Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 17 Bagian 1
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
DELAPAN belas orang itu saling pandang, kemudian memandang Ouw Sian Kok dengan mata terbelalak heran. Bagaimana mereka tidak akan merasa heran mendengar kata-kata Ouw Sian Kok yang menunjukkan bahwa dua orang perkasa ini sama sekali tidak mengenal keadaan sehingga tidak tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan pemberontak An Lu Shan?
Melihat kehebatan ilmu silat mereka, Song Kiat dan para sutenya menduga bahwa tentu kedua orang ini adalah pertapa-pertapa sakti yang baru saja turun gunung sehingga sama sekali tidak mengerti akan keadaan dunia. Timbul keinginan mereka untuk mengajak dua orang sakti ini membantu perjuangan mereka, selain mengangkat kembali nama Bu-tong-pai yang telah dirusak oleh The Kwat Lin, juga berbakti kepada negara menentang pemberontakan.
"Agaknya Ji-wi tidak tahu akan keadaan di kota raja," Song Kiat berkata. "Kami adalah murid-murid Bu-tong-pai yang membantu pemerintah untuk menghadapi para pemberontak. Pasukan tadi adalah pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Jenderal An Lu Shan. Kami bertugas menyelidiki kedudukan An Lu Shan yang kabarnya kini berpusat di Telaga Utara, akan tetapi baru tiba di sini Kami telah dikeroyok oleh pasukan itu. Melihat kesaktian Ji-wi, demi keselamatan negara dan bangsa, kami mohon sudilah kiranya Ji-wi membantu usaha penyelidikan kami itu."
Ouw Sian Kok mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala. "Kami berdua tidak ingin terlibat ke dalam permusuhan dan kami sama sekaii tidak mengerti dan tidak mengenal siapa itu An Lu Shan dan pemberontakannya. Kalau tadi kami turun tangan membantu adalah karena kami tidak senang melihat jumlah kecil dikeroyok oleh jumlah banyak. Selain itu, kami pun mempunyai sedikit keperluan untuk bertanya kepada Cuwi."
Kecewa rasa hati Song Kiat mendengar bahwa dua orang sakti itu tidak mau mencampuri urusan pemerintahan, akan tetapi karena mereka berdua sudah menyelamatkan mereka semua dari bahaya maut, dia menyembunyikan kekecewaannya itu dan menjawab dengan ramah, "Silakan Taihiap kalau hendak bertanya sesuatu tentu kami akan usaha memberi keterangan sejelasnya dan sedapatnya."
"Kami hanya ingin menanyakan kalau-kalau Cuwi pernah bertemu dengan seorang pemuda dan seorang pemudi yang bernama Han Swat Hong. Kami berdua sedang mencari mereka itu dan kami akan merasa berterima kasih sekali andaikata di antara Cuwi ada yang pernah melihat mereka itu."
Delapan belas orang pendekar itu saling pandang dan masing-masing mengangkat pundaknya. Tak seorang pun di antara mereka pernah mendengar dua nama yang ditanyakan itu.
"Maaf, Taihiap. Agaknya di antara kami tidak ada yang pernah mendengar nama itu, akan tetapi nama-nama itu telah kami catat dalam hati dan kami akan mencarinya. Hanya kalau sudah kami dapat, ke manakah kami harus melapor kepada Ji-wi?"
Liu Bwe menarik napas panjang. "Sudahlah, kalau tidak mengenal sudah saja. Akan tetapi kalian adalah orang-orang Bu-tong-pai, apakah kalian mengenal seorang tokoh Bu-tong-pai yang bernama The Kwat Lin?"
Seketika wajah delapan belas orang itu berubah mendengar ini. Mereka terkejut bukan main karena tidak menyangka-nyangka bahwa wanita perkasa itu akan menyebut nama iblis betina yang menjadi musuh besar Bu-tong-pai itu! Timbul kekhawatiran di hati mereka. Dua orang ini memiliki kesaktian yang luar biasa, sama dengan The Kwat Lin dan wanita ini mengenal The Kwat Lin, tentulah segolongan dengan The Kwat Lint Akan tetapi, Song Kiat memiliki pendapat lain. Dua orang ini terang sekali berbeda dengan The Kwat Lin dan mereka berdua telah membuktikan kegagahan mereka dengan membantu yang lemah tertindas, biarpun belum mengenal.
Maka dengan berani, berbeda dengan sute-sutenya yang berpendapat untuk tidak mengaku kenal The Kwat Lin, Song Kiat melangkah maju, menjura kepada Liu Bwee sambil bertanya, "Sebelum saya menjawab, botehkah saya bertanya apakah Lihiap sahabat dari wanita bernama The Kwat Lin itu?"
