Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 6 Bagian 1

Minggu, 19 Februari 2017 - 10:11 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Sianshu, karya: Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

"HEIII! Mundur kalian, jangan ganggu dia!" Sin Liong sudah meloncat ke depan.

"Kau yang mundur! Mengapa ikut-ikut keluar?" Swat Hong membentak dan memandang Sin Liong dengan mata mendelik.

"Ehh? Sumoi...? Aku hanya ingin menolongmu."

"Siapa membutuhkan pertolonganmu? Kembalilah ke kamar tahananmu itu dengan... dengan...." Akan tetapi Swat Hong tak dapat melanjutkan kata-katanya karena kini orang-orang Pulau Neraka telah mengeroyoknya.

"Wuuuttt... siuuuum!" Tubuh Swat-Hong sudah menyambar ke sana-sini, selain mengelak dari serbuan banyak senjata itu, juga untuk mengirim serangan balasan dengan tangan dan kakinya yang bergerak cepat sekali. Bukan main hebatnya Swat Hong yang bergerak cepat dan yang di dorong oleh perasaan marah itu. Dia memang marah, bukan marah kepada orang-orang Pulau Neraka, melainkan marah kepada... Sin Liong!

Kiranya tanpa di ketahui oleh Sin liong sendiri, sudah sejak tadi Swat Hong tiba di tempat itu, menggunakan kepandaiannya menyelunduk sehingga tidak diketahui para penjaga dan dia telah dapat mendengarkan percakapan suhengnya dan Soan Cu. Hatinya menjadi panas! Dia sendiri tidak tahu akan hal ini, tidak sadar mengapa dia menjadi tidak senang mendengar betapa suhengnnya bercakap-cakap dengan ramah bersama seorang gadis! Karena itu, niatnya untuk menolong suhengnya menjadi buyar dan dia hanya menonton saja ketika suhengnya diserbu binatang berbisa dan dapat menolong diri dengan obat penolak yang diberikan oleh Soan Cu.

Ketika Swat Hong yang marah menyaksikan ibunya dijatuhi hukuman buang melarikan diri dari Pulau Es, dara ini segera berlayar menggunakan sebuah perahu Pulau Es. Tujuannya memang hendak membuang diri ke Pulau Neraka menggantikan ibunya, dan terutama hal ini dilakukannya sebagai protes kepada ayahnya. Akan tetapi karena dia belum pernah pergi ke pulau tempat buangan itu, dan pula karena setelah jauh meninggalkan Pulau Es dia mulai merasa gelisah dan ngeri memikirkan keadaan Pulau Neraka yang kabarnya amat berbahaya itu, maka dia tersesat jalan, mendarat di pulau-pulau kosong sekitar Pulau Neraka. Akhirnya dia melihat dari jauh perahu Sin Liong meluncur di antara gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Dia merasa heran sekali melihat suhengnya dan merasa khawatir kalau-kalau suhengnya itu mengejarnya acas suruhan raja untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Maka diam-diam dia lalu mengikuti dari jauh sampai akhirnya dia melihat suhengnya meihat di Pulau Neraka. Dengan menggunakan kepandaiannya- hijau yang dia dapat dahulu dwi ayahnya. Di bagian tertentu di dasar laut dekat Pulau Es terdapat batu mustika hijau mi yang amat sukar didapat dan hanya beberapa orang penghuni Pulau Es saja yang ber-hasil mendapatkannya. Batu mustika hijau ini mengandung khasiat yang mujijat terhadap ular berbisa dan semua bina-tang berbisa, selalu ditakuti binatang-binatang itu, juga dapat dipergunakan untuk mengobati luka terkena gigitan binatang berbisa. Maka, dengan batu mustika di tangannya, dengan mudah Swat Hong dapat memasuki Pulau Ne-raka tanpa mendapat gangguan sedikit pun dari binatang berbisa yang hidup di pulau itu. Ketika Swat Hong tiba di te-ngah pulau, dia sempat melihat Sin Liong digiring masuk ke tempat tahanan, maka dia menanti sampai iarut malam dan menyelundup ke dalam tempat tahanan, dengan maksud menolong suhengnya, akan tetapi tanpa disengaja dia dapat mendengarkan percakapan antara suhengnya dengan Soan Cu. Inilah yang membuat hatinya menjadi panas sehingga ketika dia ketahuan para penjaga dan dikeroyok, dia menolak keras bantuan Sin Liong!

