Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 5 Bagian 2
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu
Kakek berkepala besar itu mengangkat kedua lengannya ke atas dan membentak, "Diam...!!"
Sin Liong kembali terkejut. Ketika mengeluarkan suara bentakan tadi ketua Pulau Neraka agaknya telah mengerahkan khikangnya sehingga dia sendiri yang berdiri di depan kakek itu merasa betapa kedua kakinya tergetar! Mengertilah dia bahwa ketua Pulau Neraka ini benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi dan tahulah dia bahwa dia telah memasuki sarang naga dan berada dalam keadaan terancam. Namun Sin Liong tidak merasa takut sedikitpun juga karena dia merasa bahwa dia tidak melakukan suatu kesalahan terhadap mereka ini. Maka kembali dia menjura kepada ketua Pulau Neraka sambil berkata, "To-cu, sekali lagi kujelaskan bahwa kedatanganku ini sama sekali tidak mengandung niat buruk dan kalau tidak ada perlu sekali pasti aku tidak akan berani menginjakkan kaki ke pulau ini. Aku datang untuk mencari Sumoiku yang bernama Han Swat Hong puteri Suhu...." Sin Liong menghentikan kata-katanya karena teringat bahwa dia telah kelepasan bicara, akan tetapi karena sudah terlanjur maka tak mungkin kata-kata itu ditariknya kembali.
"Puteri Han Ti Ong...??" Ketua Pulau Neraka berseru keras sekali sampai mengagetkan semua orang. "Kau mencari puteri Han Ti Ong di sini?"
Sin Liong berkata, "Benar, To-cu Karena aku menduga bahwa dia berada di sini maka aku menyusul ke sini.?"
"Tangkap puteri Han Ti Ong!"
"Bunuh dial"
"Gantung puterinya!"
Kini Sin Liong mengangkat kedua lengannya dan sambil mengerahkan khikangnya dia berseru, "Harap Cu-wi diam!" Dan diamlah semua orang. Di antara mereka yang memiliki kepandaian tinggi, termasuk ketua Pulau Neraka, kagum sekali karena orang muda yang belum dewasa benar ini ternyata memiliki kekuatan khikang yang amat hebat! "Harap Tocu tidak salah sangka. Puteri Hati Ti Ong itu juga menjadi orang buangan."
Ucapan Sin Liong ini tentu saja mengejutkan dan mengherankan hati semua orang sehingga mereka tidak dapat mengeluarkan kata-kata melainkan hanya memandang kepada Sin Liong dengan mata terbelalak.
"Kau bohong!" Kakek berkepala besar itu menghardik. "Mana mungkin Han Ti Ong membuang puterinya sendiri ke Pulau Neraka?"
"Agaknya Tocu telah mengerti akan kerasnya peraturan hukum di Pulau Es, dan sebetulnya yang dianggap melanggar hukum adalah isteri Suhu sendiri, isteri yang aku yakin hanyalah karena fitnah belaka. Suhu telah menjatuhkan hukuman kepada Subo, dan Sumoi lalu mewakili ibunya untuk membuang diri ke Pulau Neraka, maka aku menyusul ke sini untuk mengajaknya pulang ke Pulau Es."
Tiba-tiba ketua Pulau Neraka tertawa bergelak, tertawa penuh kegembiraan sampai kedua matanya mengeluarkan air mata! "Huah-ha-ha-ha! Ha-ha-ha, betapa lucunya! Rasakan kau sekarang. Han Ti Ong, Raja keparat! Rasakan kau betapa perihnya orang tertimpa kesengsaraan karena keluarga berantakan. Ha-ha-ha!"
Semua orang yang melihat dan mendengar kata-kata ketua Pulau Neraka ini, kontan tertawa-tawa semua, mentertawakan Raja Pulau Es! Biarpun mereka belum sempat membalas dendam kepada Raja Pulau Es, mendengar nasib buruk Raja itu sudah merupakan hiburan besar yang amat menyenangkan hati mereka. Hanya anak perempuan itu saja yang tidak ikut tertawa karena dia agaknya tidak mengerti apa-apa, dan pada saat itu dia hanya saling pandang dengan Sin Liong yang juga terheran-heran.
"Hei, Kwa Sin Liong! Betapa baiknya ceritamu, akan tetapi aku masih belum percaya kalau tidak melihat sendiri puteri Han Ti Ong datang ke pulau ini. Kita tunggu dan lihat saja. Setelah aku melihat puteri Han Ti Ong berada di pulau ini, barulah kita akan bicara lagi. Tangkap dia dan masukkan dalam kamar tahanan sambil menanti munculnya puteri Han Ti Ong!"
Si Brewok dan beberapa orang yang agaknya menjadi pembantu utama ketua Pulau Neraka sudah melangkah menghampiri Sin Liong dengan sikap mengancam. Pemuda ini maklum bahwa tidak ada jalan lain kecuali menyerah sambil menanti munculnya sumoinya karena sebelum dia bertemu dengan sumoinya, melawan hanya akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada artinya saja. Maka dia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku tidak akan melawan, kecuali kalau kalian menggunakan kekerasan. Aku menyerah dan mau menanti di kamar tahanan sampai sumoiku muncul."
Melihat sikap tenang dan ucapan yang berwibawa ini, belasan orang yang mengurung Sin Liong dengan sikap mengancam tadi kelihatan ragu-ragu. Akan tetapi Sin Liong lalu melangkah ke depan dan berkata, "Marilah bawa aku ke kamar tahanan."
"Jangan gangu dia, biar dia mengaso di kamar tahanan dan layani baik-baik sampai puteri Han Ti Ong muncul. Kalau dia membohong, hemmm, baru kita akan berpesta membunuhnya!" Ketua Pulau Neraka berkata sambil terkekeh kekeh karena hatinya senang sekali mendengar betapa Han Ti Ong sampai membuang isterinya sendiri ke Pulau Neraka, kemudian puterinya malah membuang diri ke Pulau Neraka. Biarpun dia belum percaya benar akan cerita ini sebelum dia menyaksikan buktinya, namun berita itu saja sudah mendatangkan rasa senang di dalam hatinya.
