Pentingnya Terapi Jangka Panjang pada Penyakit Endometriosis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Endometriosis dinyatakan sebagai penyakit kronis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Penyakit ini termasuk penyakit jangka panjang dengan tingkat kekambuhan yang tinggi, yaitu sebesar 67%.
Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG, Subsp. FER, MSc., Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta staf pengajar FKUI-RSCM menjelaskan, endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosa, di mana data menunjukkan adanya keterlambatan diagnosa 6-8 tahun.
"Padahal, setidaknya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia, serta 1 dari 10 perempuan di Asia mengalami endometriosis. Namun, banyak dari mereka yang baru mengetahui dirinya mengidap endometriosis, sehingga datang saat kondisi sudah lumayan parah," kata dr. Kanadi Sumapraja di Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Endometriosis sendiri merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan nyeri dan sering kali menyakitkan, di mana jaringan yang mirip lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim.
Jaringan endometriosis bersifat seperti lapisan di dalam rahim. Jaringan tersebut bisa menebal, rusak, dan berdarah di tiap kali siklus menstruasi. Jaringan ini tumbuh di tempat yang bukan semestinya sehingga menimbulkan rasa sakit yang berlebihan.
Endometriosis termasuk penyakit dengan kekambuhan tinggi, sehingga memerlukan terapi jangka panjang untuk menanganinya. Selain itu, diperlukan juga diagnosa dini agar penyembuhan lebih cepat dan lancar.
Gejala utama penyakit ini adalah nyeri panggul yang dikaitkan dengan periode menstruasi. Nyeri ini akan meningkat seiring berjalannya waktu jika tidak mendapat pengobatan yang tepat.
"Gejala dapat timbul pada 40% pasien, dan rasa nyeri bervariasi tergantung pada tempat terjadinya endometriosis,” ujar dr. Kanadi.
“Mereka yang memiliki faktor risiko seperti belum pernah melahirkan, menstruasi usia dini, menopause di usia lanjut, siklus menstruasi yang pendek yaitu maksimal 27 hari, memiliki tingkat estrogen yang tinggi, dan punya kelainan saluran produksi, perlu melakukan pemeriksaan rutin terkait endometriosis," lanjutnya.
Pada kondisi seseorang sudah mengidap endometriosis, maka kunci keberhasilan pengobatannya yaitu kepatuhan. Bayer mendorong adanya kepatuhan atas pengobatan penyakit ini.
Dokter dan Bayermendorong adanya kepatuhan atas pengobatan penyakitendometriosis. Foto/Istimewa
“Sejalan dengan visi Bayer: Health for All, Hunger for None, kami berkomitmen meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien, salah satunya bagi pasien endometriosis," kata Jeff Lai, Country Division Head Pharmaceuticals Bayer Indonesia pada kesempatan yang sama.
Data menunjukkan, endometriosis menyerang lebih banyak perempuan di Asia daripada negara-negara barat dan berdampak negatif bagi kesehatan serta kualitas hidup perempuan.
"Oleh sebab itu, kami melihat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya perempuan Indonesia, terkait endometriosis serta terapi yang paling tepat," kata Jeff Lai.
Head of Medical Dept. Pharmaceuticals Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso menambahkan, pihaknya berkomitmen dalam penanganan endometriosis di Indonesia melalui penyediaan akses ke pengobatan endometriosis serta senantiasa memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan pasien.
Dr. Dewi menjelaskan, terapi hormonal Dienogest sangat efektif bagi penderita endometriosis.
Berdasarkan konsensus HIFERI 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan para dokter untuk terapi endometriosis. Terapi hormonal jangka panjang terbukti efektif dalam mengelola gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG, Subsp. FER, MSc., Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta staf pengajar FKUI-RSCM menjelaskan, endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosa, di mana data menunjukkan adanya keterlambatan diagnosa 6-8 tahun.
"Padahal, setidaknya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia, serta 1 dari 10 perempuan di Asia mengalami endometriosis. Namun, banyak dari mereka yang baru mengetahui dirinya mengidap endometriosis, sehingga datang saat kondisi sudah lumayan parah," kata dr. Kanadi Sumapraja di Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Endometriosis sendiri merupakan penyakit kronis progresif yang menyebabkan nyeri dan sering kali menyakitkan, di mana jaringan yang mirip lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim.
Jaringan endometriosis bersifat seperti lapisan di dalam rahim. Jaringan tersebut bisa menebal, rusak, dan berdarah di tiap kali siklus menstruasi. Jaringan ini tumbuh di tempat yang bukan semestinya sehingga menimbulkan rasa sakit yang berlebihan.
Endometriosis termasuk penyakit dengan kekambuhan tinggi, sehingga memerlukan terapi jangka panjang untuk menanganinya. Selain itu, diperlukan juga diagnosa dini agar penyembuhan lebih cepat dan lancar.
Gejala utama penyakit ini adalah nyeri panggul yang dikaitkan dengan periode menstruasi. Nyeri ini akan meningkat seiring berjalannya waktu jika tidak mendapat pengobatan yang tepat.
"Gejala dapat timbul pada 40% pasien, dan rasa nyeri bervariasi tergantung pada tempat terjadinya endometriosis,” ujar dr. Kanadi.
“Mereka yang memiliki faktor risiko seperti belum pernah melahirkan, menstruasi usia dini, menopause di usia lanjut, siklus menstruasi yang pendek yaitu maksimal 27 hari, memiliki tingkat estrogen yang tinggi, dan punya kelainan saluran produksi, perlu melakukan pemeriksaan rutin terkait endometriosis," lanjutnya.
Pada kondisi seseorang sudah mengidap endometriosis, maka kunci keberhasilan pengobatannya yaitu kepatuhan. Bayer mendorong adanya kepatuhan atas pengobatan penyakit ini.
Dokter dan Bayermendorong adanya kepatuhan atas pengobatan penyakitendometriosis. Foto/Istimewa
“Sejalan dengan visi Bayer: Health for All, Hunger for None, kami berkomitmen meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien, salah satunya bagi pasien endometriosis," kata Jeff Lai, Country Division Head Pharmaceuticals Bayer Indonesia pada kesempatan yang sama.
Data menunjukkan, endometriosis menyerang lebih banyak perempuan di Asia daripada negara-negara barat dan berdampak negatif bagi kesehatan serta kualitas hidup perempuan.
"Oleh sebab itu, kami melihat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya perempuan Indonesia, terkait endometriosis serta terapi yang paling tepat," kata Jeff Lai.
Head of Medical Dept. Pharmaceuticals Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso menambahkan, pihaknya berkomitmen dalam penanganan endometriosis di Indonesia melalui penyediaan akses ke pengobatan endometriosis serta senantiasa memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan pasien.
Dr. Dewi menjelaskan, terapi hormonal Dienogest sangat efektif bagi penderita endometriosis.
Berdasarkan konsensus HIFERI 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan para dokter untuk terapi endometriosis. Terapi hormonal jangka panjang terbukti efektif dalam mengelola gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
(tsa)