Tentu saja Sin Liong menjadi terheran-heran melihat sikap sumoinya dan memandang dengan alis berkerut dan hati khawatir. Sudah ada enam orang pengeroyok terguling roboh oleh gerakan kaki tangan Swat Hong yang marah itu, padahal dara itu belum mencabut pedangnya. Dapat dibayangkan betapa akan hebatnya kalau dara itu sudah menggunakan senjata!

"Sumoi, tahan...!" Dia meloncat maju.

"Singgg....! Mundur kau!"

Sin Liong terkejut melihat sumoinya mencabut pedang! Dan pada saat itu, terdengar bentakan keras, "Siapakah gadis cilik ini berani mengacau di sini? Ahhh, Kwa Sin Liong, engkau berarti lolos dari tempat tahanan?"

Yang datang adalah Ouw Kong Ek, ketua Pulau Neraka! Tentu saja ketua ini tidak mengenal Swat Hong, sebaliknya, dara itupun tidak mengenal kakek berkepala besar ini, maka dia memandang rendah dan membentak, "Siapa kau? Kalau sudah bosan hidup, majulah!" Dara itu dengan gerakan gagah melintangkan pedangnya di depan dada.

Sin Liong cepat melangkah maju. Dia tahu betapa lihainya kakek ini, maka untuk mencegah pertempuran, dia cepat berkata, "Tocu jangan salah sangka. Dia adalah sumoiku, dia adalah puteri suhu, Raja dari Pulau Es!"

Semua orang terkejut mendengar ini dan para pengunjung melangkah mundur dengan mara terbelalak. Betapapun juga, nama Raja Pulau Es masih merupakan nama ampuh dan selain dibenci, juga amat ditakuti oleh mereka. Tentu saja sebagai puteri Raja Pulau Es, dara itu merupakan musuh yang dibenci dan juga ditakuti. Pantas saja dara itu demikian lihai, pikir mereka. Hati mereka gentar. Tidak demikian dengan Ouw Kong Ek. Dia memandang Swat Hong dan tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, jadi dia inikah puteri Raja Pulau Es? Puteri Han Ti Ong? Bagus, hayo tangkap dia hidup-hidup!" perintahnya kepada para pembantunya yang segera melompat ke depan.

"Tahan dulu!" Sin Liong sudah mengangkat tangan kanannya ke atas. Semua orang, termasuk Ouw Kong Ek sendiri, memandang pemuda ini. Betapapun juga, mereka maklum bahwa pemuda ini lihai sekali, buktinya penyerbuan binatang-binatang berbisa untuk membunuhnya di dalam kamar tahanan telah gagal, bahkan binatang-binatang itu lari cerai-berai dan kini pemuda itu sudah lolos dari dalam penjara.

"Ouw-tocu, seperti sudah kuceritakan kepadamu, biarpun Sumoi adalah puteri Raja Han Ti Ong, akan tetapi ia menentang Ayahnya dan mewakili Ibunya dihukum ke Pulau Neraka. Dia tidak memusuhi Pulau Neraka...."

"Ha-ha-ha, apa pun yang kaukatakan, dia tetap adalah puteri Han Ti Ong, musuh besar kami. Mana kami dapat percaya kepada kalian, puteri dan murid Han Ti Ong? Tangkap mereka!"

"Nanti dulu, Tocu! Mengapa engkau melanggar janji? Aku sudah mengatakan bahwa kedatanganku ke pulau ini hanya untuk mencari Sumoi dan ternyata sekarang Sumoi telah tiba di sini, maka harap Tocu bersikap bijaksana dan membiarkan kami pergi dari tempat ini.

"Hai, Kakek berkepala besar yang tolol! Kau mudah saja dibohongi Suheng! Kami memang datang untuk membasmi iblis-iblis di Pulau Neraka. Nah, kau mau apa?"

"Sumoi!" Sin Liong membentak kaget dan cepat berkata kepada Ketua Pulau Neraka, "Tocu jangan dengarkan dia. Agaknya dia telah mengalami tekanan batin yang hebat sehingga mengluarkan kata-kata kacau balau tidak karuan."

