Kho Ping Hoo, Bukek Siansu Jilid 19 Bagian 12

Sabtu, 22 April 2017 - 18:00 WIB
loading...
Kho Ping Hoo, Bukek...
Bukek Siansu, karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
A A A
Kho Ping Hoo, Bukek Siansu

Dengan demikian, dia lebih banyak diserang daripada balas menyerang. Seratus jurus telah lewat dan pemuda yang luar biasa ini belum juga dapat dikalahkan oleh para pengeroyoknya. Hal ini membuat mereka bertiga menjadi penasaran, marah dan malu sekali.

Biarpun di tempat itu tidak ada orang lain kecuali para anak buah mereka yang kini mulai bermunculan dan mengurung tempat itu, orang-orang katai dan juga para anak buah Rawa Bangkai, namun tiga orang itu tentu saja merasa malu bahwa mereka bertiga maju bersama dengan senjata lengkap sampai seratus jurus tidak mampu membekuk atau menewaskan seorang pemuda yang bertangan kosong!

The Kwat Lin yang selama ini merasa bahwa dia tidak menemukan tandingan, biarpun tahu betapa lihainya murid bekas sumoinya ini, namun dia telah dibantu oleh dua orang pandai dan belum juga dapat menang, maka dia merasa penasaran sekali. Kiam-mo Cai-li yang selama ini terkenal sebagai datuk kaum sesat yang lihai, selama hidupnya baru sekali ini dia mengeroyok seorang pemuda dengan dua orang teman yang kepandaiannya lebih tinggi dari dia sendiri, maka dia pun penasaran. Terutama sekali Ouwyang Cin Cu.

Sebelum ini sukar membayangkan bahwa dia, yang memiliki ilmu yang luar biasa, akan mengeroyok seorang pemuda seperti itu. Hal ini benar-benar menyakitkan hati dan menghancurkan kebanggaan hati mereka akan ilmu kepandaian mereka masing-masing yang sudah terkenal di dunia kang-ouw.

"Pemuda setan, mampuslah!!" Ouw-yang Cin Cu berteriak keras, pedang birunya untuk ke sekian kalinya menyambar ganas ke arah leher Sin Liong, sedangkan tangan kirinya mencengkeram ke arah perut. Pada saat itu, Sin Liong baru saja menyingkirkan pedang di tangan The Kwat Lin yang menyambar kakinya dengan cara menendang pergelangan tangan bekas ibu gurunya itu sehingga The Kwat Lin terpaksa menarik kembali pedangnya dan meloncat ke samping.

"Hiaaaaattttt!!" Kiam-mo Cai-li yang sudah memuncak kemarahanhya itu pun membarengi serangan Ouwyang Cin Cu dari belakang, kukunya mencengkeram ke arah punggung Sin Liong sedangkan pedang payungnya berputar-putar mengancam tengkuk.

Dalam detik berbahaya itu Sin Liong maklum akan datangnya ancaman maut dari depan dan belakang. Tiba-tiba dia berteriak, tubuhnya melesat ke atas dan tak dapat dicegah lagi, pedang payung bertemu dengan pedang biru.

"Cringgggg...!!"

Pada saat itulah Sin Liong yang mencelat ke atas itu bergerak cepat- bukan main, tubuhnya sudah berjungkir balik, menukik turun dan kedua tangannya menyambar seperti sepasang garuda.

"Plak! Plak!"

Ouwyang Cin Cu dan Kiam-mo Cai-li mengeluh. Kakek itu terhuyung dan memuntahkan darah segar, sedangkan Kiam-mo Cai-li terguling-guling, kemudian meloncat berdiri dengan muka pucat. Baju di pundak kedua orang sakti ini robek terkena tamparan tangan Sin Liong!

"Orang muda, lihat ini...!!" Tiba-tiba Ouwyang Cin Cu berseru aneh sekali, pedang birunya diputar-putar merupakan sinar biru bergulung-gulung di depannya.

Sin Liong mengira bahwa kakek itu akan menyerangnya atau akan menggunakan senjata rahasia, maka dia memandang penuh perhatian. Terkejutlah dia ketika sekali memandang, berarti sekali menuruti kata-kata kakek itu, dia merasa betapa pandang matanya sukar dialihkan lagi dari gujungan sinar biru itu!

"Orang muda, engkau telah lelah, mengasolah.. duduklah kau...!" kembali suara kakek itu berdengung dengan aneh dan mendatangkan pengaruh yang ajaib.

Sin Liong menggoyang-goyang kepalanya, berusaha mengusir pengaruh yang memaksanya untuk duduk itu. Seketika dia merasa tubuhnya lelah bukan main. Dia maklum bahwa kakek itu kembali menggunakan ilmu hitamnya dan kesadaran ini mendatangkan kekuatan kepada dirinya. Dia mengerahkan sinkangnya untuk menolak pengaruh itu sehingga tubuhnya kadang-kadang diserang kelelahan, kemudian lenyap lagi, datang lagi seolah-olah terjadi "pertandingan" yang tidak tampak.

Akan tetapi, karena terlalu mencurahkan perhatiannya kepada kakek yang menyerangnya dengan sihir, dan menggunakan sinkangnya untuk melawan pengaruh aneh itu, perhatian Sin Liong terhadap dua orang lawan lainnya menjadi berkurang banyak.

Dua orang wanita itu tentu saja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Melihat betapa pemuda itu kelihatan bengong dan menghentikan gerakannya, Kiam-mo Cai-li cepat menyerang, akan tetapi dia didahului oleh The Kwat Lin yang sudah menusukkan Ang-bwe-kiam ke arah lambung Sin Liong, disusul oleh tusukan pedang payung dan cengkeraman kuku tangan kiri Kiam-mo Cai-li, kemudian disusul oleh hantaman tangan kiri The Kwat Lin yang mengandung im-kang amat dahsyatnya. (Bersambung)
(dwi)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
book/ rendering in 0.0521 seconds (0.1#10.140)