Dengan sikap gagah dan tenang sekali Sin Liong digiring ke dalam kamar tahanan, diikuti oleh pandang mata penuh khawatir dari anak perempuan tadi. Setelah rombongan itu lenyap, anak perempuan itu mencela ketua Pulau Neraka, "Kong-kong kenapa dia ditahan? Dia luar biasa, berani dan pandai sekali!"
"Hushh! Dia orang Pulau Es, dia murid Han Ti Ong, karena itu dia adalan musuh kita. Mengerti?"
Anak perempuan itu cemberut, lalu meninggalkan kakek itu sambil bersungut-sungut sedangkan kakeknya tertawa bergelak dengan hati senang. Dia lalu mamberi isyarat memanggil seorang kepercayaan lalu berbisik-bisik sambil tersenyum-senyum. Pembantunya juga tertawa, mengangguk-angguk lalu pergi. Kakek ini, ketua Pulau Neraka yang memiliki kepandaian tinggi, sama sekali tidak curiga kepada cucunya sendiri, tidak tahu bahwa cucunya itu tadi menyelinap dan mendengarkan perintah yang dia berikan kepada orang kepercayaannya.
***
Sin Liong adalah seorang pemuda yang tidak mempunyai prasangka buruk terhadap orang lain. Dia belum banyak mengenal kepalsuan watak manusia dan biarpun terhadapa orang-orang Pulau Neraka, dia tetap menaruh kepercayaan. Maka dia pun percaya penuh akan kata-kata ketua Pulau Neraka dan dengan suka rela dia menyerahkan diri, tidak melawan ketika digiring memasuki kamar tahanan! Setelah berada di dalam kamar di bawah tanah yang sempit itu, dengan jendela dan besi dari baja, dan ruji baja yang kuat memenuhi jendela sebagai jalan hawa, dia segera duduk sila. Dia tidak menaruh khawatir keadaan dirinya, akan tetapi dia merasa gelisah mengapa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka? Dia percaya bahwa ketua Pulau Neraka tidak membohonginya. Kalau beriar bahwa Swat Hong telah berada di Pulau Neraka, tentu tidak seperti itu sikap mereka terhadap dirinya. Kalau begitu, jelas bahwa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka, padahal telah berangkat lebih dulu. Ke manakah perginya sumoinya itu?
Tengah malam telah lewat dan keadaan sunyi sekali dalam kamar tahanan itu. Tidak ada penjaga di luar pintu atau jendela, akan tetepi dia tahu bahwa pintu masuk lorong tahanan itu beberapa orang penjaga yang selalu dengan senjata di tangan. Tiba-tiba mendengar suara wanita yang marah-marah di sebelah luar dan suara para penjaga ketakutan.
"Kalian berani melarangku masuk?" terdengar suara wanita itu.
"Nona, tahanan ini adalah orang penting! dan...."
"Dan kauanggap aku bukan orang penting? Kaukira aku mau apa?" Aku mau mengejeknya dan memakinya, dia adalah musuh besarku. Apakah kau berani melarangku? Coba kau melarang dan aku akan mengatakan kepada Kong-kong bahwa kalian berani kurang ajar kepadaku, hendak menggodaku, aku mau melihat apakah kepala kalian masih akan menempel di leher!"
"Ah, tidak... bukan begitu...."
"Maafkan, Nona..."
"Silakan masuk, silakan...."
"Awas kalau ada yang mengikuti aku dan mengintai, berarti dia mau kurang ajar dan akan kuberitahukah kepada Kong-kongl"
Sin Liong sudah menduga siapa wanita yang bicara di luar dan ribut-ribut dengan para penjaga itu, akan tetapi begitu dara itu muncul di bawah sinar lampu di luar ruji jendelanya, hampir saja dia berteriak memanggil karena mengira bahwa Swat Hong yang muncul itu. Di bawah sinar lampu yang tidak begitu terang memang gadis cucu ketua Pulau Neraka ini hampir sama dengan Swat Hong. Setelah melihat jelas bahwa yang datang adalah cucu ketua Pulau Neraka dan mengingat akan kata-kata gadis ini di luar tadi bahwa kedatangannya dengan niat mengejek dan memakinya, Sin Liong tetap duduk bersila dan bahkan memejamkan matanya, pura-pura tidur.
"Ssssttt...."
Sin Liong tidak menjawab, bergerak sedikit pun tidak. Perlu apa melayani seorang bocah yang hanya datang hendak mengejek dan memakinya? Demikian pikirnya sungguhpun hatinya terasa tidak enak juga harus mendiamkan saja orang yang susah payah datang sampai ribut mulut dengan para penjaga. Tentu akan kecewa hatinya, pikir Sin Liong dan diam-diam dia mengintai dari balik bulu matanya yang direnggangkannya sedikit.
"Pssstttt... kau tidak tidur, bulu matamu bergerak-gerak, jangan kautipu aku...." anak perempuan itu berkata lagi dengan suara, bisik-bisik dan meruncingkan bibirnya di antara ruji-ruji jendela.
Sin Liong menarik napas panjang dan membuka matanya. "Hah, kau boleh mengejek dan memaki sesukamu, kemudiam pergilah agar aku dapat mengaso benar-benar katanya.
"Hik-hik!" Gadis itu menahan ketawanya menutupi mulutnya yang kecil, "Kiranya engkau sama bodohnya dengan para penjaga itu, percaya saja apa yang kukatakan di luar tadi!"
Sin Liong bangkit berdiri dan menghampiri jendela kamar tahanan. Mereka berhadapan dan saling pandang melalui ruji-ruji jendela. "Apa yang kaumaksudkan, Nona?"
Mulut yang tersenyum itu kini cemberut dan terdengar suaranya manja, "Kau tadi menyebut Adik yang manis. Mengapa sekarang menjadi Nona? Kau benar pandai mengecewakan hati orang!"
Mau tidak mau Sin Liong tersenyum. Bocah ini manja dan lincah, mengingatkan dia kepada Han Swat Hong. Banyak persamaan antara kedua orang perempuan itu. "Baiklah, Adik yang manis. Sebenarnya, mau apa kau datang ke sini kalau bukan untuk mengejek dan memakl aku yang dianggap musuh oleh Kakekmu?"
"Aku datang untuk bercakap-cakap."
