Apakah MPASI Fortifikasi Bahaya untuk Bayi? Ini Faktanya

Rabu, 27 September 2023 - 18:18 WIB
loading...
Apakah MPASI Fortifikasi Bahaya untuk Bayi? Ini Faktanya
Dalam berbagai penelitian lain juga telah dibuktikan bahwa nutrisi fortifikasi dapat mendukung pertumbuhan anak secara positif. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Dalam berbagai forum, banyak ibu di Indonesia yang mempertanyakan apakah MPASI fortifikasi aman untuk bayi. Pertanyaan ini timbul karena MPASI fortifikasi termasuk makanan pabrikan dan ada persepsi bahwa makanan pabrikan tidak baik untuk bayi.

Menurut Pakar Teknologi Pangan sekaligus Anggota Tim Pakar Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM Prof. Dr. Ir. Sugiyono, M.AppSc, makanan pabrikan merupakan hasil pengolahan makanan di pabrik yang mencakup pemasakan (biasanya perebusan atau pengukusan) dan pengeringan. Pemasakan bertujuan untuk memastikan makanan matang, aman, dan mudah dicerna.

"Apalagi jika makanan tersebut diperuntukkan bagi bayi yang masih rentan mengalami gangguan kesehatan. Makanan untuk bayi tentu saja harus diproses atau dimasak agar sesuai dan aman dikonsumsi bayi serta memberikan nutrisi yang diperlukan agar dia dapat tumbuh dan berkembang optimal," beber Prof. Sugiyono dalam artikel yang ditulisnya, dikutip Rabu (27/9/2023).

Setelah proses pemasakan, dalam pembuatan makanan pabrikan dilakukan proses pengeringan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengeluarkan air dari makanan sehingga menjadi tahan lama atau awet disimpan tanpa mengalami kerusakan atau pembusukan dan kandungan nutrisinya dapat dipertahankan.

"Jadi, makanan pabrikan itu cepat penyajiannya karena sudah dimasak sebelumnya, dan awet karena telah dikeringkan. Dengan demikian, makanan pabrikan tidak perlu mengandung bahan pengawet karena bentuknya sudah kering sehingga awet dengan sendirinya," kata Prof. Sugiyono.

"Dengan begitu, asumsi bahwa makanan pabrikan itu pasti mengandung pengawet tambahan tidak selalu benar," tambahnya.

Dalam bidang industri, lanjut Prof. Sugiyono, salah satu makanan yang melalui proses pengeringan agar lebih awet adalah makanan bayi yang dikeringkan menjadi MPASI fortifikasi.

Tidak dipungkiri bahwa proses pengolahan dapat merusak sebagian vitamin yang ada pada makanan. Pada makanan fortifikasi, terang Prof. Sugiyono, sebagian zat gizi yang rusak atau hilang karena proses pengolahan, dapat diatasi dengan menambahkan vitamin serta mineral pada makanan yang telah diolah.

"Hal inilah yang membedakan fortifikasi dengan makanan yang diolah di rumah. Proses penambahan vitamin dan mineral ini justru bisa memberi tambahan nutrisi yang sangat sulit dipenuhi tiap hari, misalnya zat besi dan zat gizi mikro lain untuk memenuhi kebutuhan bayi," terang Prof. Sugiyono.

Prof. Sugiyono menegaskan, MPASI fortifikasi telah dikontrol sangat ketat oleh BPOM.

"Untuk produk MPASI fortifikasi, BPOM menerapkan standar yang sangat ketat mengingat pentingnya keamanan makanan bayi dan nilai gizinya. BPOM tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa, serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi," terang Prof. Sugiyono.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, SpA, MKes mengatakan, selain memperhatikan nutrisi seimbang saat hamil, kemudian memastikan asupan gizi melalui ASI selama 6 bulan, ibu juga harus memperhatikan asupan nutrisi pada fase MPASI saat usia anak di atas 6 bulan.

Pada usia tersebut, anak sudah semakin membutuhkan nutrisi yang kompleks dan tidak cukup hanya diberikan melalui ASI. Anak sudah sangat perlu diberikan dukungan asupan lain melalui makanan pendamping ASI (MPASI).

"MPASI yang mendukung tumbuh kembang optimal adalah yang diberikan tepat waktu, cukup kalori, protein, lemak, vitamin, mineral, higienis, dan responsif diberikan setelah bayi berusia 6 bulan," kata dr Ardi.

"MPASI yang kurang dalam kuantitas dan kualitas dapat menyebabkan anak gagal tumbuh. Jika berlangsung dalam waktu lama akan menjadi pemicu malnutrisi dan stunting," lanjutnya.

Bayi berusia 6 bulan ke atas membutuhkan asupan zat besi sebanyak 11 mg/hari. ASI hanya menyediakan sekitar 3% dari 11 mg zat besi, sehingga sisanya perlu diperoleh dari MPASI.

Makanan kaya zat besi seperti daging sapi, hati sapi atau ayam, dan ikan, ujar dr Ardi, harus dikonsumsi dalam jumlah 400 gram untuk memenuhi kebutuhan zat besi harian. Tentu itu tidak mungkin dengan kapasitas lambung bayi yang terbatas.

"Di sinilah MPASI fortifikasi sangat bisa digunakan sebagai alternatif nutrisi pendukung tumbuh kembang oleh karena kelebihannya, yaitu sudah ditambahkan vitamin dan mineral sesuai kebutuhan harian," ungkap dr Ardi.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan, bayi berusia 6-24 bulan yang mengonsumsi MPASI fortifikasi mencatat kadar hemoglobin, zat besi, dan ferritin (pengikat zat besi) yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang mengonsumsi MPASI homemade.

"Dalam berbagai penelitian lain juga telah dibuktikan bahwa nutrisi fortifikasi dapat mendukung pertumbuhan anak secara positif," pungkas dr Ardi.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2319 seconds (0.1#10.140)