Swat Hong mengangkat dada, menegakan kepalanya dan menghadapi Sin Liong dengan mata mendelik dan berkata lantang, "Apa? Kau mau bilang bahwa aku telah menjadi gila?"

"Sumoi, kalau kau bicara seperti membohong tidak karuan, memang agaknya kau telah gila?"

"Kau yang gila! Kau yang tidak waras dan berotak miring! Kalau aku membohongi iblis-iblis ini, apa hubungannya dengan kau?"

Sin Liong benar-benar menjadi bingung. Biasanya Swat Hong bersikap manis kepadanya dan biarpun dia tahu bahwa dara ini berhati keras, akan tetapi belum pernah bersikap sekeras itu kepadanya.

Tiba-tiba muncul Soan Cu yang berkata kepada kakeknya, suaranya nyaring sehingga terdengar oleh semua orang. "Kong-kong, apa yang dikatakan Sin Liong memang benar! Dia beriktikad baik terhadap kita, Kong-kong. Malam tadi aku datang kepadanya untuk mengejeknya, akan tetapi dia sebaliknya malah menunjukkan bahaya maut yang mengancam diriku."

Kakek itu terkejut. "Bahaya maut? Apa maksudmu?"

"Sin Liong ternyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali. Begitu melihat aku, dia mengatakan bahwa aku terserang hawa beracun dari sebelah dalam dan jika tidak diobati dengan tepat, dalam waktu kurang dari setahun aku tentu akan mati."

"Hahh...??" Kakek itu dan semua pembantunya terbelalak kaget memandang dara itu yang bersikap sungguh-sungguh.

"Dan dia memang benar. Dia mengatakan bahwa setiap tengah malam aku tentu merasa pening dan di bagian punggung seperti ditusuk-tusuk jarum, kalau pagi kedua kaki pegal-pegal dan sehabis makan tentu merasa mual hendak muntah. Semua yang dikatakannya itu ternyata tepat sekali, Kong-kong."

Berubah wajah kakek itu, Soan Cu adalah seorang yang amat disayangnya, bahkan disayang oleh pembantunya karena dara, inilah yang akan mewarisi seluruh ilmu kepandaiannya dan yang akan menggantikannya menjadi ketua Pulau Neraka. Tentu saja mendengar bahwa usia Soan Cu hanya tinggal setahun, dia terkejut bukan main dan cepat memandang kepada Sin Liong.

Sin Liong sendiri bengong dan terheran-heran. Akan tetapi ketika dia memandang Soan Cu ketika kakek itu membalik dan menghadapinya, dia melihat dara itu secara lucu telah mengejapkan mata kirinya, maka mengertilah dia bahwa dara itu kembali membohong! Membohong dengan cerdik bukan main dalam usahanya untuk menolongnya!

"Kwa Sin Liong, benarkah cucuku diancam hawa beracun? Benarkah??"

Melihat sikap Sin Liong meragu, agaknya sukar bagi pemuda itu untuk membohong maka Soan Cu cepat berkata lagi, "Kong-kong, dia mengatakan bahwa dia dapat memberi obatnya, akan tetapi dia hanya mau memberi obat kalau dia dan sumoinya dibebaskan dari sini. Terserah kepada Kong-kong berat aku ataukah berat mereka itu."

Swat Hong sudah hampir membuka mulutnya memaki dara itu yang dia tahu telah membohong. Dia sendiri mendengar percakapan mereka dan dara itu sama sekali tidak sakit, bahkan telah memberi obat penolak binatang beracun kepada Sin Liong, dan menyatakan betapa dara tak tahu malu itu amat suka dan kagum kepada Sin Liong, maka datang menolongnya. Sekarang dara itu mengatakan hal yang bukan-bukan! Akan tetapi, ketika mendengar ucapan terakhir dari Soan Cu, tahulah dia bahwa dara itu kini membohong untuk menolong Sin Liong dan dia terbebas dari Pulau Neraka! Kenyataan ini membuat dia bungkam kembali. Betapa baiknya dara itu dan betapa akan buruknya dia kalau dia membongkar rahasia gadis itu. Tentu Sin Liong akan makin kagum kepada Soan Cu dan makin benci kepadanya. Pikiran inilah yang membuat dia membungkam dan tidak melanjutkan niatnya untuk membantah Soan Cu.