"Hemm, waktu dan tempatnya tidak tepat untuk bercakap-cakap. Aku adalah seorang tahanan dan engkau adalah cucu To-cu di sini, tempat ini di kamar tahanan yang kotor dan sempit dan sekarang sudah lewat tengah malam. Harap kau kembali ke kamarmu dan tidur yang nyenyak. Jangan-jangan kau akan dimarahi Kong-kongmu."
"Aku tidak takut! Aku sengaja datang ke sini untuk bercakap-cakap denganmu. Siapa berani melarangku?" Sikapnya menjadi galak, mata nya bersinar-sinar dan Sin Liong menarik napas panjang. Sejak lama dia memperoleh kenyataan betapa ganjilnya watak wanita. Dia melihat wa-tak-watak yang aneh dan sukar dimengerti yang dilihatnya pada diri Sia Gin Hwa yang menyelweng dari suaminya, berjina dengan Lu Kiat, pada diri Liu Bwee ibu Swat Hong yang tadinya periang lalu berubah pemurung dan berhati begitu sabar dan mengalah terhadap suaminya yang menyakitkan hatinya, pada diri The Kwat Lin yang juga amat berubah setelah menjadi isteri raja, pada diri Swat Hong yang telah nekad membuang diri ke Pulau Neraka, dan kini dia berhadapan dengan seorang gadis yang juga berwatak aneh sekali.
"Baiklah, jangan marah karena tidak ada yang melarangmu di sini. Kalau kau ingin bercakap-cakap, nah, bercakaplah dan aku akan mendengarkan."
Gadis itu melongo. "Bercakap apa?"
Diam-diam Sin Liong merasa geli. Benar-benar seorang gadis yang masih seperti kaanak-kanak dan mungkin semua sikapnya tadi, ketika bergembira dan ketika marah, tidaklah setulusnya hati maka demikian mudah berubah.
"Bercakap apa saja sesukamu, misalnya siapa namamu, siapa pula nama
Kong-kong keadaan di pulau ini dan dan lain-lain."
Wajah itu berseri kembali, gembira setelah ingat bahwa sesungguhnya banyak sekali bahan untuk dibicarakan. "Namaku Soan Cu, Ouw Soan Cu...."
"Namamu indah." Sin Liong memuji untuk menyenangkan hatinya. Dan memang hati Soan Cu senang sekali mendengar pujian ini.
"Benarkah? Benarkah namaku indah?" Dengan penuh gairah dia lalu menceritakan riwayatnya secara singkat.
Ketua atau Majikan Pulau Neraka itu bernama Ouw Kong Ek bukanlah seorang buangan dari Pulau Es, melainkan keturunan orang buangan yang semenjak ratusan tahun menjadi ketua di situ karena memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kakek dari Ouw Kong Ek, seorang buangan dari Pulau Es yang berilmu tinggi, adalah seorang pertama yang menjadi "ketua" di Pulau Neraka, kemudian menurunkan kedudukan ini kepada anaknya sampai kepada Ouw Kong Ek. Ouw Kong Ek sendiri mengambil seorang buangan dari Pulau Es, seorang bekas pelayan permaisuri Raja Pulau Es yang dijatuhi hukuman buang karena fitnah dan sesungguhnya dia tidak mau melayani seorang pangeran yang tergila-gila kepadanya, menjadi isterinya mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ouw Sian Kok. Akan tetapi isterinya meninggal dunia ketika Ouw Sian Kok menikah dengan seorang gadis Pulau Neraka dan ketua Pulau Neraka ini tinggal menduda. Dia mencurahkan pengharapannya kepada putera tunggalnya yang mewarisi semua ilmunya dan yang diharapkan kelak akan menggantikan kedudukannya kalau dia sudah mengundurkan diri.
Namtm, nasib buruk menimpa keluarga Ouw. Ketika isteri Ouw Sian Kok melahirkan seorang anak, yaitu Soan Cu, ibu muda ini meninggal dunia Ouw Sian Kok demikian berduka sehingga ingatannya terganggu, menjadi gila dan melarikan diri dari Pulau Neraka tak seorang pun tahu kemana perginya orang gila itu.
Demikian riwayatku yang tidak menggembirakan." Soan Cu mengakhiri ceritanya. Sejak kecil aku tidak pernah melihat wajah ibu dan ayahku. Ayah sampai sekarang tidak pulang dan tidak ada yang tahu berada di mana. Aku dipelihara dan dididik oleh Kong-kong yang mengharapkan kelak aku menggantikan kedudukan ketua di sini Akan tetapi aku tidak sudi?"
"Mengapa tidak suka, Soan Cu?"
"Siapa sudi mengurusi prang-orang gila itu! Mereka semua gila dan jahat, karena itu aku suka kepadamu Sin Liong. Engkau lain daripada mereka, engkau berani dan baik. Maka aku datang untuk menolongmu. Ketahuilah, sebentar lagi, kalau kau dikira sudah tidur, engkau akan dibunuh!"
Sin Liong terkejut akan tetapi tetap bersikap tenang. "Benarkah? Mengapa aku dibunuh? Bukankah Kongkongmu berjanji bahwa kita akan menunggu sampai Sumoiku tiba di Pulau Neraka?"
"Uhh, kau percaya kepada Kong-kong! Hmm, dia hanya membohong."
"Ah, mengapa begitu? Sebagai seorang ketua tidak sepatutnya kalau dia menipu."
"Membohong dan menipu merupakan perbuatan yang menguntungkan dan bahkan dianggap baik dan layak disini! Itu adalah tanda dari kecerdikan seseorang!"
"Pantas kau tadi memhongi penjaga." Sin Liong mencela.
"Memang, kalau tidak membohong, mana bisa masuk dengan mudah? Dan kau tentu akan celaka kalau aku tidak membohong."
"Hemm..., alasan dicari-cari dan ngawur. Jadi mereka hendak membunuhku? Mudah saja, apa dikira aku begitu mudah di bunuh?"
"Kau tidak tahu kecerdikan Kong-kong, Sin Liong. Kalau digunakan kekerasan, agaknya kau akan melawan dan sudah melihat tadi bahwa kau lihai. Akan tetapi, mereka akan mengerahkan binatang-binatang berbisa untuk mengeroyokmu dan membunuhmu di kamar sempit ini! Kalau sengaja macam ular, kalajengking, kelabang, lebah dan lain binatang berbisa itu memenuhi tempat ini dan mengeroyokmu, apa yang akan dapat kaulakukan untuk menyelamatkan diri?"
