Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid 15 Bagian 12
loading...
A
A
A
Kho Ping Hoo : Bukek Siansu Jilid
Muka Swi Nio menjadi merah sekali. "Benar, Subo. Kami saling mencinta, akan tetapi teecu dan dia berjanji hanya akan melangsungkan pernikahan setelah dendam saya terbalas, yaitu setelah kerajaan sekarang jatuh dan dikuasai An Goanswe."
"Hemm, sudahlah. Kalau kau dan calon suamimu ini hanya pembantu, siapa yang menjadi utusan An Goanswe menghadap padaku?"
"Mereka inilah," Swi Nio menunjuk kepada tiga orang teman-temannya. Dia adalah Pat-jiu Mo-kai, dan Totiang ini adalah Siok Tojin, Lo-enghiong itu adalah Tan Goan Kok. Mereka bertiga yang menjadi utusan An Goanswe."
The Kwat Lin memandang tajam kepada tiga orang itu, seolah-olah hendak menimbang bobot mereka dengan matanya. Pat-jiu Mo-kai yang tertua dan di anggap pemimpin rombongan, apa lagi karena dia yang pandai bicara dibandingkan dengan Tan Goan Kok yang kasar dan jujur, apalagi dengan Siok Tojin yang jarang sekali membuka mulut, segera tertawa.
"Ha-ha-ha, kami bertiga pun hanyalah pembantu-pembantu rendahan saja dari An Goanswe, akan tetapi kami menerima kehormatan untuk menjadi utusan Beliau menghadap Toanio The Kwat Lin yahg namanya terkenal sebagai Ratu Pulau Es dan Ketua Bu-tong-pai, juga menghadap Kiam-mo Cai-li yang juga amat terkenal di dunia kang-ouw sebagai seorang wanita yang amat lihai dan cerdas sekali. Kami merasa amat terhormat dapat menjadi tamu-tamu di Rawa Bangkai ini."
Kiam-mo Cai-li Liok Si yang memang amat cerdas, kini mendahului Kwat Lin dan berkata, "Tidak tahu apakah kedatangan Cuwi ada hubungannya dengan pesan kami kepada An Goanswe?"
"Dugaan Cai-li benar sekali. Kami berlima adalah utusan An Goanswe untuk menghadap Jiwi dan untuk bicara dengan Jiwi. An Goanswe telah menerima pesan Jiwi dan sebagai jawaban An Goanswe mengutus kami untuk bicara."
"Lalu bagaimana keputusan An Goanswe tentang ajakan kami untuk bekerja sama?" The Kwat Lin bertanya.
"An Goanswe merasa amat senang menerima surat Jiwi dan tentu saja An Goanswe menerima dengan kedua tangan terbuka uluran kerja sama Jiwi itu. Sudah lama An Goanswe merasa kagum, terutama sekali melihat siasat gemilang yang berhasil baik sehingga Jiwi sekalian dapat menyelundupkan orang menjadi kepercayan Yang Kui Hui. Hanya sayang, pada saat terakhir siasat gemilang itu mengalami kegagalan karena orang kepercayaan Jiwi tidak dapat menahan nafsu berahinya. Kami di utus oleh Ah Goanswe untuk menyampaikan pesan bahwa jika Jiwi suka membantu dari dalam, yaitu berusaha menanam tenaga-tenaga bantuan di dalam kota raja dan kalau mungkin di dalam istana agar kelak memudahkan penyerbuan ke kota raja apabila saatnya yang tepat tiba, maka An Goanswe akan berterima kasih sekali."
Mendengar pesan An Lu Shan yang disampaikan oleh Pat-Jiu Mo-kai ini, hati kedua orang wanita itu menjadi girang sekali sungguhpun kegirangan itu tidak terbaca di wajah mereka.
"Kami yang tidak mempunyai pasukan besar memang tahu diri dan tentu saja hanya akan membantu dari dalam seperti yang diusulkan An Goanswe. Kami dapat menerima usul itu dan sebaiknya kita rencanakan siasat-siasatnya bersama." The Kwat Lin berkata.
