, dan setiap pasien harus berkonsultasi dengan dokter mereka.
Penelitian ini tidak meneliti frekuensi ideal aktivitas seksual, namun Gerber memaparkan bahwa kelompok penelitiannya sebelumnya telah menunjukkan bahwa frekuensi rendah kurang dari sekali seminggu dikaitkan dengan kelangsungan hidup jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa seks sama sekali.
(Baca juga: Jaga Kebugaran dan Kesehatan Fisik dengan Bersepeda )
"Aktivitas seksual merupakan penanda untuk pemulihan yang lebih baik karena kebugaran fisik yang lebih baik, hubungan pasangan yang lebih kuat, dan kemampuan mental untuk bangkit kembali dari guncangan awal peristiwa dalam beberapa bulan," papar Gerber.
(Baca juga: Bagaimana Reaksi Tubuh saat Terinfeksi Virus Corona Baru? )
Banyak orang berhenti berhubungan seks setelah serangan jantung dengan keyakinan bahwa hal itu dapat memicu episode lain. Tetapi penelitian yang diterbitkan European Journal of Preventive Cardiology, baru-baru ini, mengungkapkan, seks baik untuk tingkat kelangsungan hidup.
Para peneliti mengikuti 495 pasangan selama sekitar 20 tahun dan menemukan bahwa mereka yang mempertahankan atau meningkatkan frekuensi aktivitas seksual mereka dalam enam bulan pertama setelah serangan jantung memiliki risiko kematian 35% lebih rendah daripada mereka yang berhenti berhubungan seks atau mengurangi frekuensi mereka.
"Seksualitas dan aktivitas seksual adalah penanda kesejahteraan," kata penulis studi Profesor Yariv Gerber dari Universitas Tel Aviv di Israel seperti dikutip CNN, Jumat (25/9).
"Melanjutkan aktivitas seksual segera setelah serangan jantung mungkin merupakan bagian dari persepsi diri seseorang sebagai orang yang sehat, berfungsi, muda dan energik. Hal ini dapat mengarah pada gaya hidup yang lebih sehat secara umum," lanjutnya.
Sementara aktivitas fisik yang tiba-tiba, seperti berhubungan seks, dapat memicu serangan jantung, risiko jangka panjang masalah jantung berkurang dengan aktivitas fisik yang teratur. Peneliti menyebutkan, episode aktivitas seksual yang terisolasi telah terbukti memicu masalah jantung dalam beberapa kasus, orang yang berolahraga secara teratur berisiko lebih rendah.
(Baca juga: 4 Fakta Pneumonia pada Anak yang Perlu Orang Tua Ketahui )
Sebanyak 495 pasien yang terlibat dalam penelitian ini berusia 65 tahun ke bawah dan dirawat di rumah sakit karena serangan jantung pertama mereka pada 1993. Usia rata-rata mereka adalah 53, dan 90% di antaranya adalah laki-laki. Peneliti menemukan bahwa setelah 22 tahun, 211 pasien atau 43% dari total partisipan, telah meninggal.
Mereka kemudian menyesuaikan faktor-faktor seperti obesitas, aktivitas fisik, dan status sosial ekonomi untuk menentukan perbedaan risiko kematian antara kedua kelompok. Dan ditemukan bahwa manfaat kelangsungan hidup sebagian besar disebabkan oleh penurunan kematian nonkardiovaskular seperti kanker -yakni orang-orang dalam kelompok yang meninggal sebagian besar menjadi korban kondisi selain penyakit jantung.
Gerber mengungkapkan bahwa orang yang dapat menaiki tangga atau jogging atau berjalan satu mil tanpa kesulitan aman untuk berhubungan seks lagi. Pasien juga harus melanjutkan aktivitas seksual secepat mungkin. Garber menyarankan sebaiknya seks dilakukan dalam beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit.
Namun, tingkat keparahan serangan jantung, serta komplikasi seperti gagal jantung atau fibrilasi atrium, dapat memengaruhi kerangka waktu yang ideal, dan setiap pasien harus berkonsultasi dengan dokter mereka.
Penelitian ini tidak meneliti frekuensi ideal aktivitas seksual, namun Gerber memaparkan bahwa kelompok penelitiannya sebelumnya telah menunjukkan bahwa frekuensi rendah kurang dari sekali seminggu dikaitkan dengan kelangsungan hidup jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa seks sama sekali.
(Baca juga: Jaga Kebugaran dan Kesehatan Fisik dengan Bersepeda )
"Aktivitas seksual merupakan penanda untuk pemulihan yang lebih baik karena kebugaran fisik yang lebih baik, hubungan pasangan yang lebih kuat, dan kemampuan mental untuk bangkit kembali dari guncangan awal peristiwa dalam beberapa bulan," papar Gerber.
(nug)