"Hemm, aku akan berusaha membela diri, kalau aku gagai, aku akan mati dan habis perkara. Tidak ada hal yang menggelisahkan hatiku."
"Kau sombong! Kau tidak minta tolong kepadaku?"
"Andaikata aku minta tolong juga, kalau kau tidak mau menolong, apa artinya? Tanpa kuminta sekalipun, kalau kau mau menolong, bagaimana caranya? Sudahlah, kau hanya akan menyusahkan dirimu sendiri saja, Soan Cu. Betapapun juga terima kasih atas kedatanganmu dan kebaikan hatimu. Kau seorang dara yang cantik dan baik budi, sayang kau berada diantara orang-orang liar itu. Pergilah, jangan sampai Kakekmu melihat engkau berada di sini."
Soan Cu mengeluarkan sebuah bungkusan. "Inilah yang akan menyelamatkanmu. Kaupergunakan obat bubuk ini untuk menggosok semua kulit tubuhmu yang tampak, dan sebarkan sebagian di sekelilingmu. Tidak akan ada seekor pun binatang berbisa yang berani datang mendekat, apalagi menggigitmu. Nah, sebetulnya kedatanganku hanya untuk menyerahkan ini, akan tetapi kita terlanjur mengobrol panjang lebar. Selamat tinggal Sin Liong."
Sin Liong menerima bungkusan itu, mengulurkan tangan dari antara ruji jendela dan memegang lengan dara itu.
"Nanti dulu, Soan Cu."
"Ada apa lagi?" Gadis itu membalikkan tubuh dan mereka saling berpegang tangan. Hal ini dilakukan oleh Sin Liong karena dia merasa terharu juga oleh pertolongan yang sama sekali tidak disangka-sangkanya itu.
"Soan Cu, tahukah engkau apa yang akan terjadi padamu kalau sampai Kong-kongmu mengetahui akan perbuatanmu ini?"
"Menolong engkau? Ah, paling-paling dia akan membunuhku!"
"Hemm, begitu ringan kau memandang akibat itu? Soan Cu, mengapa kau melakukan ini untukku? Mengapa kau menolongku dengan mempertaruhkan nyawa?"
"Sudah kukatakan tadi. Kau lain dari pada semua orang yang kulihat di pulau ini. Aku suka padamu dan aku tidak ingin mendengar apalagi melihat engkau mati. Sudahlah, hati-hati menjaga dirimu, Sin Liong!" Gadis itu meloncat dan berlari keluar.
Sin Liong berdiri termenung sejenak, kemudian kembali ke tengah kamar tahanan dan duduk bersila menenangkan hatinya. Andaikata tidak ada Soan Cu yang datang memberikan obat penawar dan pengusir binatang berbisa, dia pun tidak akan gentar dan belum tentu dia akan celaka oleh binatang-binatang itu, sungguhpun dia sendiri belum mau membayangkan apa yang akan dilakukannya kalau serangan itu tiba. Apalagi sekarang ada obat bubuk itu. Dia teringat betapa penghuni Pulau Neraka dapat menjelajahi hutan yang penuh binatang berbisa dengan enaknya karena tubuh mereka sudah memakai obat penawar. Agaknya inilah obat penawar itu. Dia membuka bungkusan dan melihat obat bubuk berwarna kuning muda yang tidak akan kentara kalau dioleskan di kulit tubuhnya. Sin Liong bersila dan mengatur pernapasan, melakukan siulian (samadhi) lagi.
Pendengarannya menjadi amat terang dan tajam sehingga dia dapat menangap suara mendesis dan suara yang dikenalnya sebagai suara lebah yang datang dari jauh, makin lama makin mendekat itu. Tahulah dia bahwa apa yang diceritakan oleh Soan Cu memang tidak bohong. Sekali ini agaknya anak itu tidak membohong! Maka dia lalu membuka bungkusan, menggosok kulit tubuhnya yang tidak tertutup pakaian dengan obat itu. Mukanya sampai ke leher, tangan dan kakinya, digosoknya sampai rata. Kemudian sambil membawa bungkusan yang terisi sisa obat itu, dia menanti.
Tak lama kemudian, suara itu menjadi makin dekat dan tiba-tiba saja muncullah mereka! Diam-diam Sin Liong bergidik juga. Tentu dia akan melompat kalau saja dia tidak mempunyai obat penolak itu. Dari bawah pintu, puluhan ekor ular kecil dan kelabang besar, kalajengking yang besarnya sebesar ibu jari, merayap dengan cepat memasuki kamar, berlumba dengan lebah-lebah putih yang beterbangan masuk melalui jendela.
Sin Liong cepat menyebarkan bubuk obat ke sekeliling di atas lantai, dan menaburkan sebagian ke atas, ke arah lebah-lebah yang beterbangan. Dia tersenyum kagum melihat akibatnya. Semua binatang berbisa itu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, tiba-tiba serentak membalik saling terjang dan saling timpa, lari cerai berai meninggalkan kamar. Lebah-lebah putih juga terbang dengan kacau, menabrak dinding dan banyak yang jatuh mati, yang sempat terbang keluar jendela saling tabrak seperti mabok, dan sebentar suara binatang-binatang itu sudah menjauh.
Akan tetapi mendadok Sin Liong meloncat berdiri ketika mendengar suara lain yang membuat jantungnya berdebar. Suara seorang wanita memaki-maki, "Iblis kalian semua! Manusia-manusia gila! Kalau tidak dapat membasmi kalian, jangan sebut aku Han Swat Hong!"
Sin Liong meloncat ke arah jendela, kedua tangannya bergerak dan terdengar suara keras ketika ruji-ruji jendela jebol semua. Dia meloncat dan keluar dari kamarnya, terus berlari keluar melalui lorong. Setibanya di luar, tampaklah olehnya Swat Hong berdiri tegak dengan kedua tangan bertolak pinggang, dua orang anggota Pulau Neraka roboh dan mengaduh-aduh di bawah sedangkan belasan orang lain mengurung gadis itu. Sin Liong menggeleng-geleng kepala. Sumoinya memang galak dan pemberani. Bukan main gagahnya. Dikurung oleh orang-orang Pulau Neraka itu masih enak-enak saja, bahkan tidak mencabut pedang, padahal semua yang mengurungnya memegang senjata.
