Waspadai Toxic Relationship, Bisa Terjadi pada Hubungan Percintaan hingga Politik

Kamis, 02 November 2023 - 19:09 WIB
Biasanya seseorang yang manipulatif akan mengendalikan pikiran dan perilaku seseorang untuk mendapatkan keuntungannya. Hal ini juga kerap terjadi di dinasti perpolitikan untuk menumbangkan lawan.

Orang yang memiliki sifat manipulatif ini akan menyerang bagian mental dan sisi emosional orang lain, dan akan membuat orang lain tersebut merasa bersalah hingga akan meragukan dirinya.

Manipulatif dalam hubungan biasanya ditandai dengan seringnya memutar balikan fakta, tindakan, keinginan dan mengungkit kesalahan yang telah lalu, hal ini dilakukan agar membuat korbannya jadi merasa bersalah.

Dr. Lillian Glass, ahli psikologi dan komunikasi yang berbasis di California mengatakan bahwa toxic relationship secara konsisten tidak menyenangkan dan menguras tenaga orang yang terjebak di dalamnya.

Toxic relationship bisa saja mengikat sehingga korban yang terjebak di dalamnya tidak menyadari bahwa mereka terjebak. Hubungan ini manipulatif, egosentris, penuh kebohongan dan melelahkan.

Dalam toxic relationship pelakunya biasanya dikenal sebagai toxic person. Tipikal toxic person adalah mereka yang membawa energi negatif kepada korbannya baik secara pikiran maupun mental.

Biasanya toxic person menghadapi trauma dan stresnya sendiri untuk itu mereka tidak menampilkan versi terbaiknya dan sering membuat kesal orang lain.

Kata ‘toxic person’ digunakan untuk menggambarkan seseorang yang secara halus atau lahiriah sebagai manipulatif, egois, terlalu membutuhkan, atau suka mengendalikan.

Toksisitas yang ada pada seseorang bukan berarti termasuk gangguan mental. Tetapi mungkin ada masalah mental mendasar yang menyebabkan seseorang bertindak dengan cara yang toxic, termasuk gangguan kepribadian.



Jenis-jenis toxic person pun beragam mulai dari mereka yang gemar manipulatif, tukang gosip, suka menghakimi, temperamental, the dementor, dan the positivity.

“Lantas mengapa orang dengan tipe the positivity ini masuk ke dalam jenis toxic person? Karena bagi saya kepositifan yang terus-menerus diucapkan bahkan dilakukan akan membuat ilusi seolah-olah orang lain atau diri sendiri sudah mencapai titik ‘sempurna’ sehingga tidak perlu usaha untuk meningkatkan kapasitas dirinya sendiri,” tutur Lilian, dilansir dari laman resmi Pemerintah Provinsi Bantul.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More