Hati kakek itu makin bingung. Lenyaplah semua nafsunya untuk menawan Sin Liong dan Swat Hong. Dia memandang Sin Liong dan bertanya, "Orang muda, benarkah engkau dapat menyelamatkan Cucuku?"

Kini Sin Liong yang menjadi bingung. Pemuda ini sama sekali tidak pernah membohong dan hatinya tidak akan dapat membohong, namun dia tahu bahwa kalau dia menyangkai kata-kata Soan Cu, sama saja dengan mencelakakan gadis yang berniat baik kepadanya itu. Maka dia lalu menjawab dengan suara ragu-ragu dan perlahan, "Aku dapat memberi obat pembersih darah dan penguat tulang kepadanya, Tocu."

"Dan kau menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh dan terhindar dari ancaman maut hawa beracun di tubuhnya itu?" Kakek itu mendesak.

"Kong-kong mengapa tidak percaya kepadanya? Lekas mints obatnya dan engkau yang harus menjamin bahwa dia dan Sumoinya tidak akan diganggu," kata Soan Cu.

Kakek berkepala besar itu meraba-raba jenggotnya. "Hemmm, harus ada buktinya dulu. Kwa Sin Liong, mulai saat ini engkau dan Sumoimu puteri Han Ti Ong ini harus tinggal di pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil pengobatanmu kepada cucuku. Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm, aku tidak akan mengampuni kalian berdua. Kalau cucuku sembuh, barulah kita bicara lagi."

Sin Liong mengerutkan alisnya hendak membantah peraturan yang berat sebelah ini, akan tetapi dia melihat Soan Cu mengedipkan mata kiri nya maka dia menarik napas panjang dan mengangguk lalu berkata, "Harap sediakan alat tulis, biar kulukiskan bentuk daun yang harus dicari."

Sin Liong lalu melukiskan beberapa macam daun yang mudah dicari dan yang mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekedar penambah kekuatan tubuh. Ouw Kong Ek lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mencarikan daun-daun yang dilukis itu di pulau sebelah Pulau Neraka di mana terdapat banyak tetumbuhan. Adapun Sin Liong dan Swat Hong lalu diperlakukan sebagai tamu terhormat, bahkan disediakan dua kamar yang bersih untuk mereka, dilayani baik-baik dan tentu saja di samping pelayanan ini, para pelayan yang terdiri dari pembantu-pembantu ketua, bertugas pula sebagai penjaga!

"Kuperingatkan kepada kalian agar menanti sampai Cucuku sembuh. Lari pun tidak akan ada gunanya bagi kalian karena perahu-perahu kalian telah Kami simpan dan di sekeliling Pulau Neraka tidak akan ada perahu sebuah pun. Tanpa perahu, bagaimana kalian akan dapat meninggalkan pulau ini?" Demikian pesan Ouw Kong Ek sebelum dia meninggalkan dua orang itu sehingga Swat Hong menjadi mendongkol sekali dan hampir saja dia memaki-maki ketua itu kalau tidak ditahan oleh Sin Liong yang memegang lengannya.

Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di dalam pondok di mana mereka untuk sementara tinggal, Sin Liong menegur sumoinya, "Sumoi, mengapa kau bersikap seperti itu?"

"Suheng, aku tidak nyana sama sekali akan menyaksikan engkau yang terkenal alim kini bermain gila dengan gadis puteri ketua Pulau Neraka. Huhhl"

Sin Liong mengerutkan alisnya dan memandang tajam kepada sumoinya, hatinya bertanya mengapa sumoinya memperhatikan soal begitu, padahal sama sekali tidak ada sangkut paut dengan sumoinya. "Sumoi, engkau tahu betul bahwa Nona Ouw Soan Cu melakukan hal itu demi menolong kita. Siapakah yang main-main dengan dia?"

"Hemm, apa kaukira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan sengaja mendatangi kamar tahananmu untuk merayumu?"