Kakek berkepala besar itu mengangkat kedua lengannya ke atas dan membentak, "Diam...!!"
Sin Liong kembali terkejut. Ketika mengeluarkan suara bentakan tadi ketua Pulau Neraka agaknya telah mengerahkan khikangnya sehingga dia sendiri yang berdiri di depan kakek itu merasa betapa kedua kakinya tergetar! Mengertilah dia bahwa ketua Pulau Neraka ini benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi dan tahulah dia bahwa dia telah memasuki sarang naga dan berada dalam keadaan terancam. Namun Sin Liong tidak merasa takut sedikitpun juga karena dia merasa bahwa dia tidak melakukan suatu kesalahan terhadap mereka ini. Maka kembali dia menjura kepada ketua Pulau Neraka sambil berkata, "To-cu, sekali lagi kujelaskan bahwa kedatanganku ini sama sekali tidak mengandung niat buruk dan kalau tidak ada perlu sekali pasti aku tidak akan berani menginjakkan kaki ke pulau ini. Aku datang untuk mencari Sumoiku yang bernama Han Swat Hong puteri Suhu...." Sin Liong menghentikan kata-katanya karena teringat bahwa dia telah kelepasan bicara, akan tetapi karena sudah terlanjur maka tak mungkin kata-kata itu ditariknya kembali.
"Puteri Han Ti Ong...??" Ketua Pulau Neraka berseru keras sekali sampai mengagetkan semua orang. "Kau mencari puteri Han Ti Ong di sini?"
Sin Liong berkata, "Benar, To-cu Karena aku menduga bahwa dia berada di sini maka aku menyusul ke sini.?"
"Tangkap puteri Han Ti Ong!"
"Bunuh dial"
"Gantung puterinya!"
Kini Sin Liong mengangkat kedua lengannya dan sambil mengerahkan khikangnya dia berseru, "Harap Cu-wi diam!" Dan diamlah semua orang. Di antara mereka yang memiliki kepandaian tinggi, termasuk ketua Pulau Neraka, kagum sekali karena orang muda yang belum dewasa benar ini ternyata memiliki kekuatan khikang yang amat hebat! "Harap Tocu tidak salah sangka. Puteri Hati Ti Ong itu juga menjadi orang buangan."
Ucapan Sin Liong ini tentu saja mengejutkan dan mengherankan hati semua orang sehingga mereka tidak dapat mengeluarkan kata-kata melainkan hanya memandang kepada Sin Liong dengan mata terbelalak.
"Kau bohong!" Kakek berkepala besar itu menghardik. "Mana mungkin Han Ti Ong membuang puterinya sendiri ke Pulau Neraka?"
"Agaknya Tocu telah mengerti akan kerasnya peraturan hukum di Pulau Es, dan sebetulnya yang dianggap melanggar hukum adalah isteri Suhu sendiri, isteri yang aku yakin hanyalah karena fitnah belaka. Suhu telah menjatuhkan hukuman kepada Subo, dan Sumoi lalu mewakili ibunya untuk membuang diri ke Pulau Neraka, maka aku menyusul ke sini untuk mengajaknya pulang ke Pulau Es."
Tiba-tiba ketua Pulau Neraka tertawa bergelak, tertawa penuh kegembiraan sampai kedua matanya mengeluarkan air mata! "Huah-ha-ha-ha! Ha-ha-ha, betapa lucunya! Rasakan kau sekarang. Han Ti Ong, Raja keparat! Rasakan kau betapa perihnya orang tertimpa kesengsaraan karena keluarga berantakan. Ha-ha-ha!"
Semua orang yang melihat dan mendengar kata-kata ketua Pulau Neraka ini, kontan tertawa-tawa semua, mentertawakan Raja Pulau Es! Biarpun mereka belum sempat membalas dendam kepada Raja Pulau Es, mendengar nasib buruk Raja itu sudah merupakan hiburan besar yang amat menyenangkan hati mereka. Hanya anak perempuan itu saja yang tidak ikut tertawa karena dia agaknya tidak mengerti apa-apa, dan pada saat itu dia hanya saling pandang dengan Sin Liong yang juga terheran-heran.
"Hei, Kwa Sin Liong! Betapa baiknya ceritamu, akan tetapi aku masih belum percaya kalau tidak melihat sendiri puteri Han Ti Ong datang ke pulau ini. Kita tunggu dan lihat saja. Setelah aku melihat puteri Han Ti Ong berada di pulau ini, barulah kita akan bicara lagi. Tangkap dia dan masukkan dalam kamar tahanan sambil menanti munculnya puteri Han Ti Ong!"
Si Brewok dan beberapa orang yang agaknya menjadi pembantu utama ketua Pulau Neraka sudah melangkah menghampiri Sin Liong dengan sikap mengancam. Pemuda ini maklum bahwa tidak ada jalan lain kecuali menyerah sambil menanti munculnya sumoinya karena sebelum dia bertemu dengan sumoinya, melawan hanya akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada artinya saja. Maka dia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku tidak akan melawan, kecuali kalau kalian menggunakan kekerasan. Aku menyerah dan mau menanti di kamar tahanan sampai sumoiku muncul."
Melihat sikap tenang dan ucapan yang berwibawa ini, belasan orang yang mengurung Sin Liong dengan sikap mengancam tadi kelihatan ragu-ragu. Akan tetapi Sin Liong lalu melangkah ke depan dan berkata, "Marilah bawa aku ke kamar tahanan."
"Jangan gangu dia, biar dia mengaso di kamar tahanan dan layani baik-baik sampai puteri Han Ti Ong muncul. Kalau dia membohong, hemmm, baru kita akan berpesta membunuhnya!" Ketua Pulau Neraka berkata sambil terkekeh kekeh karena hatinya senang sekali mendengar betapa Han Ti Ong sampai membuang isterinya sendiri ke Pulau Neraka, kemudian puterinya malah membuang diri ke Pulau Neraka. Biarpun dia belum percaya benar akan cerita ini sebelum dia menyaksikan buktinya, namun berita itu saja sudah mendatangkan rasa senang di dalam hatinya.
Dengan sikap gagah dan tenang sekali Sin Liong digiring ke dalam kamar tahanan, diikuti oleh pandang mata penuh khawatir dari anak perempuan tadi. Setelah rombongan itu lenyap, anak perempuan itu mencela ketua Pulau Neraka, "Kong-kong kenapa dia ditahan? Dia luar biasa, berani dan pandai sekali!"
