Ibu Positif Covid-19 Tetap Bisa Memberikan ASI dengan Cara Begini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pekan menyusui sedunia atau "world berastfeeding week" diperingati setiap minggu pertama di bulan Agustus. Pada tahun ini, pekan menyusui sedunia mengangkat tema global "Protect Breastfeeding: a Shared Responsibility" yang diadaptasi menjadi tema nasional "Perlindungan Menyusui: Tanggung Jawab Bersama" dengan slogan "Tetap beri ASI, anak terlindungi, keluarga sejahtera".
Baca juga: Kena Diabetes Setelah Sembuh Covid-19, Ini Penjelasan Dokter
"Tujuan peringatan pekan menyusui sedunia, pertama menyebarluaskan informasi seputar pentingnya melindungi menyusui, karena menyusui merupakan tanggung jawab bersama untuk keningkatkan kesehatan masyarakat ," ujar Direktur Gizi Masyarakat, Dr Dhian Probhoyekti MA, dalam webinar 'Menyusui Saat Pandemi: Dukungan untuk Ibu, Perlindungan untuk Keluarga", Kamis (12/8).
"Kedua, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, lintas sektor dan organisasi untuk mendukung menyusui agar mendapatkan dampak yang lebih besar. Ketiga, mendorong berbagai kegiatan sebagai dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat," sambungnya.
Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, drg Kartini Rustandi, M.Kes menyatakan, ASI mengandung zat-zat yang diperlukan, terlebih kolustrum.
"The Lancet Breastfeeding Series, 2016 menyatakan memberi ASI eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi sebesar 88 persen. ASI memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Sementara untuk Ibu, menyusui menurunkan risiko Ibu dari kanker payudara dan rahim," jelasnya.
Lebih lanjut, Kartini menuturkan, menyusui menjadi tantangan berat bagi seorang ibu jika keluarga, lingkungan, dan tempat kerja kurang pemahaman mengenai pentingnya ASI. Tantangan lainnya adalah pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu. Bagaimana ibu menyusui khawatir menyusui bayinya karena berada di lingkungan terpapar Covid-19 atau pernah terinfeksi Covid-19.
Ketua Satgas ASI PP IDAI, dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A memaparkan, upaya dukungan yang aman menyusui di masa pandemi Covid-19. Dia menegaskan, regulasi perlindungan hak anak untuk mendapat ASI di Indonesia, yaitu Undang-undang No.34 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Menurutnya, kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertama terdeteksi pada 2 Maret 2020 hingga 12 Agustus 2021 tercatat 3,72 juta. Data IDAI menyebut, 42 persen anak yang meninggal dan 447 anak di bawah 1 tahun dalam 17 bulan terakhir meninggal akibat terpapar Covid-19.
Elizabeth mengutarakan, ibu dengan Covid-19 dapat menyusui jika mereka menginginkannya. Caranya, ibu menyusui menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker saat menyusui dan merawat bayi, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi, dan membersihkan serta mendisifeksi permukaan dan benda yang sering disentuh ibu dan bayi.
"Ibu dengan Covid-19 harus mendapatkan dukungan untuk menyusui dengan aman. IMD dan menyusui eksklusif membantu tumbuh kembang bayi secara optimal, melakukan IMD dengan kontak kulit dengan kulit saat ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Jika ibu tidak kuat menyusui langsung, makan dapat memberikan asi perah dengan protokol kesehatan Covid-19 saat memerah ASI," jelas dia.
Dinar Saurmauli Lubis, SKM, MPH, Ph.d dari Pusat Inovasi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana memaparkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Beberapa di antaranya, terdapat kebijakan tertulis tentang pemberian ASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua staf fasilitas kesehatan, petugas kesehatan terlatih dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menolong menyusui, semua ibu hamil mendapat penjelasan menyusui --sejak masa kehamilan, bayi lahir hingga umur 2 tahun--.
Kemudian, membantu ibu cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui, tidak memberi makanan atau minuman apapun selama ASI kepada bayi baru lahir, kecuali indikasi medis. Selain itu, tidak memberikan dot atau empeng untuk bayi yang disusui, dan merujuk ke kelompok pendukung ASI ketika ibu pulang dari rumah sakit/rumah bersalin.
Penyintas Covid-19 yang juga ibu menyusui, dr Ferdila Mariam, Sp.S, tetap menyusui bayinya yang berusia 9 bulan saat dia terpapar Covid-19 pada September 2020. "Sempat was-was dan khawatir ketika tahu terpapar," ucapnya.
Baca juga: Model Berusia 65 Tahun Ini Sempat Memimpin Revolusi Abu-Abu Singapura
Meski demikian, Dila mengaku tidak terlalu panik karena sebelum kejadian terinfeksi virus Covid-19, dia sudah banyak membaca mengenai ibu menyusui yang positif Covid-19 boleh menyusui.
