Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 23 Bagian 11
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
"Jangan tergesa-gesa berprasangka buruk terhadap orang lain, Sumoi. Kelak kita memang harus mencari mereka dan minta kembali pusaka-pusaka itu untuk kita bawa kembali ke Pulau Es."
Kwee Lun juga menceritakan riwayatnya semenjak dia berpisah dari Swat Hong. Kemudian mereka minta agar Sin Liong suka menceritakan riwayatnya. "Bagaimana engkau yang menurut cerita Kakek Buyut dilempar ke sumur ular dan ditutup dengan reruntuhan guha, dapat menyelamatkan diri, Suheng? Dan selama ini engkau ke mana saja?"
Sin Liong tersenyum. "Aku memang nyaris tewas di sumur itu, akan tetapi memang agaknya belum tiba saatnya aku mati, maka batu mustika hijau kepunyaanmu ini telah menolongku, Sumoi." Sin Liong mengeiuarkan mustika hijau itu.
Swat Hong menerima batu itu dan menciumnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan Suheng!" katanya girang.
Sin Liong lalu menuturkan dengan singkat keadaannya selama dua tahun di dalam sumur ular sampai dia berhasil keluar ketika sumur itu dibongkar oleh Han Bu Ong dan orang-orang kerdil.
"Ahh, Ibunya yang mencelakakanmu, anaknya yang tanpa sengaja menolongmu!" Swat Hong berseru heran.
"Lalu bagaimana kau bisa datang ke Secuan dan menyelamatkan aku dan Kwee-toako?"
"Mula-mula aku pergi ke kota raja dan mendengar betapa Ibumu, juga Soan Cu telah tewas di sana, akan tetapi juga bahwa Ibu tirimu The Kwat Lin juga tewas pula. Karena aku menduga bahwa peristiwa itu tentu membuat engkau dimusuhi oleh para pemberontak, maka aku yakin bahwa kau tentu membantu Kaisar di Secuan, maka aku segera menyusul ke sini dan kebetulan sekali melihat engkau dan Kwee-toako dikeroyok para perajurit." Sin Liong tidak memberitahukan bahwa sesungguhnya telah terjadi keajaiban pada dirinya sehingga seolah-olah dia tahu bahwa sumoinya berada di Secuan. Seolah-olah segala yang terjadi bukan merupakan rahasia lagi baginya!
Tiba-tiba Kwee Lun bertanya nada suaranya hati-hati dan penuh sungkan, "Kwa-taihiap, sejak dahulu saya tahu bahwa Taihiap memiliki kepandaian luar biasa. Akan tetapi... tadi di sana seruan Taihiap membuat ribuan orang berhenti bergerak, bahkan aku pun... tidak mampu bergerak. Kemudian... ketika kita pergi, terjadi keajaiban, seolah-olah mereka itu sama sekali tidak melihat kita pergi..."
Sin Liong hanya tersenyum dan mengangkat pundak tanpa menjawab.
"Benar! Apa yang telah kaulakukan tadi, Suheng?" Swat Hong juga bertanya.
"Tidak apa-apa, Sumoi. Engkau pun melihat sendiri. Kita pergi dari mereka, dank arena tidak ada permusuhan atau kebencian di hatiku, tentu saja mereka pun tidak melakukan apa-apa."
Swat Hong Memang sejak dahulu sudah tahu akan keanehan watak suhengnya dan kadang-kadang ucapan suhengnya tidak dimengerti sama sekali, maka jawaban sederhana ini cukup baginya. Tidak demikian dengan Kwee Lun. Pemuda ini menduga bahwa pemuda Pulau Es itu bukanlah manusia biasa, maka cepat dia berkata, "Kwa-tathiap, jika Taihiap berkenan, saya... saya mohon petunjuk..."
Sin Liong menoleh, memandang. Mereka bertemu pandang dan Sin Liong tersenyum lagi. "Kau sebaiknya pulang saja ke Pulau Kura-kura, Kwee-toako. Dan mengingat engkau suka sekali akan ilmu silat dan aku yakin bahwa engkau tidak akan menggunakan ilmu itu untuk berbuat jahat, maka mungkin aku dapat menambah sedikit tingkat ilmumu itu. Harap kau coba-coba mainkan pedang dan kipasmu itu sebaik mungkin."
Bukan main girangnya hati Kwee Lun. Dia menjura dengan hormat sambil mengucapkan terima kasih, kemudian dia mencabut pedang dan kipasnya lalu bermain silat di depan Sin Liong dan Swat Hong. Seperti kita ketahui, dari kitab kuno Sin Liong memperoleh ilmu luar biasa, yaitu mengenal semua inti ilmu silat dari gerakan pertama saja. Maka setelah Kwee Lun mainkan jurus-jurus simpanan yang paling lihai dan menghentikan permainan silatnya, Swat Hong bertepuk tangan memuji, sedangkan Sin Liong berkata, "Ada kelemahan-kelemahan di dalam beberapa jurusmu, Toako."
Pemuda luar biasa ini lalu memberi petunjuk kepada Kwee Lun yang menjadi terheran-heran, kagum dan girang sekali. Petunjuk-petunjuk itu merupakan penyempurnaan dari semua ilmu silatnya. Dia menerima dan melatih petunjuk-petunjuk ini dan demikianlah, sampai hampir sebulan lamanya, tiga orang ini melakukan perjalanan ke timur dan di sepanjang perjalanan, Kwee Lun menerima petunjuk-petunjuk dari Sin Liong, bahkan Kwee Lun menerima pelajaran latihan untuk menghimpun tenaga sinkang. (Bersambung)
"Jangan tergesa-gesa berprasangka buruk terhadap orang lain, Sumoi. Kelak kita memang harus mencari mereka dan minta kembali pusaka-pusaka itu untuk kita bawa kembali ke Pulau Es."
