Bukan Air Galon, Kepala BKKBN: Pangan Beralkohol Berpotensi Sebabkan Infertilitas

Kamis, 23 Juni 2022 - 08:09 WIB
loading...
Bukan Air Galon, Kepala...
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), mengatakan minuman yang mengandung alkohol bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. Foto/Dok.Sindonews
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), mengatakan minuman yang mengandung alkohol bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. Hal itu disebabkan minuman ini bisa mempengaruhi pembentukan sel telur dan sperma.

“Minuman beralkohol itu merusak lever. Sebetulnya, proses pembentukan sel telur atau sperma itu dipengaruhi oleh hormon dari lever. Jadi, kalau kecanduan alkohol terlalu berat, akan terjadi gangguan pada fungsi lever sehingga pembentukan sel telur dan sperma juga terganggu. Jadi, sepanjang tidak mengandung alkohol, makanan dan minuman itu tidak masalah untuk fertilitas,” ujarnya.

Seperti diketahui, air minum dalam kemasan (AMDK) galon sama sekali tidak mengandung alkohol. Karenanya, air galon ini dipastikan sama sekali tidak menyebabkan infertilitas bagi para konsumennya.

Selain itu, menurut Hasto, orang yang kurang protein atau lemak juga bisa menyebabkan infertilitas. Untuk wanita yang kurang gizi, biasanya masa mensturasinya akan terganggu yang bisa menyebabkan ketidaksuburan. Begitu juga dengan orang yang overweight atau kelebihan lemak, menurut Hasto, itu juga secara tidak langsung bisa mempengaruhi kesuburan.



Hasto mengatakan orang mengalami gangguan fertilitas di Indonesia itu angkanya hanya 5-15% saja. Menurutnya, infertilitas di Indonesia itu masih banyak disebabkan karena infeksi, misalnya karena banyak keputihan yang bisa menyebabkan infeksi saluran kelamin. “Infeksi ini kemudian menyebabkan saluran telurnya menjadi buntu,” tukasnya.

Hasto juga mengungkapkan laki-laki perokok juga berpengaruh terhadap kesuburuan. Termasuk juga karena nikahnya terlalu tua, itu sangat related dengan fertilitas. “Ketika usia sudah 38 tahun, orang itu akan mengalami penurunan yang panjang di fertilitasnya secara alami,” katanya.

BKKBN berkomitmen untuk menurunkan angka total fertility rate (TFR) dari 2,46 sebelum pandemi menjadi 2,24 setelah dua tahun masa pandemi. TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksinya.

Menurut Hasto, BKKBN telah berhasil menurunkan angka kelahiran secara tajam dari 5,6 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan selama 1970 hingga tahun 2000. “Penurunan angka kelahiran ini memperlambat laju pertumbuhan penduduk darin berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur sehingga meningkatkan standar hidup masyarakat,” ungkapnya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan BKKBN untuk bisa menurunkan angka kelahiran itu adalah dengan memberikan layanan secara masif sampai di tingkat bidan. Dalam hal ini, obat BKKBN itu digratiskan untuk semua masyarakat dan tidak perlu harus menjadi anggota BPJS. “Tapi, semua yang memang perlu dilayani diberikan secara gratis baik obat KB, susuk, suntik, operasi steril untuk baik vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita,” ucapnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1325 seconds (0.1#10.140)