Mengenal Perbedaan Virus Corona XBB dan Omicron, Waspadai Gejalanya

Rabu, 16 November 2022 - 13:00 WIB
loading...
Mengenal Perbedaan Virus Corona XBB dan Omicron, Waspadai Gejalanya
Virus corona XBB dan Omicron tengah menjadi perhatian. Pasalnya, virus corona ini terus berkembang dan memunculkan berbagai varian baru yang harus diwaspadai. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Virus corona XBB dan Omicron tengah menjadi perhatian. Pasalnya, virus corona ini terus berkembang dan memunculkan berbagai varian baru yang harus diwaspadai.

Omicron jadi varian Covid-19 yang saat ini angka kasusnya terus meroket di berbagai negara. Amerika Serikat bahkan mencatat kasus Omicron lebih tinggi dari varian lain.

Omicron (B.1.1.529) adalah salah satu varian atau turunan jenis baru dari virus Covid-19 yang dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan. Virus ini memiliki sifat yang lebih menular dan mempengaruhi kekebalan tubuh, baik yang diperoleh oleh infeksi alami maupun vaksinasi.

Sepanjang virus masih bersirkulasi di masyarakat, maka dapat menyebabkan virus berevolusi. Evolusi ini dapat menyebabkan adanya perubahan dari sifat dan karakter dari virus asal.



Dirangkum dari situs resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (16/11/2022) misalnya perubahan di kecepatan penularan, efek terhadap sistem kekebalan tubuh, tingkat keparahan, diagnosis dan respon terhadap obat-obatan.

Kasus pertama Omicron di Indonesia diduga berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang datang dari Nigeria pada 27 November 2021. Omicron memiliki 50 mutasi yang 30 di antaranya terdapat pada gen yang mengkode protein S.

Separuh dari mutasi yang ada pada gen pengkode protein S ini terdapat pada daerah Receptor Binding Domain (RBD) tempat virus berinteraksi dengan reseptor ACE2 pada sel target. Omicron menyebabkan peningkatan afinitas SARS-CoV-2 terhadap reseptor ACE2 manusia.

Hasil studi epidemiologis didapatkan omicron dengan cepat menggantikan varian Delta sebagai varian yang mendominasi. Studi in vitro dari University of Hong Kong oleh Chi-Wai menunjukkan bahwa Omicron memiliki kemampuan bereplikasi sebesar 70 kali lipat lebih cepat pada sel saluran napas dibandingkan varian Delta.



Hal ini menunjukkan bahwa Omicron memang memiliki daya penularan yang lebih cepat dan daya netralisasi antibodi yang menurun dibandingkan varian sebelumnya meskipun seberapa besar derajat penularan Omicron dibanding varian lain masih perlu diteliti lebih lanjut.

Omicron menjadi varian yang perlu diwaspadai karena memiliki jumlah mutasi yang tinggi, termasuk pada protein spike. Varian ini juga berpotensi memiliki kemampuan dalam menghindari sistem imun yang lebih baik dan laju penularan yang lebih.

Pemeriksaan PCR dan RDT-Antigen masih dapat untuk mendiagnosis Covid-19, termasuk Omicron. Untuk memastikan variannya, perlu dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).

Sementara XBB sendiri adalah varian Omicron baru yang ditemukan pada Agustus 2022 di India. Dalam waktu singkat, virus ini telah menyebar di lebih dari 17 negara, termasuk Indonesia.



Juru Bicara Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan penting untuk mengetahui karakteristik dari sub varian XBB. Pertama, sub varian tersebut merupakan sub varian Omicron yang merupakan gabungan dari BA.2.10.1 dan BA.275.

Kedua, pada 10 November 2022 varian XBB sudah tersebar di 37 negara di dunia, di mana Singapura, India dan Australia menjadi negara yang tertinggi. Ketiga, gejala yang ditimbulkan dari varian ini tidak jauh berbeda dengan gejala yang lainnya.

“Gejala yang ditimbulkan dari Covid-19 sub varian XBB ini mirip dengan gejala Covid-19 pada umumnya, mulai dari demam, batuk, kelelahan, nyeri otot, anosmia hingga diare," kata Prof Wiku.

Gejala varian XBB juga mirip dengan gejala infeksi Omicron umumnya. Namun, dipastikan bahwa gejala varian ini juga disertai gejala khas varian Delta, yaitu anosmia alias hilangnya kemampuan mencium aroma.

Selain itu, sama seperti gejala infeksi Covid-19 umumnya, varian XBB juga menyebabkan demam, gejala mirip flu berupa batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan. Namun, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, terdapat perbedaan durasi munculnya gejala usai terinfeksi.
(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1452 seconds (0.1#10.140)