Lihat Juga: Mengenal Meita Irianty, Influencer Parenting yang Jadi Tersangka Penganiayaan Balita di Depok
Baca juga: Kena Diabetes Setelah Sembuh Covid-19, Ini Penjelasan Dokter
"Tujuan peringatan pekan menyusui sedunia, pertama menyebarluaskan informasi seputar pentingnya melindungi menyusui, karena menyusui merupakan tanggung jawab bersama untuk keningkatkan kesehatan masyarakat ," ujar Direktur Gizi Masyarakat, Dr Dhian Probhoyekti MA, dalam webinar 'Menyusui Saat Pandemi: Dukungan untuk Ibu, Perlindungan untuk Keluarga", Kamis (12/8).
"Kedua, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, lintas sektor dan organisasi untuk mendukung menyusui agar mendapatkan dampak yang lebih besar. Ketiga, mendorong berbagai kegiatan sebagai dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat," sambungnya.
Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, drg Kartini Rustandi, M.Kes menyatakan, ASI mengandung zat-zat yang diperlukan, terlebih kolustrum.
"The Lancet Breastfeeding Series, 2016 menyatakan memberi ASI eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi akibat infeksi sebesar 88 persen. ASI memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Sementara untuk Ibu, menyusui menurunkan risiko Ibu dari kanker payudara dan rahim," jelasnya.
Lebih lanjut, Kartini menuturkan, menyusui menjadi tantangan berat bagi seorang ibu jika keluarga, lingkungan, dan tempat kerja kurang pemahaman mengenai pentingnya ASI. Tantangan lainnya adalah pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu. Bagaimana ibu menyusui khawatir menyusui bayinya karena berada di lingkungan terpapar Covid-19 atau pernah terinfeksi Covid-19.
Ketua Satgas ASI PP IDAI, dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A memaparkan, upaya dukungan yang aman menyusui di masa pandemi Covid-19. Dia menegaskan, regulasi perlindungan hak anak untuk mendapat ASI di Indonesia, yaitu Undang-undang No.34 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Menurutnya, kasus Covid-19 di Indonesia sejak pertama terdeteksi pada 2 Maret 2020 hingga 12 Agustus 2021 tercatat 3,72 juta. Data IDAI menyebut, 42 persen anak yang meninggal dan 447 anak di bawah 1 tahun dalam 17 bulan terakhir meninggal akibat terpapar Covid-19.
Elizabeth mengutarakan, ibu dengan Covid-19 dapat menyusui jika mereka menginginkannya. Caranya, ibu menyusui menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker saat menyusui dan merawat bayi, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi, dan membersihkan serta mendisifeksi permukaan dan benda yang sering disentuh ibu dan bayi.
"Ibu dengan Covid-19 harus mendapatkan dukungan untuk menyusui dengan aman. IMD dan menyusui eksklusif membantu tumbuh kembang bayi secara optimal, melakukan IMD dengan kontak kulit dengan kulit saat ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Jika ibu tidak kuat menyusui langsung, makan dapat memberikan asi perah dengan protokol kesehatan Covid-19 saat memerah ASI," jelas dia.
Dinar Saurmauli Lubis, SKM, MPH, Ph.d dari Pusat Inovasi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana memaparkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Beberapa di antaranya, terdapat kebijakan tertulis tentang pemberian ASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua staf fasilitas kesehatan, petugas kesehatan terlatih dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menolong menyusui, semua ibu hamil mendapat penjelasan menyusui --sejak masa kehamilan, bayi lahir hingga umur 2 tahun--.
Kemudian, membantu ibu cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui, tidak memberi makanan atau minuman apapun selama ASI kepada bayi baru lahir, kecuali indikasi medis. Selain itu, tidak memberikan dot atau empeng untuk bayi yang disusui, dan merujuk ke kelompok pendukung ASI ketika ibu pulang dari rumah sakit/rumah bersalin.
Penyintas Covid-19 yang juga ibu menyusui, dr Ferdila Mariam, Sp.S, tetap menyusui bayinya yang berusia 9 bulan saat dia terpapar Covid-19 pada September 2020. "Sempat was-was dan khawatir ketika tahu terpapar," ucapnya.
Baca juga: Model Berusia 65 Tahun Ini Sempat Memimpin Revolusi Abu-Abu Singapura
Meski demikian, Dila mengaku tidak terlalu panik karena sebelum kejadian terinfeksi virus Covid-19, dia sudah banyak membaca mengenai ibu menyusui yang positif Covid-19 boleh menyusui.
Lihat Juga: Mengenal Meita Irianty, Influencer Parenting yang Jadi Tersangka Penganiayaan Balita di Depok
(nug)