Liu Bwee membelalakkan matanya dan sinar matanya berapi-api. "Sahabat? Apa kau gila? Kalau bertemu, aku akan membunuh iblis betina itu!" (Bersambung)
DELAPAN belas orang itu saling pandang, kemudian memandang Ouw Sian Kok dengan mata terbelalak heran. Bagaimana mereka tidak akan merasa heran mendengar kata-kata Ouw Sian Kok yang menunjukkan bahwa dua orang perkasa ini sama sekali tidak mengenal keadaan sehingga tidak tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan pemberontak An Lu Shan?
Melihat kehebatan ilmu silat mereka, Song Kiat dan para sutenya menduga bahwa tentu kedua orang ini adalah pertapa-pertapa sakti yang baru saja turun gunung sehingga sama sekali tidak mengerti akan keadaan dunia. Timbul keinginan mereka untuk mengajak dua orang sakti ini membantu perjuangan mereka, selain mengangkat kembali nama Bu-tong-pai yang telah dirusak oleh The Kwat Lin, juga berbakti kepada negara menentang pemberontakan.
"Agaknya Ji-wi tidak tahu akan keadaan di kota raja," Song Kiat berkata. "Kami adalah murid-murid Bu-tong-pai yang membantu pemerintah untuk menghadapi para pemberontak. Pasukan tadi adalah pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Jenderal An Lu Shan. Kami bertugas menyelidiki kedudukan An Lu Shan yang kabarnya kini berpusat di Telaga Utara, akan tetapi baru tiba di sini Kami telah dikeroyok oleh pasukan itu. Melihat kesaktian Ji-wi, demi keselamatan negara dan bangsa, kami mohon sudilah kiranya Ji-wi membantu usaha penyelidikan kami itu."
Ouw Sian Kok mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala. "Kami berdua tidak ingin terlibat ke dalam permusuhan dan kami sama sekaii tidak mengerti dan tidak mengenal siapa itu An Lu Shan dan pemberontakannya. Kalau tadi kami turun tangan membantu adalah karena kami tidak senang melihat jumlah kecil dikeroyok oleh jumlah banyak. Selain itu, kami pun mempunyai sedikit keperluan untuk bertanya kepada Cuwi."
Kecewa rasa hati Song Kiat mendengar bahwa dua orang sakti itu tidak mau mencampuri urusan pemerintahan, akan tetapi karena mereka berdua sudah menyelamatkan mereka semua dari bahaya maut, dia menyembunyikan kekecewaannya itu dan menjawab dengan ramah, "Silakan Taihiap kalau hendak bertanya sesuatu tentu kami akan usaha memberi keterangan sejelasnya dan sedapatnya."
"Kami hanya ingin menanyakan kalau-kalau Cuwi pernah bertemu dengan seorang pemuda dan seorang pemudi yang bernama Han Swat Hong. Kami berdua sedang mencari mereka itu dan kami akan merasa berterima kasih sekali andaikata di antara Cuwi ada yang pernah melihat mereka itu."
Delapan belas orang pendekar itu saling pandang dan masing-masing mengangkat pundaknya. Tak seorang pun di antara mereka pernah mendengar dua nama yang ditanyakan itu.
"Maaf, Taihiap. Agaknya di antara kami tidak ada yang pernah mendengar nama itu, akan tetapi nama-nama itu telah kami catat dalam hati dan kami akan mencarinya. Hanya kalau sudah kami dapat, ke manakah kami harus melapor kepada Ji-wi?"
Liu Bwe menarik napas panjang. "Sudahlah, kalau tidak mengenal sudah saja. Akan tetapi kalian adalah orang-orang Bu-tong-pai, apakah kalian mengenal seorang tokoh Bu-tong-pai yang bernama The Kwat Lin?"
Seketika wajah delapan belas orang itu berubah mendengar ini. Mereka terkejut bukan main karena tidak menyangka-nyangka bahwa wanita perkasa itu akan menyebut nama iblis betina yang menjadi musuh besar Bu-tong-pai itu! Timbul kekhawatiran di hati mereka. Dua orang ini memiliki kesaktian yang luar biasa, sama dengan The Kwat Lin dan wanita ini mengenal The Kwat Lin, tentulah segolongan dengan The Kwat Lint Akan tetapi, Song Kiat memiliki pendapat lain. Dua orang ini terang sekali berbeda dengan The Kwat Lin dan mereka berdua telah membuktikan kegagahan mereka dengan membantu yang lemah tertindas, biarpun belum mengenal.
Maka dengan berani, berbeda dengan sute-sutenya yang berpendapat untuk tidak mengaku kenal The Kwat Lin, Song Kiat melangkah maju, menjura kepada Liu Bwee sambil bertanya, "Sebelum saya menjawab, botehkah saya bertanya apakah Lihiap sahabat dari wanita bernama The Kwat Lin itu?"
Liu Bwee membelalakkan matanya dan sinar matanya berapi-api. "Sahabat? Apa kau gila? Kalau bertemu, aku akan membunuh iblis betina itu!" (Bersambung)
(dwi)