Fesyen Indonesia, Melangkah Maju dengan Semangat Kolaborasi

Minggu, 17 Mei 2020 - 08:35 WIB
loading...
A A A
Oleh karenanya, Syahmedi Dean menegaskan dengan angka ini kita harus optimis bahwa ada marketnya. Jangan terpengaruh dengan kampanye brand dari luar yang membuat jadi agak minder. Jadi, sebanyak apa pun brand luar yang masuk, tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan fesyen segitu banyak orang. Jadi, kita masih terbuka untuk berbisnis dengan kreatif memanfaatkan peluang yang ada.

” Desainer kreatif di Eropa sulit beda halnya di Indonesia meriah dan banyak desainer muda yang kreatif makanya Jakarta jadi mercusuar. Untuk itu, desainer lokal perlu mengambil peluang secara kreatif membuat produk yang sesuai dan menjawab kebutuhan konsumen makanya parfum di Paris terkenal dan laris karena parfum dibuat di sana karena masyarakat Perancis itu jarang mandi karena air mahal dan sebagainya, ucapnya.

Melihat potensi dan peluang ini, Dean pun ikut menyarankan agar desainer terutama di generasi selanjutnya agar bisa menceritakan mengenai koleksinya secara detail kepada media. Ini perlu dilakukan agar media juga memiliki bahan tayangan atau penulisan dan agar pemberitaannya tidak hanya tentang pagelaran fesyen-nya saja.

"Diharapkan desainer bisa memperkenalkan koleksinya dengan satu cerita. Ungkapkan pada media apa yang ingin disampaikan dari koleksinya. Juga, saya sarankan agar para desainer menjalin pertemanan secara personal dengan wartawan fesyen. Personal network ini diperlukan untuk menjaga relasi dan networking our brand untuk menembus awareness," tuturnya.

“Kritik dalam dunia fashion itu penting. Brand harus memilih kritik yang mana. Saya juga pernah dikritik. Saat ini ekosistem berubah, menjalankan brand sendiri. Siapa yg boleh kritik kita yang membangun agar karya semakin baik, timpal Dana Maulana desainer sekaligus pemilik label fesyen Danjyo Hyoji.

Senada, Hartono Gan selaku desainer muda Indonesia, mengakui pasar Indonesia sangat menggiurkan. Dia mengungkapkan bahwa pasar Indonesia untuk fashion itu besar, misalnya untuk acara kawinan, desainer bisa membuatkan desain baju pengantin dan perlengkapannya dan konsumen mengapresiasi karya desainer lokal, asal produknya baik,” tutur desainer yang pernah berkiprah di beberapa negara.

Dia bahkan menyebutkan pakaian atau karya modenya ada yang ia jual dengan harga 25 juta per item. Namun ia juga menemukan tantangan ketika membicarakan cara mendapatkan bahan untuk membuat pakaiannya. “Desainer dalam hal ini bersaing dengan kapitalis, pemilik mal yang mampu mengimpor barang dari luar negeri dalam jumlah besar. Ini sulit diimbangi desainer lokal untuk itu perlu support semua pihak agar kedepannya ekosistem industri fashion dimana desainer dengan karyanya makin berkembang,” tutur Hartono Gan.
(atk)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5784 seconds (0.1#10.140)
pixels