5 Negara di Asia Ini Alami Resesi Seks Gegara Warganya Ogah Punya Anak

Kamis, 27 Juni 2024 - 15:30 WIB
loading...
A A A
"Banyak perempuan sukses di Korsel tidak memprioritaskan keluarga atau anak dan memilih fokus pada diri sendiri. Konsekuensinya, tingkat kesuburan Korsel menurun drastis," ungkap laporan itu.

3. Singapura

Negara kecil di Asia Tenggara ini ternyata mengalami resesi seks. Banyak warga Singapura menentang menikah. Angka kelahiran di Singapura cuma 1,12 pada 2021.

Karena fenomena ini, pemerintah Singapura mengizinkan satu wanita untuk membekukan sel telurnya. Aturan itu berlaku untuk semua perempuan, padahal sebelumnya cuma untuk anak perempuan dengan gangguan medis tertentu seperti menjalani kemoterapi.

"Kami mengidentifikasi bahwa beberapa wanita Singapura dari segala usia ingin mengatur kesuburan mereka karena ingin menikmati hidupnya sendiri," kata Prime Minister Singapore Lee Hsien Loong, dikutip dari World Today News.

"Beberapa perempuan menunda kehamilan karena merasa belum bertemu dengan pria yang tepat. Tapi, sebagian mengaku masih ma hamil, makanya memutuskan membekukan sel telur," sambungnya.


4. Thailand

Thailand menjadi negara Asia Tenggara kedua yang mengalami resesi seks. Survei National Institute of Development Administration (NIDA) Thailand pada September 2023 menunjukkan, 44 persen responden mengaku kurang berminat memiliki anak. Alasan utamanya karena biaya pengasuhan anak yang semakin tinggi dan ketidakinginan terbebani dengan kewajiban mengasuh anak.

Selain itu, Thailand juga memiliki tingkat kesuburan yang tergolong rendah, yakni berada di 1,08 kelahiran sepanjang 2023. Jika kondisi tersebut tak segera diatasi, maka populasi di Negeri Gajah Putih bisa berkurang setengahnya dalam kurun waktu 60 tahun ke depan.

5. China

Pernah menjadi negara dengan populasi terbanyak di dunia, China rupanya saat ini juga tengah mengalami resesi seks.

Pada 2022 hingga 2023, populasi di China dilaporkan menyusut. Biro Statistik Nasional China (NBS) mencatat, hanya ada 6,39 kelahiran per 1.000 orang pada tahun lalu. Jumlah tersebut menurun, di mana ada sebanyak 9,02 juta bayi lahir dari 1.000 orang pada 2022.

Profesor Mu Zheng dari departemen sosiologi dan antropologi Universitas Nasional Singapura pernah mengatakan pada tahun lalu, resesi seks di China disebabkan oleh semakin banyaknya wanita yang memilih fokus pada karier dan tujuan pribadi mereka daripada memulai sebuah keluarga. Hal itu diperburuk dengan kondisi pandemi pada 2020 hingga 2022 lalu.

"Covid terus memiliki banyak dampak negatif dan telah menyebabkan rasa ketidakpastian secara keseluruhan terhadap masa depan. Ada rasa tidak berdaya yang melarang banyak wanita ingin punya anak," katanya.
(tsa)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4178 seconds (0.1#10.140)