Kwee Lun juga menceritakan riwayatnya semenjak dia berpisah dari Swat Hong. Kemudian mereka minta agar Sin Liong suka menceritakan riwayatnya. "Bagaimana engkau yang menurut cerita Kakek Buyut dilempar ke sumur ular dan ditutup dengan reruntuhan guha, dapat menyelamatkan diri, Suheng? Dan selama ini engkau ke mana saja?"
Sin Liong tersenyum. "Aku memang nyaris tewas di sumur itu, akan tetapi memang agaknya belum tiba saatnya aku mati, maka batu mustika hijau kepunyaanmu ini telah menolongku, Sumoi." Sin Liong mengeiuarkan mustika hijau itu.
Swat Hong menerima batu itu dan menciumnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan Suheng!" katanya girang.
Sin Liong lalu menuturkan dengan singkat keadaannya selama dua tahun di dalam sumur ular sampai dia berhasil keluar ketika sumur itu dibongkar oleh Han Bu Ong dan orang-orang kerdil.
"Ahh, Ibunya yang mencelakakanmu, anaknya yang tanpa sengaja menolongmu!" Swat Hong berseru heran.
"Lalu bagaimana kau bisa datang ke Secuan dan menyelamatkan aku dan Kwee-toako?"
"Mula-mula aku pergi ke kota raja dan mendengar betapa Ibumu, juga Soan Cu telah tewas di sana, akan tetapi juga bahwa Ibu tirimu The Kwat Lin juga tewas pula. Karena aku menduga bahwa peristiwa itu tentu membuat engkau dimusuhi oleh para pemberontak, maka aku yakin bahwa kau tentu membantu Kaisar di Secuan, maka aku segera menyusul ke sini dan kebetulan sekali melihat engkau dan Kwee-toako dikeroyok para perajurit." Sin Liong tidak memberitahukan bahwa sesungguhnya telah terjadi keajaiban pada dirinya sehingga seolah-olah dia tahu bahwa sumoinya berada di Secuan. Seolah-olah segala yang terjadi bukan merupakan rahasia lagi baginya!
Tiba-tiba Kwee Lun bertanya nada suaranya hati-hati dan penuh sungkan, "Kwa-taihiap, sejak dahulu saya tahu bahwa Taihiap memiliki kepandaian luar biasa. Akan tetapi... tadi di sana seruan Taihiap membuat ribuan orang berhenti bergerak, bahkan aku pun... tidak mampu bergerak. Kemudian... ketika kita pergi, terjadi keajaiban, seolah-olah mereka itu sama sekali tidak melihat kita pergi..."
Sin Liong hanya tersenyum dan mengangkat pundak tanpa menjawab.
"Benar! Apa yang telah kaulakukan tadi, Suheng?" Swat Hong juga bertanya.
"Tidak apa-apa, Sumoi. Engkau pun melihat sendiri. Kita pergi dari mereka, dank arena tidak ada permusuhan atau kebencian di hatiku, tentu saja mereka pun tidak melakukan apa-apa."
Swat Hong Memang sejak dahulu sudah tahu akan keanehan watak suhengnya dan kadang-kadang ucapan suhengnya tidak dimengerti sama sekali, maka jawaban sederhana ini cukup baginya. Tidak demikian dengan Kwee Lun. Pemuda ini menduga bahwa pemuda Pulau Es itu bukanlah manusia biasa, maka cepat dia berkata, "Kwa-tathiap, jika Taihiap berkenan, saya... saya mohon petunjuk..."
Sin Liong menoleh, memandang. Mereka bertemu pandang dan Sin Liong tersenyum lagi. "Kau sebaiknya pulang saja ke Pulau Kura-kura, Kwee-toako. Dan mengingat engkau suka sekali akan ilmu silat dan aku yakin bahwa engkau tidak akan menggunakan ilmu itu untuk berbuat jahat, maka mungkin aku dapat menambah sedikit tingkat ilmumu itu. Harap kau coba-coba mainkan pedang dan kipasmu itu sebaik mungkin."
Bukan main girangnya hati Kwee Lun. Dia menjura dengan hormat sambil mengucapkan terima kasih, kemudian dia mencabut pedang dan kipasnya lalu bermain silat di depan Sin Liong dan Swat Hong. Seperti kita ketahui, dari kitab kuno Sin Liong memperoleh ilmu luar biasa, yaitu mengenal semua inti ilmu silat dari gerakan pertama saja. Maka setelah Kwee Lun mainkan jurus-jurus simpanan yang paling lihai dan menghentikan permainan silatnya, Swat Hong bertepuk tangan memuji, sedangkan Sin Liong berkata, "Ada kelemahan-kelemahan di dalam beberapa jurusmu, Toako."
Pemuda luar biasa ini lalu memberi petunjuk kepada Kwee Lun yang menjadi terheran-heran, kagum dan girang sekali. Petunjuk-petunjuk itu merupakan penyempurnaan dari semua ilmu silatnya. Dia menerima dan melatih petunjuk-petunjuk ini dan demikianlah, sampai hampir sebulan lamanya, tiga orang ini melakukan perjalanan ke timur dan di sepanjang perjalanan, Kwee Lun menerima petunjuk-petunjuk dari Sin Liong, bahkan Kwee Lun menerima pelajaran latihan untuk menghimpun tenaga sinkang. (Bersambung)
(dwi)