Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 16 Bagian 2

Selasa, 28 Maret 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo : Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo : Bukek Siansu

Pat-jiu Mo-kai mengangguk-angguk. "Hati-hatilah, Tan-sicu." Mereka berdua lalu memasang kuda-kuda di sebelah kanan kiri The Kwat Lin. Pat-jiu Mo-kai memegang tongkat butut dengan tangan kanan seperti memegeng sebatang pedang, tongkat itu menuding ke depan dari dadanya, lurus ke depan, sedangkan tangan kirinya menjaga di depan pusar, kedua kaki ditekuk sedikit, agak merapat di depan dan belakang. Tan Goan Kok memegang toyanya dengan kedua tangan, kuda-kudanya kuat sekali, kokoh seperti batu karang dan toya di kedua tangannya itu sedikit pun tidak bergoyang.

Melihat dua orang itu sadah memasang kuda-kuda, The Kwat Lin lalu mencabut pedangnya, yaitu Ang-bwe-kiam dan melangkah maju sambil berkata, "Nah silakan kalian mulai!"

"Kami adalah tamu-tamu dan kami maju berdua, tidak pantas kalau kami mulai, silakan Toania mulai," kata Pat-jiu Mo-kai yang tidak mau membuka serangan karena dia ingin lawan maju menyerang lebih dulu agar dia atau temannya dapat mengacaukan pertahanan lawan dengan serangan mendadak.

The Kwat Lin tersenyum, maklum akan siasat kakek jembel itu. "Nan, sambutlah!" teriaknya dan Pat-jiu Mo-kai kecele kalau hendak melanjutkan siasatnya karena tiba-tiba pedang itu lenyap bentuknya, berubah menjadi sinar yang menyambar ke arah mereka seperti kilat cepatnya sehingga sekali bergerak, pedang itu telah menyerang mereka berdua dalam waktu yang hampir bersamaan! Tentu saja mereka terkejut sekali dan cepat menggerakkan tongkat dan toya untuk menangkis.

"Trang...! Cringgg...!!"

Pat-jiu Moi-kai dan Tan Goan Kok terhuyung ke belakang. Tenaga yang keluar dari Ang-bwe-kiam sungguh dahsyat, membuat telapak tangan mereka terasa panas dan hampir saja senjata mereka terlepas. Terkejutlah kedua orang itu dan The Kwat Lin diam-diam mentertawakan mereka karena dia memang hendak mengukur lebih dulu kekuatan lawan.

Karena merasa penasaran, kini kedua orang itu maju dari kanan kiri dan mulailah mereka menyerang dengan ganas. Kwat Lin sudah dapat mengetahui bahwa di antara kedua orang pengeroyoknya, tongkat kakek jembel itulah yang lebih lihai maka dia selalu mendahulukan tangkisannya terhadap tongkat itu, baru dia menangkis toya yang menyambar. Dia tahu bahwa kakek Tan Goan Kok yang kasar itu hanya mengandalkan tenaga gwakang yang besar, namun makin besar tenaga kasar lawan, makin mudah dia menghadapinya karena

sedikit getaran pedang yang dilakukan dengan pengerahan sinkang cukup membuat telapak tangan Tan Goan Kok terpukul sendiri oleh tenaganya.

Lewat sepuluh jurus, setelah dia yakin akan ukuran tenaga kedua orang lawannya, tiba-tiba The Kwat Lin menyarungkan kembali pedangnya dan menghadapi kedua lawan itu dengan tangan kosong. Tentu saja dua orang lawannya cepat menahan senjata dan Pat-jiu Mo-kai berseru, "Heiii, The-toanio. Kami belum kalah mengapa engkau mengakhiri pertandingan?"

"Siapa mengakhiri? Lanjutkanlah serangan kalian, aku menyimpan pedang karena takut rusak."

"Huhhh, dengan tangan kosong pun Ibu akan mudah mengalahkan kalian!"

Mendengar teriakan bocah itu, dua orang kakek itu lalu maju lagi dan menggerakkan senjata mereka untuk menyerang. Tongkat Pat-jiu Mo-kai melayang dari atas menghantam kepala, sedangkan toya Tan Goan Kok menyambar dari samping menghantam lambung! Mereka terkejut setengah mati melihat lawan itu sama sekali tidak mengelak, hanya miringkan sedikit tubuhnya dan meloncat sedikit.

"Bukkk! Bukkk!!" Tongkat itu dengan kerasnya menghantam leher dan toya itu menghantam pangkal paha, akan tetapi tiba-tiba dua orang kakek itu roboh terguling dalam keadaan lemas tertotok!

"Horeee...!!" Han Bu Ong bersorak melihat betapa dalam segebrakan saja setelah ibunya menyimpan pedang, dua orang pengeroyok itu dapat dirobohkan. Sementara itu, The Kwat Lin cepat membebaskan totokannya dan dua orang kakek itu dapat bangkit sambil memungut senjata mereka dan memandang dengan mata terbelalak kagum kepada wanita itu. Hampir mereka tidak dapat percaya bahwa mereka dapat dirobohkan hanya dalam segebrakar saja, namun kenyataannya memang demikian dan mengingat akan siasat lawan ini, mereka bergidik dan kagum sekali. Ternyata ketika tadi dia mengunakan pedang.(Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0630 seconds (0.1#10.140)