Penderita Masalah Mental Bisa Sembuh Lewat Pendekatan Agama, Aktivis HAM: Tapi Diimbangi Sains

Senin, 10 Oktober 2022 - 18:20 WIB
loading...
Penderita Masalah Mental Bisa Sembuh Lewat Pendekatan Agama, Aktivis HAM: Tapi Diimbangi Sains
Aktivis HAM dan Pegiat Inklusi Disabilitas dari Komnas Perempuan, Bahrul Fuad mengatakan pendekatan agama bisa dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan mental. Foto/Tangkapan layar zoom
A A A
JAKARTA - Aktivis HAM dan Pegiat Inklusi Disabilitas dari Komnas Perempuan, Bahrul Fuad mengatakan pendekatan agama bisa dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan mental. Tapi pendekatan agama saja dinilai kurang begitu kuat untuk bisa menyembuhkan jika tidak dibarengi dengan sains.

"Jika hanya mengandalkan pendekatan agama, tanpa mengetahui masalah utamanya apa, yang terjadi malah bisa berakibat kekerasan pada penderita," terang Aktivis HAM dan Pegiat Inklusi Disabilitas Bahrul Fuad, dalam Webinar Jelang 'Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia', Senin (10/10/2022).

"Ini yang saya temukan di kasus penderita masalah mental ditempatkan di satu pondok, lalu mereka dibangunkan pada tengah malam, dimandikan air dingin, lalu diruqyah. Saya mewakili Komnas Perempuan tempat saya bekerja menilai tindakan ini melanggar HAM. Itu kenapa, jika pendekatan agama tidak diimbangi sains, akan berisiko tindak kekerasan yang merugikan penderita," tambahnya.

Pendekatan agama dalam mengatasi masalah kesehatan mental akan jauh lebih berhasil jika sains dihadirkan di tengah-tengahnya. Ini memastikan bahwa tindakan penyembuhan masalah sesuai dengan ilmu pengetahuan, tapi juga sesuai dengan kepercayaan yang dianut penderita.



Lagi pula, di Indonesia ini tak bisa dipungkiri bahwa tokoh agama punya peran yang sangat besar. Banyak orang enggan pergi ke psikolog atau psikiater ketika merasa mentalnya terganggu, dan memilih datang ke pemuka agama.

Keputusan itu tidak salah, namun bagaimana pun masalah mental bisa diatasi dengan komprehensif jika ditangani juga oleh tenaga profesional yang memahami betul masalah kesehatan mental.

"Jadi, pendekatan agama perlu dilengkapi pengetahuan kesehatan mental, sehingga ketemu titik tengahnya dan ini bisa membantu mengatasi masalah mental," ungkap Ahli Kesehatan Mental dan Pencegahan Bunuh Diri Sandersan Onie, PhD.

Sandy, sapaan akrabnya, menambahkan juga bahwa penting bagi pemuka agama untuk teredukasi soal kesehatan mental ini. Dia berharap sekali bahwa di masa depan, bukan hal aneh ketika pemuka agama membahas soal kesehatan mental di ruang khotbah keagamaan, misal di khotbah Sholat Jumat untuk para Muslim.

"Dengan tokoh agamanya juga teredukasi soal kesehatan mental, kami berharap dan cukup yakin bahwa masyarakat yang mempercayai mereka bisa lebih sadar bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan badan," tambah Sandy.

Karena alasan itu juga, Deklarasi Relio-Mental Health bakal dihelat demi memastikan tokoh agama yang ada di Indonesia bisa bekerja sama mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan mental. Hal ini pun sejalan dengan tujuan G20 yaitu menciptakan generasi penerus yang berkualitas.

Dalam agenda tersebut, akan hadir tokoh lintas agama perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Komisi Waligereja Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan International Center for Religions and Peace.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2814 seconds (0.1#10.140)