"Sebelum kita berunding dan mengatur siasat agar dapat kami sampaikan kepada An Goanswe terlebih dahulu kami. harus menyampaikan semua pesan Beliau untuk Jiwi. Selain usul itu juga An Goanswe mengatakan bahwa pekerjaan membantu dari dalam itu merupakan pekerjaan yang amat rumit, sulit, dan berbahaya. Hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi saja yang akan dapat berhasil dan An Goanswe ingin memperoleh keyakinan bahwa para pembantunya tidak akan gagal."
Mendengar kata-kata kakek berpakaian tambalan itu, merahlah wajah The Kwat Lin dan hatinya menjadi panas. "Hemm, ucapanmu itu berarti bahwa kalian hendak menguji kepandaian kami?"
Sambil tertawa Kiam-mo Cai-li yang melihat kemarahan kawannya itu bangkit berdiri dan meloncat ke tengah ruangan yang luas itu sambil berkata, "Memang sudan seharusnya demikian! An Goanswe adalah seorang jenderal besar yang cerdik pandai, tentu akan menguji setiap orang sekutu atau pembantunya. Nah biarlah aku yang lebih dulu memperilhatkan kepandaian. Siapakah di antara Cuwi berlima yang hendak mengujiku?"
Dengan lagak memandang rendah Kiam-mo Cai-li berdiri dan memondang ke arah lima orang utusan itu. Tentu saja Bu Swi Nio tidak berani bergerak, juga Liem Toan Ki yang sudah maklum kehebatan ilmu kepandaian wanita Majikan Rawa Bangkai itu mengerti bahwa dia bukanlah tandingannya.
Melihat wanita yang usilanya lima puluhan tahun itu masih cantik menarik dan memegang sebatang payung, berdifi dengan sikap memandang rendah, Siok Tojin yang sejak tadi diam saja sudah bangkit. Ilmu kepandaian tosu ini amat tinggi terutama ilmu pedangnya, dan di dalam rombongan itu dia merupakan orang ke dua yang terpandai.
"Biarlah pinto yang akan menguji." katanya. (Bersambung)
Muka Swi Nio menjadi merah sekali. "Benar, Subo. Kami saling mencinta, akan tetapi teecu dan dia berjanji hanya akan melangsungkan pernikahan setelah dendam saya terbalas, yaitu setelah kerajaan sekarang jatuh dan dikuasai An Goanswe."
"Hemm, sudahlah. Kalau kau dan calon suamimu ini hanya pembantu, siapa yang menjadi utusan An Goanswe menghadap padaku?"
"Mereka inilah," Swi Nio menunjuk kepada tiga orang teman-temannya. Dia adalah Pat-jiu Mo-kai, dan Totiang ini adalah Siok Tojin, Lo-enghiong itu adalah Tan Goan Kok. Mereka bertiga yang menjadi utusan An Goanswe."
The Kwat Lin memandang tajam kepada tiga orang itu, seolah-olah hendak menimbang bobot mereka dengan matanya. Pat-jiu Mo-kai yang tertua dan di anggap pemimpin rombongan, apa lagi karena dia yang pandai bicara dibandingkan dengan Tan Goan Kok yang kasar dan jujur, apalagi dengan Siok Tojin yang jarang sekali membuka mulut, segera tertawa.
"Ha-ha-ha, kami bertiga pun hanyalah pembantu-pembantu rendahan saja dari An Goanswe, akan tetapi kami menerima kehormatan untuk menjadi utusan Beliau menghadap Toanio The Kwat Lin yahg namanya terkenal sebagai Ratu Pulau Es dan Ketua Bu-tong-pai, juga menghadap Kiam-mo Cai-li yang juga amat terkenal di dunia kang-ouw sebagai seorang wanita yang amat lihai dan cerdas sekali. Kami merasa amat terhormat dapat menjadi tamu-tamu di Rawa Bangkai ini."
Kiam-mo Cai-li Liok Si yang memang amat cerdas, kini mendahului Kwat Lin dan berkata, "Tidak tahu apakah kedatangan Cuwi ada hubungannya dengan pesan kami kepada An Goanswe?"
