Menginfeksi Lebih dari 8.800 Orang di India, Ini Bahaya Jamur Hitam yang Mematikan!
loading...
A
A
A
"Sebetulnya si jamur ini teman bagi tubuh manusia, tapi karena dia menginfeksi secara oportunis, maka ketika tubuh lagi lemah, ya, dia akan jadi jahat. Bisa merusak organ tubuh," jawab Prof Beri.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah ada obatnya di Indonesia? Prof Beri pun mengatakan ada, namanya Amphotericin B. "Dulu, pada era HIV/AIDS sedang menjadi isu besar dan belum ada obat Antiretroviral (ARV), jamur itu jadi sosok yang menakutkan. Saat itu pasien HIV/AIDS banyak memakai obat Ketoconazole, Itraconazole, termasuk Amphotericin B," kata Prof Beri.
Lantas, apa hubungannya dengan Covid-19?
"Pasien Covid-19 itu mendapatkan obat dalam penanganannya. Misalnya obat antibiotik. Nah, kalau terlalu lama juga bisa menyebabkan keseimbangan antara kuman dan berbagai bakteri di tubuh jadi terganggu. Sehingga, jamur yang tadinya dianggap tubuh sebagai teman dan tidak bikin sakit, malah jadi bikin sakit ketika kekebalan tubuh menurun. Bahkan, sakit parah," terangnya.
Jamur hitam ini, kata Prof Beri, menyerang banyak orang tubuh. Mulai dari hidung yang awalnya menyebabkan mimisan, lalu kerusakan pada lamgit-langit di atas lidah, kelainan mata yang bikin jadi berbayang penglihatannya, dan bisa juga masuk ke otak yang menyebabka stroke.
Baca Juga : Bangladesh Deteksi 2 Kasus Penyakit Langka Jamur Hitam di Ibu Kota
"Kondisi tersebut yang kini tengah dihadapi pasien Covid-19 di India. Makanya, infeksi jamur hitam ini dikatakan mematikan," tambah Prof Beri.
"Data terbaru di India menjelaskan bahwa ada lebih dari 8.800 kasus jamur hitam yang mematikan di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat. Penyakit ini menjangkiti ribuan pasien Covid-19, baik yang sudah pulang dari rumah sakit ataupun pasien yang masih dalam tahap pemulihan," imbuh Prof Beri.
Lihat Juga: Anant Ambani Habiskan Rp9,6 Triliun untuk Pernikahan, Tamu Dijemput Pakai Pesawat Pribadi
Pertanyaan berikutnya adalah apakah ada obatnya di Indonesia? Prof Beri pun mengatakan ada, namanya Amphotericin B. "Dulu, pada era HIV/AIDS sedang menjadi isu besar dan belum ada obat Antiretroviral (ARV), jamur itu jadi sosok yang menakutkan. Saat itu pasien HIV/AIDS banyak memakai obat Ketoconazole, Itraconazole, termasuk Amphotericin B," kata Prof Beri.
Lantas, apa hubungannya dengan Covid-19?
"Pasien Covid-19 itu mendapatkan obat dalam penanganannya. Misalnya obat antibiotik. Nah, kalau terlalu lama juga bisa menyebabkan keseimbangan antara kuman dan berbagai bakteri di tubuh jadi terganggu. Sehingga, jamur yang tadinya dianggap tubuh sebagai teman dan tidak bikin sakit, malah jadi bikin sakit ketika kekebalan tubuh menurun. Bahkan, sakit parah," terangnya.
Jamur hitam ini, kata Prof Beri, menyerang banyak orang tubuh. Mulai dari hidung yang awalnya menyebabkan mimisan, lalu kerusakan pada lamgit-langit di atas lidah, kelainan mata yang bikin jadi berbayang penglihatannya, dan bisa juga masuk ke otak yang menyebabka stroke.
Baca Juga : Bangladesh Deteksi 2 Kasus Penyakit Langka Jamur Hitam di Ibu Kota
"Kondisi tersebut yang kini tengah dihadapi pasien Covid-19 di India. Makanya, infeksi jamur hitam ini dikatakan mematikan," tambah Prof Beri.
"Data terbaru di India menjelaskan bahwa ada lebih dari 8.800 kasus jamur hitam yang mematikan di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat. Penyakit ini menjangkiti ribuan pasien Covid-19, baik yang sudah pulang dari rumah sakit ataupun pasien yang masih dalam tahap pemulihan," imbuh Prof Beri.
Lihat Juga: Anant Ambani Habiskan Rp9,6 Triliun untuk Pernikahan, Tamu Dijemput Pakai Pesawat Pribadi
(wur)