"Sumoi! Jadi sudah selam ini kau berada di sini? Dan kau diam saja? Sumoi, mengapa kau menyangka yang bukan-bukan? Kalau kau sudah tahu akan kunjungannya itu, tentu kau tahu juga bahwa dia datang untuk memberi obat penolak binatang-binatang berbisa. Sumoi, kita semestinya berterima kasih kepadanya, dia bermaksud baik bahkan tidak segan-segan membohong kepada Kong-kongnya demi keselamatan kita."

"Ya, ya, memang dia baik sekali dan cantik sekali. Siapa yang tidak tahu?"

"Sumoi..., harap jangan marah. Dia adalah seorang gadis yang bernasib buruk sekali, Ibunya meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya pergi entah ke mana dan sampai kini belum kembali..."

"Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang patut dikasihani, tidak seperti aku..." dan Swat Hong lalu menelungkupkan muka di atas meja dan menangis!

Sin Liong terkejut, beberapa kali hendak memegang lengan sumoinya akan tetapi ditahannya tangannya.

"Aihh... Sumoi, engkau pun bernasib buruk, dan aku merasa kasihan sekali kepadamu. Karena aku merasa kasihan aku menyusulmu. Sumoi, diamlah jangan menangis. Apakah Sumoi telah bertemu dengan Ibumu?"

Swat Hong seketika berhenti menangis, mengangkat mukanya yang basah air mata dan memandang kepada Sin Liong. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu mengeluarkan saputangannya dan menghapus air mata yang membasahi muka gadis itu.

"Suheng... apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan dia? Bukankah Ibu berada di Pulau Es dan aku sudah mewakilinya?" Mendengar tentang ibunya, seketika lupalah Swat Hong akan kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri.

"Ibumu juga telah pergi meninggalkan Pulau Es..." dengan singkat Sin Liong lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari pergi dari Pulau Es, betapa ibunya juga pergi, tidak disuruh tinggal di Pulau Es setelah puterinya membuang diri ke Pulau Neraka.

"Aku tadinya mengharapkan engkau dapat bertemu dengan ibumu maka aku tidak melihatmu di sini, Sumoi. Jadi engkau belum bertemu dengan ibumu?"

Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala, kelihatan muram wajahnnya mendengar akan kepergian ibunya.

"Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Sin Liong termenung dan diam-diam dia pun merasa prihatin sekali akan nasih wanita itu.

Tiba-tiba Swat Hong berdiri dan mengepal tinju, mukanya agak pucat ketika dia berkata, "Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus mencari Ibu sampai ketemu, dan aku tidak akan kembali ke Pulau Es! Aku tidak akan sudi menggantikan ibu di Pulau Neraka ini pula. Bukankah Ibu sudah meninggalkan Pulau Es sehingga percuma saja aku mewakilinya?"

"Nanti dulu, Sumoi, kau tidak bisa pergi begitu saja. Tentu mereka akan menghalangimu!"

"Aku tidak takut! Yang menghalangiku akan kubunuh!"

"Sabarlah, Sumoi. Perlu apa kita mencari permusuhan dengan mereka yang berjumlah banyak? Bukan soal takut atau tidak takut, akan tetapi mereka adalah manusia-manusia yang bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di tempat seperti neraka ini. Bahkan mereka boleh dibilang senasib dengan Ibumu dan denganmu sendiri. Selain itu ke manakah kita harus mencari Ibumu? Kalau kita berbaik dengan mereka, bukankah kemudian mereka dapat membantu kita mencari? Dengan tenaga banyak orang kukira akan lebih mudah mencari Ibumu yang tidak jelas ke mana perginya itu."

Swat Hong dapat dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil mengerutkan alisnya dengan wajah muram. Betapapun juga, setelah dia sadar bahwa cemburunya terhadap suhengnya dan Soan Cu tidak berdasar, kini terasalah olehnya betapa hatinya sesungguhnya merasa lega dan senang karena dapat bertemu dan berkumpul dengan suhengnya, apalagi di tempat yang berbahaya ini.

Beberapa hari telah lewat dan Soan Cu setiap hari minum "obat" yang terbuat dari daun-daun seperti yang dilukiskan oleh Sin Liong. Setiap hari kakeknya bertanya dan dia menjawab bahwa penyakit yang dideritanya, rasa nyeri seperti yang dinyatakan Sin Liong itu berangsur-angsur sembuh! Girang bukan main hati kakek itu, akan tetapi hati Swat Hong yang mendongkol melihat betapa Soan Cu seolah-olah mengulur waktu "penyembuhannya"!