"Hushh! Dia orang Pulau Es, dia murid Han Ti Ong, karena itu dia adalan musuh kita. Mengerti?"
Anak perempuan itu cemberut, lalu meninggalkan kakek itu sambil bersungut-sungut sedangkan kakeknya tertawa bergelak dengan hati senang. Dia lalu mamberi isyarat memanggil seorang kepercayaan lalu berbisik-bisik sambil tersenyum-senyum. Pembantunya juga tertawa, mengangguk-angguk lalu pergi. Kakek ini, ketua Pulau Neraka yang memiliki kepandaian tinggi, sama sekali tidak curiga kepada cucunya sendiri, tidak tahu bahwa cucunya itu tadi menyelinap dan mendengarkan perintah yang dia berikan kepada orang kepercayaannya.
***
Sin Liong adalah seorang pemuda yang tidak mempunyai prasangka buruk terhadap orang lain. Dia belum banyak mengenal kepalsuan watak manusia dan biarpun terhadapa orang-orang Pulau Neraka, dia tetap menaruh kepercayaan. Maka dia pun percaya penuh akan kata-kata ketua Pulau Neraka dan dengan suka rela dia menyerahkan diri, tidak melawan ketika digiring memasuki kamar tahanan! Setelah berada di dalam kamar di bawah tanah yang sempit itu, dengan jendela dan besi dari baja, dan ruji baja yang kuat memenuhi jendela sebagai jalan hawa, dia segera duduk sila. Dia tidak menaruh khawatir keadaan dirinya, akan tetapi dia merasa gelisah mengapa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka? Dia percaya bahwa ketua Pulau Neraka tidak membohonginya. Kalau beriar bahwa Swat Hong telah berada di Pulau Neraka, tentu tidak seperti itu sikap mereka terhadap dirinya. Kalau begitu, jelas bahwa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka, padahal telah berangkat lebih dulu. Ke manakah perginya sumoinya itu?
Tengah malam telah lewat dan keadaan sunyi sekali dalam kamar tahanan itu. Tidak ada penjaga di luar pintu atau jendela, akan tetepi dia tahu bahwa pintu masuk lorong tahanan itu beberapa orang penjaga yang selalu dengan senjata di tangan. Tiba-tiba mendengar suara wanita yang marah-marah di sebelah luar dan suara para penjaga ketakutan.
"Kalian berani melarangku masuk?" terdengar suara wanita itu.
"Nona, tahanan ini adalah orang penting! dan...."
"Dan kauanggap aku bukan orang penting? Kaukira aku mau apa?" Aku mau mengejeknya dan memakinya, dia adalah musuh besarku. Apakah kau berani melarangku? Coba kau melarang dan aku akan mengatakan kepada Kong-kong bahwa kalian berani kurang ajar kepadaku, hendak menggodaku, aku mau melihat apakah kepala kalian masih akan menempel di leher!"
"Ah, tidak... bukan begitu...."
"Maafkan, Nona..."
"Silakan masuk, silakan...."
"Awas kalau ada yang mengikuti aku dan mengintai, berarti dia mau kurang ajar dan akan kuberitahukah kepada Kong-kongl"
Sin Liong sudah menduga siapa wanita yang bicara di luar dan ribut-ribut dengan para penjaga itu, akan tetapi begitu dara itu muncul di bawah sinar lampu di luar ruji jendelanya, hampir saja dia berteriak memanggil karena mengira bahwa Swat Hong yang muncul itu. Di bawah sinar lampu yang tidak begitu terang memang gadis cucu ketua Pulau Neraka ini hampir sama dengan Swat Hong. Setelah melihat jelas bahwa yang datang adalah cucu ketua Pulau Neraka dan mengingat akan kata-kata gadis ini di luar tadi bahwa kedatangannya dengan niat mengejek dan memakinya, Sin Liong tetap duduk bersila dan bahkan memejamkan matanya, pura-pura tidur.
"Ssssttt...."
Sin Liong tidak menjawab, bergerak sedikit pun tidak. Perlu apa melayani seorang bocah yang hanya datang hendak mengejek dan memakinya? Demikian pikirnya sungguhpun hatinya terasa tidak enak juga harus mendiamkan saja orang yang susah payah datang sampai ribut mulut dengan para penjaga. Tentu akan kecewa hatinya, pikir Sin Liong dan diam-diam dia mengintai dari balik bulu matanya yang direnggangkannya sedikit.
"Pssstttt... kau tidak tidur, bulu matamu bergerak-gerak, jangan kautipu aku...." anak perempuan itu berkata lagi dengan suara, bisik-bisik dan meruncingkan bibirnya di antara ruji-ruji jendela.
Sin Liong menarik napas panjang dan membuka matanya. "Hah, kau boleh mengejek dan memaki sesukamu, kemudiam pergilah agar aku dapat mengaso benar-benar katanya.
"Hik-hik!" Gadis itu menahan ketawanya menutupi mulutnya yang kecil, "Kiranya engkau sama bodohnya dengan para penjaga itu, percaya saja apa yang kukatakan di luar tadi!"
Sin Liong bangkit berdiri dan menghampiri jendela kamar tahanan. Mereka berhadapan dan saling pandang melalui ruji-ruji jendela. "Apa yang kaumaksudkan, Nona?"
Mulut yang tersenyum itu kini cemberut dan terdengar suaranya manja, "Kau tadi menyebut Adik yang manis. Mengapa sekarang menjadi Nona? Kau benar pandai mengecewakan hati orang!"
Mau tidak mau Sin Liong tersenyum. Bocah ini manja dan lincah, mengingatkan dia kepada Han Swat Hong. Banyak persamaan antara kedua orang perempuan itu. "Baiklah, Adik yang manis. Sebenarnya, mau apa kau datang ke sini kalau bukan untuk mengejek dan memakl aku yang dianggap musuh oleh Kakekmu?"
"Aku datang untuk bercakap-cakap."
"Hemm, waktu dan tempatnya tidak tepat untuk bercakap-cakap. Aku adalah seorang tahanan dan engkau adalah cucu To-cu di sini, tempat ini di kamar tahanan yang kotor dan sempit dan sekarang sudah lewat tengah malam. Harap kau kembali ke kamarmu dan tidur yang nyenyak. Jangan-jangan kau akan dimarahi Kong-kongmu."
