Makin Tinggi Efikasi Vaksin COVID-19, Makin Besar Efek Sampingnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Efikasi vaksin Sinovac diketahui hanya 65,3%. Angka ini sudah melebihi 50%, standar yang sudah ditetapkan WHO. Nilai ini pun tidak mempengaruhi keamanan vaksin tersebut dan bisa diberikan kepada masyarakat luas sebagai upaya mencegah penularan COVID-19 . Badan POM sendiri telah melakukan penilaian terhadap efikasi dari vaksin COVID-19, yaitu sebesar 65,3%.
Hal ini menunjukan vaksin ini diyakini mampu menurunkan penularan sebesar 65,3% dan lebih tinggi dari ketentuan WHO. Istilah efikasi menunjukkan hasil uji klinik suatu vaksin.
Efikasi atau kemanjuran adalah kemampuan dari suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal dan terkontrol, dengan membandingkan kelompok yang divaksin dengan kelompok tidak divaksin/placebo. Jadi, efikasi menunjukkan kemampuan vaksin dalam konteks penelitian.
Baca Juga : Anda Sudah Divaksin Covid-19, Cuci Tangan Tetap Penting Lho!
Tentunya, vaksin COVID-19 jenis lain memiliki efikasi yang berbeda seperti vaksin Moderna yang memiliki efikasi 94,5% dan vaksin Pfizer memiliki efikasi 95%. Walaupun vaksin COVID-19 produksi Pfizer dan Moderna memiliki efikasi lebih tinggi dibanding Sinovac, namun efek samping yang dihasilkan Pfizer dan Moderna cukup berat yaitu hingga penyakit level 3 (hingga membutuhkan perawatan).
Dr. Tolhas Banjarnahor, Sp.PD-FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Tangerang mengatakan bahwa persentase efek samping yang dihasilkan Pfizer sebanyak 1,5% dan efek samping yang dihasilkan Moderna sebesar 4,1%.
Sementara, vaksin Sinovac sendiri hanya memiliki efek samping 0,1% (sama dengan efek simpang vaksin flu). “Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin COVID-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya karena dapat menimbulkan herd immunity (kekebalan kelompok),” ujar dr. Tolhas.
Baca Juga : Anak Boleh Ngemil Kok, Kenali Syarat dan Ketentuannya Ya!
Masih soal reaksi tubuh setelah dilakukan vaksinasi, menurut dr. Tolhas bisa bermacam-macam. Mulai dari reaksi ringan seperti nyeri di tempat penyuntikan, kemerahan, bengkak, nyeri otot, lemah, nyeri kepala, menggigil, demam, hingga reaksi yang berat seperti reaksi alergi berat. Hingga saat ini belum ada anjuran dari pemerintah bahwa seseorang harus melakukan pemeriksaan PCR sebelum melakukan Vaksin COVID-19.
“Cukup mengisi lembar screening yang telah disiapkan sebelum vaksinasi, ini dilakukan untuk menentukan apakah seseorang bisa mendapatkan vaksin atau tidak,” pungkas dr. Tolhas.Persentase efek samping yang dihasilkan Pfizer sebanyak 1,5% dan efek samping yang dihasilkan Moderna sebesar 4,1%.
Sementara, vaksin Sinovac sendiri hanya memiliki efek samping 0,1% (sama dengan efek simpang vaksin flu). “Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin covid-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya karena dapat menimbulkan herd immunity (kekebalan kelompok),” ujar dr. Tolhas.
Dr. Tolhas menambahkan bahwa vaksin COVID-19 akan merangsang sistim imun tubuh untuk membentuk antibodi terhadap bagian virus SarsCov2 yang ada dalam vaksin. “Antibodi yang terbentuk ini akan melindungi kita apabila virus SarsCov2 masuk ke dalam tubuh. Dengan vaksinasi, seseorang dapat terhindar dari infeksi virus SarsCov2 atau paling tidak hanya gejala ringan saja yang akan dialami oleh seseorang jika terpapar virus ini,” terang dr. Tolhas.
Baca Juga : Selulit Tidak Bisa Hilang, Tapi Hanya Bisa Dicegah, Ini Caranya
Namun, perlu diingat bahwa seseorang yang sudah melakukan vaksin COVID-19 masih dapat terserang COVID-19. Sebab pada dasarnya, tidak ada vaksin yang mempunyai efikasi 100 %. Persentase seseorang terpapar COVID-19 setelah dilakukan vaksin COVID-19 akan tergantung dari jenis vaksin yang digunakan.
Misalnya, vaksin Sinovac di Indonesia mempunyai efikasi 65,3% pada kelompok umur 18 sd 59 tahun. “Artinya, masih ada kemungkinan 34,7% seseorang terkena infeksi COVID-19 meskipun telah dilakukan vaksin,” imbuh dr. Tolhas. Sri Noviarni
Lihat Juga: Pemerintah Siapkan Vaksin Booster Covid-19 Gratis untuk Masyarakat, Ini Sederet Manfaatnya!