Pada hari ke tujuh, Ouw Kong Ek dan Soan Cu mendatangi pondok tempat tinggal Sin Liong dan Swat Hong, Dua orang muda dari Pulau Es ini memang sudah menunggu di depan pondok dengan hati tidak sabar, menanti berita kesembuhan total dari Soan Cu. Maka mereka menyambut ketua Pulau Neraka dan cucunya itu dengan penuh harapan, melihat betapa wajah kedua orang pendatang itu berseri. Setelah tiba di depan mereka, Soan Cu segera berkata, "Sin Liong, Kakek merasa berterima kasih sekali kepadamu dan menyetujui kau melanjutkan pengobatan dengan menggunakan sin-kang!"

"Apa...?" Akan tetapi kata-kata Sin Liong yang bingung dan tidak mengerti itu segera diputus oleh Soan Cu, "Bukankah dulu kaukatakan bahwa setelah beberapa hari minum obat penawar racun, kau akan melenyapkan same sekali hawa beracun itu dengan menggunakan sinkang menyedot keluar hawa itu dari punggungku?"

Ouw Kong Ek tertawa. "Orang muda she Kwa. Kalau bukan engkau yang sudah kupercaya penuh, tentu aku tidak mengijinkan cara pengobatan ini. Akan tetapi aku sudah percaya kepadamu, maka silakan. Mudah-mudahan saja dalam waktu singkat cucuku akan sembuh sama sekali." Setelah berkata demikian, kakek itu membungkuk ke arah Sin Liong dan Swat Hong, lalu meninggalkan cucunya.

"Soan Cu, apa maksudmu?" Sin Liong segera berbisik menegur.

"Huh, tentu ingin berduaan dengan mu di dalam kamar apa lagi?" Swat hong mengejek.

"Husshhh, harap kalian jangan rebut-ribut," bisik Soan Cu. "Mari kita masuk ke kamar dan bicara." Dia menggandeng tangan Sin Liong dan diajaknya masuk. Melihat Swat Hong cemberut, Sin Liong berkata,

"Sumoi, marilah."

"Aku tidak sudi mengganggu kalian!"

"Aih Enci Hong, mengapa begitu? Yang hendak kubicarakan adalah kepentingan kalian berdua. Marilah." Soan Cu berkata dan agaknya memang dara Pulau Neraka ini tidak pernah mengerti apa yang diejekkan oleh Swat Hong. Agak nya cara hidup di Pulau Neraka membuat dia kurang mengerti akan tata susila sehingga tak pernah merasa melanggar sesuatu biarpun dia memasuki kamar berdua dengan seorang pemuda.

Sambil bersungut-sungut menyembunyikan rasa malunya bahwa dia telah menduga yang bukan-bukan, Swat Hong ikut masuk. "Aku memang berpura-pura, mengulur panjang waktu penyembuhan. Semua ini karena aku mendengar bahwa Kong-kong dan para pembantunya tidak membebaskan kalian setelah aku sembuh."

"Keparat! Kong-kongmu memang bukan manusia baik-baik! Pantas menjadi ketua di Pulau Neraka! Aku akan menemuinya!"

"Hushhh, Sumoi. Bersabarlar, dan mari kita dengarkan kata-kata Soan Cu."

Dengan muka muram Swat Hong duduk lagi dan memandang wajah Soan Cu. Wajah yang manis sekali, pikirnya, mania dan polos. Pantaslah kalau andaikata Sin Liong jatuh cinta kepada gadis ini, pikirnya lagi dan hatinya merasa berdebar penuh kekhawatir.

"Kong-kong telah berjaga-jaga dan mempersilakan anak buahnya, menjaga kalau-kalau kalian melarikan diri. Berbahaya sekali."

"Habis bagaimana baiknya, Soan Cu?"