"Aku tidak takut! Aku sengaja datang ke sini untuk bercakap-cakap denganmu. Siapa berani melarangku?" Sikapnya menjadi galak, mata nya bersinar-sinar dan Sin Liong menarik napas panjang. Sejak lama dia memperoleh kenyataan betapa ganjilnya watak wanita. Dia melihat wa-tak-watak yang aneh dan sukar dimengerti yang dilihatnya pada diri Sia Gin Hwa yang menyelweng dari suaminya, berjina dengan Lu Kiat, pada diri Liu Bwee ibu Swat Hong yang tadinya periang lalu berubah pemurung dan berhati begitu sabar dan mengalah terhadap suaminya yang menyakitkan hatinya, pada diri The Kwat Lin yang juga amat berubah setelah menjadi isteri raja, pada diri Swat Hong yang telah nekad membuang diri ke Pulau Neraka, dan kini dia berhadapan dengan seorang gadis yang juga berwatak aneh sekali.
"Baiklah, jangan marah karena tidak ada yang melarangmu di sini. Kalau kau ingin bercakap-cakap, nah, bercakaplah dan aku akan mendengarkan."
Gadis itu melongo. "Bercakap apa?"
Diam-diam Sin Liong merasa geli. Benar-benar seorang gadis yang masih seperti kaanak-kanak dan mungkin semua sikapnya tadi, ketika bergembira dan ketika marah, tidaklah setulusnya hati maka demikian mudah berubah.
"Bercakap apa saja sesukamu, misalnya siapa namamu, siapa pula nama
Kong-kong keadaan di pulau ini dan dan lain-lain."
Wajah itu berseri kembali, gembira setelah ingat bahwa sesungguhnya banyak sekali bahan untuk dibicarakan. "Namaku Soan Cu, Ouw Soan Cu...."
"Namamu indah." Sin Liong memuji untuk menyenangkan hatinya. Dan memang hati Soan Cu senang sekali mendengar pujian ini.
"Benarkah? Benarkah namaku indah?" Dengan penuh gairah dia lalu menceritakan riwayatnya secara singkat.
Ketua atau Majikan Pulau Neraka itu bernama Ouw Kong Ek bukanlah seorang buangan dari Pulau Es, melainkan keturunan orang buangan yang semenjak ratusan tahun menjadi ketua di situ karena memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kakek dari Ouw Kong Ek, seorang buangan dari Pulau Es yang berilmu tinggi, adalah seorang pertama yang menjadi "ketua" di Pulau Neraka, kemudian menurunkan kedudukan ini kepada anaknya sampai kepada Ouw Kong Ek. Ouw Kong Ek sendiri mengambil seorang buangan dari Pulau Es, seorang bekas pelayan permaisuri Raja Pulau Es yang dijatuhi hukuman buang karena fitnah dan sesungguhnya dia tidak mau melayani seorang pangeran yang tergila-gila kepadanya, menjadi isterinya mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ouw Sian Kok. Akan tetapi isterinya meninggal dunia ketika Ouw Sian Kok menikah dengan seorang gadis Pulau Neraka dan ketua Pulau Neraka ini tinggal menduda. Dia mencurahkan pengharapannya kepada putera tunggalnya yang mewarisi semua ilmunya dan yang diharapkan kelak akan menggantikan kedudukannya kalau dia sudah mengundurkan diri.
Namtm, nasib buruk menimpa keluarga Ouw. Ketika isteri Ouw Sian Kok melahirkan seorang anak, yaitu Soan Cu, ibu muda ini meninggal dunia Ouw Sian Kok demikian berduka sehingga ingatannya terganggu, menjadi gila dan melarikan diri dari Pulau Neraka tak seorang pun tahu kemana perginya orang gila itu.
Demikian riwayatku yang tidak menggembirakan." Soan Cu mengakhiri ceritanya. Sejak kecil aku tidak pernah melihat wajah ibu dan ayahku. Ayah sampai sekarang tidak pulang dan tidak ada yang tahu berada di mana. Aku dipelihara dan dididik oleh Kong-kong yang mengharapkan kelak aku menggantikan kedudukan ketua di sini Akan tetapi aku tidak sudi?"
"Mengapa tidak suka, Soan Cu?"
"Siapa sudi mengurusi prang-orang gila itu! Mereka semua gila dan jahat, karena itu aku suka kepadamu Sin Liong. Engkau lain daripada mereka, engkau berani dan baik. Maka aku datang untuk menolongmu. Ketahuilah, sebentar lagi, kalau kau dikira sudah tidur, engkau akan dibunuh!"
Sin Liong terkejut akan tetapi tetap bersikap tenang. "Benarkah? Mengapa aku dibunuh? Bukankah Kongkongmu berjanji bahwa kita akan menunggu sampai Sumoiku tiba di Pulau Neraka?"
"Uhh, kau percaya kepada Kong-kong! Hmm, dia hanya membohong."
"Ah, mengapa begitu? Sebagai seorang ketua tidak sepatutnya kalau dia menipu."
"Membohong dan menipu merupakan perbuatan yang menguntungkan dan bahkan dianggap baik dan layak disini! Itu adalah tanda dari kecerdikan seseorang!"
"Pantas kau tadi memhongi penjaga." Sin Liong mencela.
"Memang, kalau tidak membohong, mana bisa masuk dengan mudah? Dan kau tentu akan celaka kalau aku tidak membohong."
"Hemm..., alasan dicari-cari dan ngawur. Jadi mereka hendak membunuhku? Mudah saja, apa dikira aku begitu mudah di bunuh?"
"Kau tidak tahu kecerdikan Kong-kong, Sin Liong. Kalau digunakan kekerasan, agaknya kau akan melawan dan sudah melihat tadi bahwa kau lihai. Akan tetapi, mereka akan mengerahkan binatang-binatang berbisa untuk mengeroyokmu dan membunuhmu di kamar sempit ini! Kalau sengaja macam ular, kalajengking, kelabang, lebah dan lain binatang berbisa itu memenuhi tempat ini dan mengeroyokmu, apa yang akan dapat kaulakukan untuk menyelamatkan diri?"
