Alam Ganjar Belajar Bahasa Isyarat: Tingkatkan Fasilitas dan Infrastruktur Ramah Disabilitas

Minggu, 04 Februari 2024 - 15:51 WIB
loading...
Alam Ganjar Belajar Bahasa Isyarat: Tingkatkan Fasilitas dan Infrastruktur Ramah Disabilitas
Alam Ganjar bersama pengikut media sosialnya menghadiri kegiatan Teman Tuli untuk belajar Bahasa Isyarat. Foto/ mpi.
A A A
JAKARTA - Muhammad Zinedine Alam Ganjar bersama pengikut media sosialnya menghadiri kegiatan yang dilakukan oleh Teman Tuli untuk belajar Bahasa Isyarat Indonesia atau Bisindo di salah satu kedai kopi kawasan Barito, Jakarta Selatan, Jakarta, Sabtu (3/2/2024).

"Senang sekali bisa belajar sama teman penyandang disabilitas tuna rungu, bahasa isyarat bisindo. Sangat menyenangkan dan harapannya bisa menjadi salah satu contoh bagaimana kita bisa meningkatkan kesadaran terkait teman disabilitas dan ini nggak cuman sekali aja tapi bisa kita terus lakukan," ujar Alam.



Alam mengungkapkan keinginannya agar ke depan akan ada fasilitas yang memadai guna meningkatkan aksesibilitas dari teman disabilitas yang kemudian bisa menunjang aktifitas dan keberlangsungan hidup dari teman disabilitas.

"Ke depan harus ada tindakan afirmatif dari segenap pihak terutama dalam meningkatkan fasilitas dan infrastruktur yang ramah disabilitas karena kita semua punya hak dan kesempatan hidup yang sama di lingkungan sekitar," jelas Alam.

Selain itu, Alam mengapresiasi dengan keberadaan kedai kopi tersebut yang dinilainya sebagai suatu model bisnis yang mampu mewadahi penyandang disabilitas tuna rungu yang mampu menyerap tenaga kerja.

Lanjutnya, ini sebagai contoh ide bisnis yang mampu di aplikasikan dan diperbanyak berkolaborasi dengan berbagai pihak.

"Keren banget ada ide bisnis dengan konsep sociopreneur ini, banyak terbantu terutama penyediaan lapangan pekerjaan. Tentu ini menjadi sebuah magnet pertama bagaimana kita bisa tertarik untuk turut serta berpartisipasi dan berkolaborasi dengan semua kalangan yang ada di Indonesia," tutur Alam.

Kedai kopi itu memang dirancang ramah disabilitas. Semua staf yang bekerja di sana bahkan merupakan disabilitas.



Meski begitu, pengunjung tidak akan mengalami kesulitan bila akan memesan makanan atau minuman. Melalui interaksi dengan barista, kasir, dan pelayan yang disabilitas pengunjung diharap terbuka matanya bahwa kelompok disabilitas juga bisa berkarya dan mandiri.

Saat ini, kedai kopi tersebut sudah mempunyai tiga cabang. Ke depannya, pengelola berharap dapat membangun di kota-kota lain, khususnya di luar Jabodetabek.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1922 seconds (0.1#10.140)