Louis Vuitton Dituduh Rampas Budaya Keffiyeh Palestina
Minggu, 06 Juni 2021 - 08:38 WIB
JAKARTA - Rumah mode Louis Vuitton menghadapi tuduhan perampasan budaya atas syal senilai USD705 atau Rp10 juta. Syal ini terinspirasi oleh keffiyeh Palestina dan dijual oleh label asal Prancis tersebut.
Di situs web Louis Vuitton terpampang Monogram Keffiyeh Stole. Syal itu digambarkan sebagai aksesori yang terinspirasi oleh keffiyeh klasik dan diperkaya dengan signature label.
“Teknik menenun jacquard digunakan untuk membuat pola monogram yang rumit di atas bahan campuran katun, wol, dan sutra. Lembut dan ringan dengan pinggiran berjumbai, aksesori ini menciptakan suasana santai,” demikian deskripsi atas produk tersebut di website Louis Vuitton.
Namun, banyak pihak yang sejak itu menuduh Louis Vuitton ‘menguntungkan orang-orang yang tertindas’ dan gagal mengakui pentingnya keffiyeh sebagai simbol nasionalisme Palestina.
“Sangat tidak sopan menjual simbol budaya Palestina. Keffiyeh dengan harga USD705 yang menggelikan, tanpa mengakui bahwa itu milik budaya Palestina. Setidaknya akui rakyat Palestina dan perjuangan mereka,” tulis seseorang di Twitter, seperti dikutip Minggu (6/6).
Orang lain menulis, “Louis Vuitton mengatakan mereka netral secara politik namun mendapatkan keuntungan dari penjualan syal yang terinspirasi dari keffiyeh seharga USD705 yang biasanya dikenakan oleh orang Arab dan simbol nasionalisme Palestina. Dan warnanya, apakah itu semacam komentar politik pasif?”
Arti potensial di balik warna biru dan putih syal adalah salah satu yang diangkat oleh banyak kritikus. Banyak yang mempertanyakan apakah label fashion tersebut sengaja memilih warna bendera Israel untuk aksesori.
Kritik itu juga dibagikan oleh akun Instagram pengawas DietPrada, yang mengunggah serangkaian foto yang membandingkan syal Louis Vuitton dengan keffiyeh tradisional. “Jadi sikap LVMH terhadap politik adalah 'netral', tetapi mereka masih membuat logo USD705 keffiyeh terpampang, yaitu hiasan kepala tradisional Arab yang menjadi simbol nasionalisme Palestina. Hmm...,” tulis DietPrada.
Di situs web Louis Vuitton terpampang Monogram Keffiyeh Stole. Syal itu digambarkan sebagai aksesori yang terinspirasi oleh keffiyeh klasik dan diperkaya dengan signature label.
“Teknik menenun jacquard digunakan untuk membuat pola monogram yang rumit di atas bahan campuran katun, wol, dan sutra. Lembut dan ringan dengan pinggiran berjumbai, aksesori ini menciptakan suasana santai,” demikian deskripsi atas produk tersebut di website Louis Vuitton.
Namun, banyak pihak yang sejak itu menuduh Louis Vuitton ‘menguntungkan orang-orang yang tertindas’ dan gagal mengakui pentingnya keffiyeh sebagai simbol nasionalisme Palestina.
“Sangat tidak sopan menjual simbol budaya Palestina. Keffiyeh dengan harga USD705 yang menggelikan, tanpa mengakui bahwa itu milik budaya Palestina. Setidaknya akui rakyat Palestina dan perjuangan mereka,” tulis seseorang di Twitter, seperti dikutip Minggu (6/6).
Orang lain menulis, “Louis Vuitton mengatakan mereka netral secara politik namun mendapatkan keuntungan dari penjualan syal yang terinspirasi dari keffiyeh seharga USD705 yang biasanya dikenakan oleh orang Arab dan simbol nasionalisme Palestina. Dan warnanya, apakah itu semacam komentar politik pasif?”
Arti potensial di balik warna biru dan putih syal adalah salah satu yang diangkat oleh banyak kritikus. Banyak yang mempertanyakan apakah label fashion tersebut sengaja memilih warna bendera Israel untuk aksesori.
Kritik itu juga dibagikan oleh akun Instagram pengawas DietPrada, yang mengunggah serangkaian foto yang membandingkan syal Louis Vuitton dengan keffiyeh tradisional. “Jadi sikap LVMH terhadap politik adalah 'netral', tetapi mereka masih membuat logo USD705 keffiyeh terpampang, yaitu hiasan kepala tradisional Arab yang menjadi simbol nasionalisme Palestina. Hmm...,” tulis DietPrada.
Lihat Juga :
tulis komentar anda