"Hemm, aku akan berusaha membela diri, kalau aku gagai, aku akan mati dan habis perkara. Tidak ada hal yang menggelisahkan hatiku."
"Kau sombong! Kau tidak minta tolong kepadaku?"
"Andaikata aku minta tolong juga, kalau kau tidak mau menolong, apa artinya? Tanpa kuminta sekalipun, kalau kau mau menolong, bagaimana caranya? Sudahlah, kau hanya akan menyusahkan dirimu sendiri saja, Soan Cu. Betapapun juga terima kasih atas kedatanganmu dan kebaikan hatimu. Kau seorang dara yang cantik dan baik budi, sayang kau berada diantara orang-orang liar itu. Pergilah, jangan sampai Kakekmu melihat engkau berada di sini."
Soan Cu mengeluarkan sebuah bungkusan. "Inilah yang akan menyelamatkanmu. Kaupergunakan obat bubuk ini untuk menggosok semua kulit tubuhmu yang tampak, dan sebarkan sebagian di sekelilingmu. Tidak akan ada seekor pun binatang berbisa yang berani datang mendekat, apalagi menggigitmu. Nah, sebetulnya kedatanganku hanya untuk menyerahkan ini, akan tetapi kita terlanjur mengobrol panjang lebar. Selamat tinggal Sin Liong."
Sin Liong menerima bungkusan itu, mengulurkan tangan dari antara ruji jendela dan memegang lengan dara itu.
"Nanti dulu, Soan Cu."
"Ada apa lagi?" Gadis itu membalikkan tubuh dan mereka saling berpegang tangan. Hal ini dilakukan oleh Sin Liong karena dia merasa terharu juga oleh pertolongan yang sama sekali tidak disangka-sangkanya itu.
"Soan Cu, tahukah engkau apa yang akan terjadi padamu kalau sampai Kong-kongmu mengetahui akan perbuatanmu ini?"
"Menolong engkau? Ah, paling-paling dia akan membunuhku!"
"Hemm, begitu ringan kau memandang akibat itu? Soan Cu, mengapa kau melakukan ini untukku? Mengapa kau menolongku dengan mempertaruhkan nyawa?"
"Sudah kukatakan tadi. Kau lain dari pada semua orang yang kulihat di pulau ini. Aku suka padamu dan aku tidak ingin mendengar apalagi melihat engkau mati. Sudahlah, hati-hati menjaga dirimu, Sin Liong!" Gadis itu meloncat dan berlari keluar.
Sin Liong berdiri termenung sejenak, kemudian kembali ke tengah kamar tahanan dan duduk bersila menenangkan hatinya. Andaikata tidak ada Soan Cu yang datang memberikan obat penawar dan pengusir binatang berbisa, dia pun tidak akan gentar dan belum tentu dia akan celaka oleh binatang-binatang itu, sungguhpun dia sendiri belum mau membayangkan apa yang akan dilakukannya kalau serangan itu tiba. Apalagi sekarang ada obat bubuk itu. Dia teringat betapa penghuni Pulau Neraka dapat menjelajahi hutan yang penuh binatang berbisa dengan enaknya karena tubuh mereka sudah memakai obat penawar. Agaknya inilah obat penawar itu. Dia membuka bungkusan dan melihat obat bubuk berwarna kuning muda yang tidak akan kentara kalau dioleskan di kulit tubuhnya. Sin Liong bersila dan mengatur pernapasan, melakukan siulian (samadhi) lagi.
Pendengarannya menjadi amat terang dan tajam sehingga dia dapat menangap suara mendesis dan suara yang dikenalnya sebagai suara lebah yang datang dari jauh, makin lama makin mendekat itu. Tahulah dia bahwa apa yang diceritakan oleh Soan Cu memang tidak bohong. Sekali ini agaknya anak itu tidak membohong! Maka dia lalu membuka bungkusan, menggosok kulit tubuhnya yang tidak tertutup pakaian dengan obat itu. Mukanya sampai ke leher, tangan dan kakinya, digosoknya sampai rata. Kemudian sambil membawa bungkusan yang terisi sisa obat itu, dia menanti.
Tak lama kemudian, suara itu menjadi makin dekat dan tiba-tiba saja muncullah mereka! Diam-diam Sin Liong bergidik juga. Tentu dia akan melompat kalau saja dia tidak mempunyai obat penolak itu. Dari bawah pintu, puluhan ekor ular kecil dan kelabang besar, kalajengking yang besarnya sebesar ibu jari, merayap dengan cepat memasuki kamar, berlumba dengan lebah-lebah putih yang beterbangan masuk melalui jendela.
Sin Liong cepat menyebarkan bubuk obat ke sekeliling di atas lantai, dan menaburkan sebagian ke atas, ke arah lebah-lebah yang beterbangan. Dia tersenyum kagum melihat akibatnya. Semua binatang berbisa itu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, tiba-tiba serentak membalik saling terjang dan saling timpa, lari cerai berai meninggalkan kamar. Lebah-lebah putih juga terbang dengan kacau, menabrak dinding dan banyak yang jatuh mati, yang sempat terbang keluar jendela saling tabrak seperti mabok, dan sebentar suara binatang-binatang itu sudah menjauh.
Akan tetapi mendadok Sin Liong meloncat berdiri ketika mendengar suara lain yang membuat jantungnya berdebar. Suara seorang wanita memaki-maki, "Iblis kalian semua! Manusia-manusia gila! Kalau tidak dapat membasmi kalian, jangan sebut aku Han Swat Hong!"
Sin Liong meloncat ke arah jendela, kedua tangannya bergerak dan terdengar suara keras ketika ruji-ruji jendela jebol semua. Dia meloncat dan keluar dari kamarnya, terus berlari keluar melalui lorong. Setibanya di luar, tampaklah olehnya Swat Hong berdiri tegak dengan kedua tangan bertolak pinggang, dua orang anggota Pulau Neraka roboh dan mengaduh-aduh di bawah sedangkan belasan orang lain mengurung gadis itu. Sin Liong menggeleng-geleng kepala. Sumoinya memang galak dan pemberani. Bukan main gagahnya. Dikurung oleh orang-orang Pulau Neraka itu masih enak-enak saja, bahkan tidak mencabut pedang, padahal semua yang mengurungnya memegang senjata.
(dwi)