Jalan Cepat Dikoridor Sempit Beresiko Menyebarkan Virus Corona

Sabtu, 19 Desember 2020 - 15:40 WIB
loading...
Jalan Cepat Dikoridor...
foto / dok istimewa
A A A
JAKARTA - Berj alan cepat di ruang sempit di belakang sekelompok orang dapat secara signifikan meningkatkan resiko penularan Covid-19 , terutama pada anak-anak. Menurut sebuah penelitian yang mengatakan tetesan pernapasan yang mengandung virus dapat tertinggal di belakang orang yang terinfeksi yang bergerak melalui koridor tersebut.

Hasil simulasi komputer, yang diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids, menggarisbawahi pentingnya bentuk ruang dalam memprediksi bagaimana tetesan sarat virus bergerak di udara.

Baca juga : Ini Resep Awet, Maudy Koesnadi & Erik Meijer Selalu Mesra

Sementara studi sebelumnya menyoroti pengaruh objek, seperti penghalang kaca, jendela, dan AC pada pola aliran udara dan penyebaran virus, para ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China di Beijing mengatakan simulasi ini biasanya mengasumsikan ruang dalam ruangan terbuka yang besar.

Baca juga : Perlu Diketahui, Begini Gejala Usus Buntu pada Anak dan Ibu Hamil

Dilansir dari Times Now News, Sabtu (19/12) namun, efek tembok di dekatnya, seperti yang mungkin ada di koridor sempit belum dipertimbangkan. Menurut penelitian saat ini, jika seseorang berjalan di koridor lalu batuk maka napas mereka mengeluarkan tetesan yang bergerak di sekitar dan di belakang tubuh mereka, membentuk ombak dengan cara yang sama seperti perahu membentuk gelombang di air saat berlayar.

Penelitian tersebut mengungkapkan adanya gelembung sirkulasi ulang tepat di belakang tubuh orang tersebut dan ombak panjang yang mengalir di belakang mereka kira-kira setinggi pinggang.

Baca juga : Parahnya Wabah COVID-19 di AS, RS Ubah Tempat Parkir Jadi Ruang Perawatan

"Pola aliran yang kami temukan sangat terkait dengan bentuk tubuh manusia. Pada dua meter di hilir, ombak hampir diabaikan pada ketinggian mulut dan tinggi kaki tetapi masih terlihat pada ketinggian pinggang," kata rekan penulis studi Xiaolei Yang.

Setelah pola aliran udara ditentukan, para ilmuwan kemudian membuat model penyebaran awan tetesan yang dikeluarkan dari mulut orang yang disimulasikan. Peneliti mengatakan bentuk ruang di sekitar orang yang bergerak sangat penting untuk bagian perhitungan ini.

Baca juga : Bima S Episode 12: Masked Warrior di RCTI

Dalam salah satu cara penyebaran, penelitian tersebut mencatat bahwa awan tetesan terlepas dari orang yang bergerak dan mengapung jauh di belakang individu tersebut, menciptakan gelembung tetesan yang berisi virus yang mengambang.

Dalam mode lain, dikatakan bahwa awan menempel di punggung seseorang, mengikuti di belakang mereka seperti ekor saat mereka bergerak di angkasa. "Untuk mode terlepas, konsentrasi tetesan jauh lebih tinggi daripada mode terpasang, lima detik setelah batuk," jelas Yang.

Baca juga : Ikuti Kisah Bus Bandung-Bekasi Berpenumpang Setan di Cerita Suara RCTI+

"Ini menjadi tantangan besar dalam menentukan jarak sosial yang aman di tempat-tempat seperti koridor yang sangat sempit, di mana seseorang dapat menghirup tetesan virus meskipun pasien berada jauh di depannya," tambahnya.

Baca juga : Tol Yogyakarta-Bawen Akan Dilengkapi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik

Para ilmuwan memperingatkan bahwa bahayanya sangat tinggi bagi anak-anak, karena awan tetesan melayang pada jarak di atas tanah yang kira-kira setengah dari ketinggian orang yang terinfeksi yang berada pada ketinggian mulut untuk anak-anak.
(sal)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2092 seconds (0.1#10.140)