"Dugaan Cai-li benar sekali. Kami berlima adalah utusan An Goanswe untuk menghadap Jiwi dan untuk bicara dengan Jiwi. An Goanswe telah menerima pesan Jiwi dan sebagai jawaban An Goanswe mengutus kami untuk bicara."
"Lalu bagaimana keputusan An Goanswe tentang ajakan kami untuk bekerja sama?" The Kwat Lin bertanya.
"An Goanswe merasa amat senang menerima surat Jiwi dan tentu saja An Goanswe menerima dengan kedua tangan terbuka uluran kerja sama Jiwi itu. Sudah lama An Goanswe merasa kagum, terutama sekali melihat siasat gemilang yang berhasil baik sehingga Jiwi sekalian dapat menyelundupkan orang menjadi kepercayan Yang Kui Hui. Hanya sayang, pada saat terakhir siasat gemilang itu mengalami kegagalan karena orang kepercayaan Jiwi tidak dapat menahan nafsu berahinya. Kami di utus oleh Ah Goanswe untuk menyampaikan pesan bahwa jika Jiwi suka membantu dari dalam, yaitu berusaha menanam tenaga-tenaga bantuan di dalam kota raja dan kalau mungkin di dalam istana agar kelak memudahkan penyerbuan ke kota raja apabila saatnya yang tepat tiba, maka An Goanswe akan berterima kasih sekali."
Mendengar pesan An Lu Shan yang disampaikan oleh Pat-Jiu Mo-kai ini, hati kedua orang wanita itu menjadi girang sekali sungguhpun kegirangan itu tidak terbaca di wajah mereka.
"Kami yang tidak mempunyai pasukan besar memang tahu diri dan tentu saja hanya akan membantu dari dalam seperti yang diusulkan An Goanswe. Kami dapat menerima usul itu dan sebaiknya kita rencanakan siasat-siasatnya bersama." The Kwat Lin berkata.
"Sebelum kita berunding dan mengatur siasat agar dapat kami sampaikan kepada An Goanswe terlebih dahulu kami. harus menyampaikan semua pesan Beliau untuk Jiwi. Selain usul itu juga An Goanswe mengatakan bahwa pekerjaan membantu dari dalam itu merupakan pekerjaan yang amat rumit, sulit, dan berbahaya. Hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi saja yang akan dapat berhasil dan An Goanswe ingin memperoleh keyakinan bahwa para pembantunya tidak akan gagal."
Mendengar kata-kata kakek berpakaian tambalan itu, merahlah wajah The Kwat Lin dan hatinya menjadi panas. "Hemm, ucapanmu itu berarti bahwa kalian hendak menguji kepandaian kami?"
Sambil tertawa Kiam-mo Cai-li yang melihat kemarahan kawannya itu bangkit berdiri dan meloncat ke tengah ruangan yang luas itu sambil berkata, "Memang sudan seharusnya demikian! An Goanswe adalah seorang jenderal besar yang cerdik pandai, tentu akan menguji setiap orang sekutu atau pembantunya. Nah biarlah aku yang lebih dulu memperilhatkan kepandaian. Siapakah di antara Cuwi berlima yang hendak mengujiku?"
Dengan lagak memandang rendah Kiam-mo Cai-li berdiri dan memondang ke arah lima orang utusan itu. Tentu saja Bu Swi Nio tidak berani bergerak, juga Liem Toan Ki yang sudah maklum kehebatan ilmu kepandaian wanita Majikan Rawa Bangkai itu mengerti bahwa dia bukanlah tandingannya.
Melihat wanita yang usilanya lima puluhan tahun itu masih cantik menarik dan memegang sebatang payung, berdifi dengan sikap memandang rendah, Siok Tojin yang sejak tadi diam saja sudah bangkit. Ilmu kepandaian tosu ini amat tinggi terutama ilmu pedangnya, dan di dalam rombongan itu dia merupakan orang ke dua yang terpandai.
"Biarlah pinto yang akan menguji." katanya. (Bersambung)
(dwi)