"Ada jalan," kata dara yang lincah dan cerdik itu. "Menurut pendengaranku ketika kong-kong merundingkan di kamar rahasia bersama para pembantunya yang paling dipercaya, kong-kong tidak berniat buruk terhadap kalian. Setelah kau dapat menyembuhkan aku, maka kong-kong membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Dia hendak menahanmu agar kau dapat mengobati setiap penghuni yang terserang penyakit. Adapun Enci Hong ditahan di sini sebagai sandera, untuk menahan kekuasaan Pulau Es."

"Keparat...!"

"Jangan marah, Enci Hong. Kurasa kita harus menghadapi kong-kong yang berwatak kasar dengan sikap dan akal halus. Kalau aku sudah sembuh, yaitu kalau kunyatakan bahwa aku sudah sembuh sama sekali, sedikit banyak kong-kong tentu akan berterima kasih. Kemudian Liong-ko... heh, Sin Liong mengajarkan Kong-kong mengenal daun obat-obatan dengan janji akan membebaskan kalian. Kurasa kong-kong akan mau menerimanya karena sebenarnya yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang ilmu pengobatan itu. Dengan demikian, kalau kalian meninggalkan pulau ini, kalian akan dianggap sebagai sahabat dan penolong. Bagaimana?"

"Kurasa baik juga akal ini," kata Sin Liong.

"Hemm, terserahlah. Akan tetapi jangan ada akal bulus di balik semua ini!" Swat Hong mengancam.

Soan Cu menarik napas panjang. "Enci Hong, harap jangan mencurigai aku. Aku sudah menyesal sekali menjadi seorang yang terlahir di tempat ini, dan aku ingin melanjutkan cita-cita Ayah bundaku yang kabarnya dahulu juga selalu berusaha agar penghuni Pulau Neraka tidak menjadi orang-orang liar yang tidak mengenal perikemanusiaan." Setelah berkata demikian, Soan Cu pergi meninggalkan pondok itu dengan muka tunduk.

"Seorang anak yang baik...." Sin. Liong memuji sambil memandang tubuh dara itu yang melangkah pergi meninggalkan pondok.

"Maksudmu, seorang dara yang cantik dan berbudi!"

Tanpa menoleh Sin Liong mengangguk. "Memang, dia cantik dan berbudi."

"Huh! Sudah kusangka demikian!"

Sin Liong menoleh kaget dan memandang wajah sumoinya. "Sumoi, apa maksudmu?"

Swat Hong membuang muka. "Hemm, tidak apa-apa. Begitulah!" Lalu dia lari memasuki kamarnya, membanting daun pintu keras-keras.

Sin Liong menggeleng kepalanya, makin, tidak mengerti dia akan sikap wanita pada umumnya dan saat itu, sikap Swat Hong khususnya, juga sikap Soan Cu yang amat aneh kalau diingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau Neraka yang berwatak aneh dan kejam.

***

Semua terjadi seperti direncanakan oleh Soan Cu. Setelah dara itu mengaku sembuh sama sekali dan Sin Liong bersama Swat Hong menghadap ketua untuk minta pembebasan, Ouw Kong Ek menggeleng kepalanya dan berkata, "Kwa Sin Lion, Kami berterima kasih sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, dan untuk jasamu itu, kami tidak akan mengganggu kalian, bahkan menganggap kalian sebagai orang-orang berjasa. Akan tetapi, terpaksa kami tidak dapat membebaskan kalian karena kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Maka, harap kalian suka mengerti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah di sini dan menjadi orang-orang terhormat menjadi pembantuku yang paling baik."

"Tocu, aku mengerti akan kebutuhan Tocu dan para penghuni Pulau Neraka. Akan tetapi sungguh tidak adil kalau menyuruh kami tinggal di sini selamanya, apa lagi amat tidak adil bagi Sumoi. Betapapun juga, karena aku mengerti akan kebutuhan kalian semua, biarlah sekarang diatur begini saja. Aku akan sementara waktu tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan kepada Tocu, akan tetapi kuminta agar Sumoi sekarang juga dibebaskan, diberi sebuah perahu agar Sumoi dapat pergi lebih dulu meninggalkan Pulau Neraka. Adapun aku sendiri, kalau Tocu sudah mengenal semua daun dan bahan pengobatan, baru aku akan pergi dari sini. Bagaimana?"
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0378 seconds (0.1#10.140)