Lalai Kelola Kadar Lipid, Risiko Komplikasi Kardiovaskular Mengintai
Senin, 30 Agustus 2021 - 19:32 WIB
kematian di Eropa setiap tahun,” terang dr. Tri.
Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35% dari seluruh kematian.
Sementara menurut penelitian Hussain dkk, penyebab terbanyak penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%). Sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).
“Pengelolaan dislipidemia memerlukan strategi komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid, namun juga faktor metabolik lain seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Pengobatannya terdiri dari terapi non-farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat antilipid," papar dr. Tri.
Aktivitas fisik yang disarankan, lanjut dr. Tri, adalah jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya 30 menit dalam 4-6 kali seminggu. Lalu, diet yang disarankan yakni diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran kurang lebih lima porsi atau lebih per hari, biji-bijian enam porsi atau lebih tiap hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
Adapun terapi farmakologi prinsip dasarnya adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan yaitu statin. Obat lain seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant, hanya digunakan bila
terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Lihat Juga: Siemens Healthineers Luncurkan ACUSON Origin, Solusi Ultrasound Kardiovaskular Terkini di Indonesia
Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35% dari seluruh kematian.
Sementara menurut penelitian Hussain dkk, penyebab terbanyak penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%). Sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).
“Pengelolaan dislipidemia memerlukan strategi komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid, namun juga faktor metabolik lain seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas. Pengobatannya terdiri dari terapi non-farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat antilipid," papar dr. Tri.
Aktivitas fisik yang disarankan, lanjut dr. Tri, adalah jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya 30 menit dalam 4-6 kali seminggu. Lalu, diet yang disarankan yakni diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran kurang lebih lima porsi atau lebih per hari, biji-bijian enam porsi atau lebih tiap hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
Adapun terapi farmakologi prinsip dasarnya adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan yaitu statin. Obat lain seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant, hanya digunakan bila
terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Lihat Juga: Siemens Healthineers Luncurkan ACUSON Origin, Solusi Ultrasound Kardiovaskular Terkini di Indonesia
(tsa)
tulis komentar anda