Hal ini menunjukan vaksin ini diyakini mampu menurunkan penularan sebesar 65,3% dan lebih tinggi dari ketentuan WHO. Istilah efikasi menunjukkan hasil uji klinik suatu vaksin.
Efikasi atau kemanjuran adalah kemampuan dari suatu vaksin dalam mencegah penyakit dalam keadaan ideal dan terkontrol, dengan membandingkan kelompok yang divaksin dengan kelompok tidak divaksin/placebo. Jadi, efikasi menunjukkan kemampuan vaksin dalam konteks penelitian.
Baca Juga : Anda Sudah Divaksin Covid-19, Cuci Tangan Tetap Penting Lho!
Tentunya, vaksin COVID-19 jenis lain memiliki efikasi yang berbeda seperti vaksin Moderna yang memiliki efikasi 94,5% dan vaksin Pfizer memiliki efikasi 95%. Walaupun vaksin COVID-19 produksi Pfizer dan Moderna memiliki efikasi lebih tinggi dibanding Sinovac, namun efek samping yang dihasilkan Pfizer dan Moderna cukup berat yaitu hingga penyakit level 3 (hingga membutuhkan perawatan).
Dr. Tolhas Banjarnahor, Sp.PD-FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital Tangerang mengatakan bahwa persentase efek samping yang dihasilkan Pfizer sebanyak 1,5% dan efek samping yang dihasilkan Moderna sebesar 4,1%.
Sementara, vaksin Sinovac sendiri hanya memiliki efek samping 0,1% (sama dengan efek simpang vaksin flu). “Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin COVID-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya karena dapat menimbulkan herd immunity (kekebalan kelompok),” ujar dr. Tolhas.
Baca Juga : Anak Boleh Ngemil Kok, Kenali Syarat dan Ketentuannya Ya!
Masih soal reaksi tubuh setelah dilakukan vaksinasi, menurut dr. Tolhas bisa bermacam-macam. Mulai dari reaksi ringan seperti nyeri di tempat penyuntikan, kemerahan, bengkak, nyeri otot, lemah, nyeri kepala, menggigil, demam, hingga reaksi yang berat seperti reaksi alergi berat. Hingga saat ini belum ada anjuran dari pemerintah bahwa seseorang harus melakukan pemeriksaan PCR sebelum melakukan Vaksin COVID-19.
“Cukup mengisi lembar screening yang telah disiapkan sebelum vaksinasi, ini dilakukan untuk menentukan apakah seseorang bisa mendapatkan vaksin atau tidak,” pungkas dr. Tolhas.Persentase efek samping yang dihasilkan Pfizer sebanyak 1,5% dan efek samping yang dihasilkan Moderna sebesar 4,1%.
Sementara, vaksin Sinovac sendiri hanya memiliki efek samping 0,1% (sama dengan efek simpang vaksin flu). “Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin covid-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya karena dapat menimbulkan herd immunity (kekebalan kelompok),” ujar dr. Tolhas.
Dr. Tolhas menambahkan bahwa vaksin COVID-19 akan merangsang sistim imun tubuh untuk membentuk antibodi terhadap bagian virus SarsCov2 yang ada dalam vaksin. “Antibodi yang terbentuk ini akan melindungi kita apabila virus SarsCov2 masuk ke dalam tubuh. Dengan vaksinasi, seseorang dapat terhindar dari infeksi virus SarsCov2 atau paling tidak hanya gejala ringan saja yang akan dialami oleh seseorang jika terpapar virus ini,” terang dr. Tolhas.
Baca Juga : Selulit Tidak Bisa Hilang, Tapi Hanya Bisa Dicegah, Ini Caranya
Namun, perlu diingat bahwa seseorang yang sudah melakukan vaksin COVID-19 masih dapat terserang COVID-19. Sebab pada dasarnya, tidak ada vaksin yang mempunyai efikasi 100 %. Persentase seseorang terpapar COVID-19 setelah dilakukan vaksin COVID-19 akan tergantung dari jenis vaksin yang digunakan.
Misalnya, vaksin Sinovac di Indonesia mempunyai efikasi 65,3% pada kelompok umur 18 sd 59 tahun. “Artinya, masih ada kemungkinan 34,7% seseorang terkena infeksi COVID-19 meskipun telah dilakukan vaksin,” imbuh dr. Tolhas. Sri Noviarni
Lihat Juga: Pemerintah Siapkan Vaksin Booster Covid-19 Gratis untuk Masyarakat, Ini Sederet Manfaatnya!
(wur)